Ada yang berbeda pada ruang makan kediaman keluarga Peterson pagi ini. Disana, disalah satu ujung meja makan besar nan panjang yang berada diruang makan itu titik perbedaannya. Tempat itu kembali terisi setelah entah sudah berapa lama kosong tak berpenghuni. Tempat itu adalah tempat khusus pemimpin keluarga dirumah itu. Tempat ayah Fabian Jeremy Peterson yang bernama Bernard Peterson.
Entah angin apa yang berhasil membuat seorang Bernard Peterson yang terkenal dengan julukan lelaki super sibuk versi anak semata wayangnya itu duduk disana bahkan menyempatkan diri membaca sesuatu di tabletnya, sembari menunggu sang istri mempersiapkan sarapan keluarga itu yang dibantu dengan beberapa pelayan tentunya.
Saat hendak masuk keruang makan tadi bahkan Jere sempat dibuat terkaget-kaget akan kehadiran sang ayah yang tengah asik menyeruput kopi pagi hari miliknya. Cukup lama Jere terdiam diambang pintu ruang makan sembari menaikan sebelah alisnya, sebelum akhirnya lelaki itu dengan santainya masuk keruangan itu dan menarik kursi yang letaknya berada tepat disebelah kanan sang ayah.
"Selamat pagi Fabian" Sapa sang ayah dengan suara beratnya, yang lagi-lagi membuat Jere menaikan sebelah alisnya. Namun tak urung mengangguki sapaan sang ayah, tanpa susah-susah untuk membalasnya kembali dengan suara dan sapaan formal lainnya.
"Morning sayang.. What do you want for your breakfast today?" Sapa suara lembut itu. Suara yang selalu berhasil membuat mood Jere yang jatuh, seketika melambung naik dengan cepat.
"Morning mom.. Aku makan toast ajadeh" Balas Jere sembari memberikan senyuman manja miliknya, yang dibalas kedipan paham dari sang mama.
Dengan sigap wanita paruh baya yang masih kelihatan menawan diusianya itu menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya. Lalu memberikan makanan pilihan sang suami ke piring sang suami dan memberikan makanan pilihan sang anak ke piring sang anak, begitu pula dengan minuman mereka masing-masing sebelum akhirnya ia menyiapkan makanan dan minumannya sendiri.
"Nanti kamu pulang jam berapa anak nakalnya mom?!" Tanya Angeline memecah kesenyapan yang tercipta diruang makan. Ia bukannya tidak tahu, bahwa sang anak sedikit ogah-ogahan apabila berada didekat ayahnya. Dan wanita cantik nan sabar itupun hanya mampu menghela napas pelan seperti biasanya, sebelum kembali memulai tugasnya untuk mencairkan suasana seperti biasanya.
"Ehm.. Belum tau mom. Mungkin lewat jam makan malam, dan nanti mom nggak usah tungguin Jere buat makan malam" Jawab Jere sekenannya, dan kembali menyuapkan toast miliknya kedalam mulutnya setelah melihat sang mama mengangguk mengerti.
Lalu suasana kembali sunyi senyap. Jere bahkan sedikit bergidik ngeri dengan suasana ruang makan rumahnya kini, yang lebih mengerikan daripada suasana dikuburan.
"Ekhem... Tadi malam ayah lihat kaca belakang mobil kamu pecah. Apa yang terjadi? Berantam lagi?" Kemudian suara sang ayah kembali mengusir kesunyian mengerikan yang tercipta diruang makan itu.
"Hmm... begitulah. Ayahkan paling tau aku orangnya gimana. Urakan, nggak bisa diatur, selalu berbuat onar dan selalu membuat ayah malu dimana-mana" Balas Jere dengan sedikit menyindir sang ayah. Well, itupun kalau sang ayah paham akan sindirannya tadi.
Bernard Peterson bukannya tak paham jikalau sang anak sedang menyindirnya sekarang. Ia hanya tidak mau memperdulikan itu dan mencoba meredam emosinya demi sang anak. Ya, dia sedang mencoba mendekatkan dirinya kembali kepada anak semata wayangnya itu. Mengikuti saran sang istri malam itu.
"Jadi kamu naik apa pagi ini ke kampus?" Tanya Bernard lagi pada pada putranya yang sejujurnya amat sangat disayanginya itu.
"Mobil yang lain kan nggak rusak? Yah.. Kalau ayah nggak kasi saya bawa mobil lagi, saya bisa pakai motor" Jawab Jere acuh tak acuh, lalu bergegas menghabiskan toast serta susu miliknya. Pemuda itu sudah jengah berada diruangan yang sama dengan sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Enemy 2
ChickLitFabian Jeremy Peterson - Si playboy macho yang terkenal dengan bakat mengintimidasinya dan juga sifat posesifnya. Tidak ada kata 'jadian' di kamusnya! Kalau dia sudah suka dengan satu perempuan, maka perempuan itu HARUS mau diajaknya 'jalan', tidak...