Sebisa mungkin Jere mengulur-ngulur waktunya menuju ke depean pintu utama rumah 'keramat' Zefanya. Ia memutar otaknya mencari cara agar dirinya dapat keluar hidup-hidup dari rumah pacarnya itu, tanpa kurang satu apapun.
"Tuan, yang cepat atuh jalannya! Kasihan itu nona muda kena terik, kalau nona muda sakit satu dunia bisa repot tuan" Jere hanya memutar bola matanya malas mendengar ocehan si satpam yang tak bermutu, sembari terus mengulur-ngulur waktunya.
Katakanlah Jere ini terkenal dengan ketidak takutannya akan apapun, tapi untuk yang kali ini dia benar-benar merasa bahwa nyawanya sedang berada diujung tanduk. Oh men! Yang dihadapinya ini adalah keluarga gila yang nyaris merangkap menjadi psikopat kalau mereka sampai tau tuan puteri mereka sedang terkapar tak berdaya di gendongannya.
"Pak!" Panggil Jere kepada si satpam yang sudah hampir sampai di depan pintu utama, sementara dirinya masih beberapa meter melewati kandang anjing yang super besar milik si tuan rumah, yang membuat Jere menelan liurnya melihat sembilan ekor anjing besar nan buas menantinya untuk menjadi santapan sore mereka.
"Lah? Tuan! Kenapa masih disitu?!"
"Sini dulu cepetan!" Perintah Jere, seakan ia yang menggaji si satpam. Dan bodohnya lagi si satpam ini mau saja mengikuti titah si bos jadi-jadian.
"Ada apa tuan?" Tanya si satpam bodoh dengan muka lugu tak berdosa.
'Sumpah ini papanya Zefanya, kaga salah milih satpam buat jaga rumahnya kan ya?!' Gumam Jere, yang pastinya tak akan terdengar si satpam.
"Ambilin saya minum bentar dong! Yang dingin-dingin, kalo bisa sama camilannya juga ya" Jere menambahkan muka cengengesannya di akhir perintahnya, membuat si satpam nan bodoh itu kebingungan.
"Lah tuan, ya sekalian kita masuk rumah aja atuh! Terus tuan duduk sebentar beramah-tamah sama keluarga nona muda, biar nanti di buatin minuman dingin sama si Tuti nan bahenol! Ahydee!"
'Duduk sebentar abis itu gua tinggal nama kampret!' Gerutu Jere dalam hati.
"Aduh pak, ngga kasihan apa sama saya? Dari depan komplek gendongin anak majikan bapak, mana ini terik lagi. Saya hampir pingsan ini pak!" Kelit Jere dengan alasan yang semakin menjadi-jadi, demi mengulur-ngulur waktu.
"Jer, sebenernya dari tadi kamu ngapain sih ngulur-ngulur waktu?! Panas nih.. Aku udah pusing banget!" Suara itu! Suara itu bagaikan setetes air di padang gurun yang menyejukan dahaga. Legaaa... Tapi tunggu! Dari tadi perempuan itu sadar?!
"Anju banget Nya! Jadi dari tadi kamu ngga pingsan?!" Geram Jere, menahan emosinya yang akan meledak.
"Pingsan? Siapa yang pingsan coba? Aku tuh dari tadi cuma berlindung supaya muka aku ngga kena terik, soalnya ntar gosong, terus tadi juga aku lupa pakai..."
"Terus dari tadi aku panggilin kamu kok ngga nyaut? Mana mata kamu pake dipejam-pejamin lagi!" Oceh Jere memotong penjelasan Zefanya.
"Ehm.. Maaf tuan muda, nona muda, ini jadinya bagaimana ini? Mau saya antar masuk atau kalian mau pacaran dulu di pos saya?" Tanya si satpam yang langsung dibalas putaran bola mata malas oleh keduanya.
"Udah mending kamu turun, terus masuk rumah sendiri. Udah bisa jalan kan? Udah dekat ini!" Kata Jere sembari membungkukan badannya agar Zefanya dapat turun dengan mudah.
Dan tanpa disangka-sangka, Zefanya malah tertawa terbahak-bahak sembari menatap ke arah Jere.
"Kamu takut kaaaan? Pasti kamu takut deh!"
"Ngga lah! Aku? Takut? Ngaco kamu!" Elak Jere dengan ekpresi sok cool miliknya.
"Halah! Buktinya kamu ngulur-ngulur waktu, pake segala minta minum dulu lagi!" Ejek Zefanya sembari terkekeh geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Enemy 2
ChickLitFabian Jeremy Peterson - Si playboy macho yang terkenal dengan bakat mengintimidasinya dan juga sifat posesifnya. Tidak ada kata 'jadian' di kamusnya! Kalau dia sudah suka dengan satu perempuan, maka perempuan itu HARUS mau diajaknya 'jalan', tidak...