"Ze, kamu tolong urusin teman kamu itu dulu ya? Biar mama bicara sebentar dengan papa kamu" Kata Alice lembut kepada puteri bungsunya itu.
"Tapi kan ma.. Papa.. Masih marah sama Ze.." Cicit Ze ragu-ragu.
"Udah tenang aja.. Si papa biar mama yang urus. Sana bantuin teman kamu itu, kasihan basah semua begitu. Nanti biar mama suruh si mbak ambilin baju ganti, obat gatel, sama handuknya" Kata Alice, meyakinkan sang puteri bungsu.
Ze yang awalnya masih ragu untuk menolong Jere pun akhirnya menganggukan kepalanya. Namun, ketika ia hendak melangkah menuju kolam renang, suara berat sang papa seketika menahan langkahnya.
"Where do you think you're going Zefa?" Tanya Nicholas dengan nada tegasnya.
"Euhh.. Mau bantu Jere pa.. Kasihan dia" Jawab Zefanya dengan ragu-ragu dan suara yang tak berdaya.
"Not gonna..."
"Nick.. Bisa kita bicara sebentar? Berdua?"
Nicholas menggeram frustasi dan menatap kesal kearah Alice begitu omongannya disela oleh istri tersayangnya itu. Padahal Alice paling tahu bahwa, Nicholas paling tidak suka omongannya disela oleh siapapun.
"Pleaseeee?" Pinta Alice dengan wajah yang dibuat semelas mungkin, dan kembali membuat Nicholas menggeram frustasi.
Oh ya! Alice paling tahu kelemahannya! Sial untuk Nick! Dan setelah ia menghela napas beratnya, ia pun mengangguki permintaan Alice tadi.
"Pergilah Ze.. Bantu teman kamu itu, dia sudah kedinginan disana" Suruh Alice lembut, kepada sang anak dan tak dapat dibantah oleh Nicholas sama sekali.
Zefanya mengangguk patuh, kemudian berlari kecil untuk membantu si sableng Jere yang sudah berani-beraninya 'bertandang' kerumahnya.
~•~•~•~
Sesampainya di kamar tidur pribadi mereka, Alice langsung berkacak pinggang sembari menatap Nicholas dengan pandangan sangarnya. Well.. Tidak terlihat sangar sejujurnya, hanya saja pandangan itu adalah pandangan yang biasa membuat Nicholas meringis layaknya suami yang tunduk di bawah ketiak sang istri.
"Nick.. Aku harus bilang berapa kali sih sama kamu supaya stop jadi bapak-bapak overprotective kaya yang kamu lakuin sekarang? Kasihan Ze, Nick.." Omelan pembuka dari ibu negaranya Nicholas pun mengalun lembut bak sebait lirik yang biasa dilantunkan cepat oleh seorang rapper.
"Kita pernah sama-sama merasakannya kan? Terkekang diposisi Zefanya sekarang, dan itu sangat-sangat tidak enak rasanya. Kamu tau itu! Baby please, aku nggak mau anak kita kembali merasakan sakit seperti apa yang pernah aku rasakan dulu saat daddy berusaha ngejauhin kita" Kali ini Alice sudah mengganti tatapan mautnya menjadi tatapan sendu dengan kedua tangan yang tengah menggenggam kedua belah pipi sang suami.
"Daddy melakukan hal yang benar Alice. Dia cuma nggak mau kamu, the one and only princess kesayangannya rusak oleh lelaki seperti aku. Seperti halnya yang daddy lakuin untuk kebaikan kamu, begitu juga yang aku lakuin ke princess ku. Paham kamu?" Jelas Nicholas sembari menarik Alice kedalam pelukannya.
Alice menggeleng dalam pelukan suaminya. Ia menolak paham akan penjelasan Nicholas. Baginya keputusan Nicholas itu egois untuk Zefanya.
"Nyatanya kamu nggak sedkit pun merusak aku kan? Nyatanya kamu yang terbaik buat aku, iya kan? Nyatanya kamu yang selalu berhasil balikin senyuman di wajah sedih aku, benar kan Nick? Dan pembuktian 'nyatanya' itu terjadi pada saat daddy kasi kamu kesempatan right?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Enemy 2
ChickLitFabian Jeremy Peterson - Si playboy macho yang terkenal dengan bakat mengintimidasinya dan juga sifat posesifnya. Tidak ada kata 'jadian' di kamusnya! Kalau dia sudah suka dengan satu perempuan, maka perempuan itu HARUS mau diajaknya 'jalan', tidak...