F O U R T E E N

2.1K 152 2
                                    

"Ada apa?" Tanya gue datar. Asli baru kali ini gue biasa aja sama nih bocah ganteng. "Kau bisa nyanyi?" Tanya nya dengan menyungging senyum.

Gak usah senyum, kagak mempan

Gue cuma ngangguk doang, sambil lirik kanan-kiri takut ada si Arzay tiba-tiba muncul. Luke juga ikut-ikutan lirik kanan-kiri. "Kenapa?" Tanya nya bingung.

"No. Can you go from here? Aku lelah" gue bohong, mata gue udah sembab gini. Luke lo manusia paling kamvret yang gak pernah peka. Dia pun pegi, dan gak nanya apa-apa lagi, sialan.

.

.

Luke
.

.
Entah kenapa tiba-tiba Sophia berubah, menurutku. Dia kini sudah biasa saja ada aku dan Arzay. Bahkan ia lebih memilih mengurung diri di kamar, tapi ah apa peduliku? Dia kan hanya sekedar fans. Aku kembali bermain PS dengan Calum.

"Adikmu itu labil ya, dia bisa datar, periang, pemarah dalam beberapa detik" ucapku pada Calum. "Benarkah? Setahuku kalau ia sedang labil seperti itu, dia sedang down"

Down? Dia memikirkan siapa? Tapi entah kenapa ucapan itu seperti tertuju ke arahku, ah sudahlah.

.

.

.
Calum
.
.
.
Ini si luke bege apa gimana? Sudah jelas adikku sedang down karena dia. Ah cinta itu memang complicated. Walau pun aku sedang merajut kasih dengan teman ku sendiri, setidaknya aku juga bisa menghargai dia. Bahkan aku lebih cepat peka. Lalu apa gantengnya Luke? Padahalkan aku lebih ganteng juga mempesona. Dia hanya modal rambut pirang dan pirsing di bibirnya saja. Kalau aku kan sudah jelas, badan berisi, bertato lagi.

Setelah Luke dan kekasihnya yang tidak ingin ku sebutkan pulang, aku buru-buru menghampiri adikku. Kasian dia di abaikan oleh ku tadi.

"Sophia, kau sudah tidur?" Tanyaku sambil mengetuk pintu kamarnya. Tapi beberapa detik, tak ada jawaban darinya, sehingga aku memutar knocj pintu kamarnya dan rupanya tidam terkunci.

"Jangan bersembunyi di balik selimut. Aku tahu kau pasti sedang kesal dengan teman ku tadi kan?" Aku duduk di pinggir kasurnya. Ia membalikkan tubuhnya, dan membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Kulihat matanya sembab, dan aku mengelus pipinya.

"Aku tidak ingin pergi ke studio lagi, hiks.. aku membenci nya, sungguh" kata nya dengan isak tangis. Sungguh aku tak bisa berbuat banyak. Tapi apakah salah ia menyukai seseorang dalam waktu 1 bulan? Dia kan baru tinggal sebulan disini.

"Jangan seperti itu, sophia. Masih ada Michael dan Ashton dan juga aku, abangmu?"

Dia bangkit dari tidurnya dan menyeka air matanya. "Mungkin aku terlalu berharap padanya selama ini"

Aku memeluknya, membiarkan kaosku untuk menampung airmatanya. Mungkin ia memang terbawa perasaan nya oleh si jangkung bangke itu.

.

.

.

Sophia
.
.
.
Gue membuka kedua mata gue. Tapi badan gue gak bisa di gerakin. Pas gue noleh ke samping gue, ada abang meluk gue.

"Ugh, kau sudah bangun?" Anjir gue kaget, pas lagi liatin wajah baby face Calum, dia langsung ngomong gitu. "Ah..ehm..iya" gue gugup, ini pertama kalinya abang gue tidur di sebelah dan memeluk gue. Dia nemenin gue nangis tadi malem.

Gue masih sakit hati gara-gara Luke. Bahkan gue udah males banget ketemu dia. "Kau yakin tidak akan ikut?" Tanya Calum yang udah mandi, wangi dan ganteng. Gue cuma geleng-geleng kepala.

Dia nyamperin gue yang masih duduk di meja makan dan ngecup puncak kepala gue. "Hati-hati di rumah, okay" katanya lagi setelah itu barulah berangkat. 

ABANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang