Kedua kalinya Zefanya memperhatikan Jere yang tampak tenang dalam tidurnya. Bedanya, dua hari yang lalu ia memperhatikan lelaki itu di salah satu kamar tamu yang ada dirumahnya, dan kali ini ia memperhatikannya di ruang rawat inap dengan selang infus yang menghiasi tangan kirinya serta selang oksigen yang menghiasi hidung mancung lelaki itu.
Zefanya menghembuskan napasnya yang terasa berat. Ia merasa sedikit bersalah karena baru berhasil menjenguk lelaki yang tengah tertidur tenang dihadapannya itu, setelah dua hari lelaki itu melewati masa kritisnya. Dari awal ia melihat sang papa mengangkat Jere pagi itu, ia sudah bersikeras untuk ikut. Namun saat itu ia dilarang keras oleh sang papa, dan tidak berani berkutik sama sekali saat sang papa menatapnya dengan tatapan tajam tidak terbantahkan.
"Kenapa dipandangi terus? Sleeping beauty saja dicium, masa aku nggak?" Zefanya tersentak kaget ditempatnya, sembari mengelus dadanya mencoba untuk menjadi lebih sabar dan terbiasa dengan sifat Jere yang kerap sekali membuat stok sabarnya berkurang.
Jere terkekeh kecil melihat reaksi kaget bercampur kesal dari Zefanya, yang berhasil ia nobatkan menjadi pemandangan favoritnya beberapa bulan terakhir ini. Mengalahkan dua pemandangan favoritnya yakni, matahari terbenam di ujung pantai dan matahari terbit di puncak gunung. Jere menatap dalam manik cokelat Zefanya dengan penuh perasaan, digenggamnya tangan mulus gadis itu, lalu dibawanya menuju bibirnya untuk dikecupnya berulang kali dengan begitu mesranya sampai menimbulkan semburat merah jambu di kedua belah pipi mulus gadis manis itu.
"Nya, kamu tau nggak?..."
"Nggak tau" Zefanya memotong cepat omongan Jere, sembari menggelengkan kepalanya dengan sedikit terlalu bersemangat membuat Jere mencelos ditempatnya sembari memutar kedua bola matanya.
"Belum siap ngomong, neng" Jere menggigit gemas tangan Zefanya yang masih digenggamnya yang mengakibatkan Zefanya memukul pelan pipi lelaki itu diikuti pekikan tertahan darinya, karena merasa bersalah telah membuat Jere mengaduh kesakitan.
"Maaf ya? Sakit ya? Abis aku kan panik lihat kanibalisme kamu muncul tiba-tiba. Lagian aku juga takut infeksi, siapa tau hari ini kamu belum gosok gigi"
Jere tertawa keras saat mendengar penuturan menggelikan dari Zefanya yang diluar prediksinya. Ia kira gadis itu akan bersifat semanis mungkin sembari meminta maaf dan mengecup pipi Jere, layaknya kebanyakan gadis yang pernah dikencani oleh Jere sebelumnya. Tapi ternyata, gadisnya yang sekarang berbeda. Benar-benar tak bisa ditebak dan selalu berhasil membuat Jere tak pernah bosan bersamanya.
"Itu permintaan maaf atau tuduhan sih?" Tanya Jere di sela-sela tawanya.
"Minta maaf, sekaligus memastikan biar tangan aku nggak kena infeksi" Jawab Zefanya kelewat Jujur, tak lupa ia menambahkan cengiran imut miliknya sembari menaik turunkan kedua alisnya.
Lagi-lagi Jere kembali terkekeh melihat tingkah menggemaskan dari gadis dihadapannya itu. Sebenernya terkekeh adalah tameng Jere untuk menutupi debaran gila-gilaan di dada sebelah kirinya yang kerap ia rasakan tiap kali berdekatan dengan Zefanya.
"Kamu itu, sebenarnya sakit apa sih?" Tanya Zefanya, sembari membantu Jere yang hendak mendudukkan badannya yang masih terlihat lemah.
"Sakit hati ditolak kamu" Jawab Jere cepat. Pandangannya tak pernah lepas dari wajah manis gadisnya itu.
"Aku nggak nolak kamu!" Sangkal Zefanya cepat, sembari mencebikan bibirnya ke arah Jere.
Jere tersenyum penuh kemenangan.
"Masa sih? Berarti kamu udah terima aku dari dulu?" Jere menaik turunkan alisnya, menggoda Zefanya.Zefanya salah tingkah. Gadis itu tampak menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal, pipinya kembali merona, dan semua itu akibat Jere yang senang sekali menggodanya. Seandainya saja Jere tidak dalam kondisi sakit, mungkin Zefanya tidak segan-segan menarik rambut gondrong nan ikal milik lelaki itu, agar pikirannya lebih waras sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Enemy 2
ChickLitFabian Jeremy Peterson - Si playboy macho yang terkenal dengan bakat mengintimidasinya dan juga sifat posesifnya. Tidak ada kata 'jadian' di kamusnya! Kalau dia sudah suka dengan satu perempuan, maka perempuan itu HARUS mau diajaknya 'jalan', tidak...