Kenapa?

68 3 2
                                    

"Bawa gue pergi wi! Pl-ease!" Aku menggigit bibir bawahku yang bergetar, sudah tak tahan. Ini sangat nyeri tersa didada. Kenapa begitu malang nasib hati ini.

Aku merasa tangan ku ditarik dewi berjalan menjauh menuju parkiran motor.

"Mana kunci lo? Cepet!" Kata dewi gusar.

Kuserahkan kunci yang berada di sakuku. Aku tak tau dewi membawaku kemana. Tapi kumohon, bawa aku pergi dari sini. Karena ini terlalu sakit.

Bagaimana ekspresi jika hati sudah melangkah jauh dari sang pemilik karena terlalu mendapat hujatan tak tetduga dari raga? Kenapa hati terlalu rapuh? Tapi raga slalu mengikuti kehendak hati. Raga terlalu munafik mencintai orang yang taakan bisa membalas rasa cinta itu. Sungguh tragis jika dibayangkan. Tapi? Apa bisa kita melawan kehendak tuhan yang berkata lain?

Setelah beberapa menit berada dijalanan sekitar sekolah, aku memeluk dewi yang membocengku dengan erat. Aku tak tahu. Sampai kapan rasa sakit,perih,sesak ini hilang.

"Udahan dong nangisnya. Lo ternyata kayak anak kecil tau nggak. Nangis kenceng banget, semua liatin kita ini! Dikira gue nyabulin lo bil! Udah ah nangisnya" cibir dewi.

Aku menarik nafas dan menghembuskan kasar. "Ini tuh hiks... nye-hiks banget-hiks de..wii!" Oh, aku tak mau lagi jaim-jaiman. Kenapa semudah itu aku jatuh cinta kepada orang? Dan kenapa harus mudah tersakiti juga?

Dewi diam,

"Lo kok ngga mau-hiks bantuin gu-hiks e lagi sih-hiks wii!" Aku memukul bahu dewi pelan. Udara malam sangat dingin. Apalagi aku dan dewi yang mengenakan motor.

"Dee....wiii! Arga wii-hiiks" kenapa begitu sakit tuhan? Kenapa? Kenapa anda kasih tapi hanya indah semata? Kenapa?

"Kok lo nangis tabah kenceng si! Diem dong! Gue juga bingung ini! Aduh!jangan erat peluk gue! Gue udah sekarat ini billa!" Balas dewi yang masih fokus dengan jalanan yang ada di depanya.

"Sekarang kita mau kemana? Pulang kesekolah atau gimana?" Tanya dewi lagi.

"Gue ga mau balik kesa-hiks lagi wi! Sakit!" Balasku.

"Yaudah kerumah gue aja? Gimana?" Tawar dewi.

"Tas gue masih disana! Hiks.. Arga wi-hiks arga!" Aku meraung tak terhentikan. Aku juga masih memeluk dewi. Nyaman sekali bersama sahabat ku yang menurutku sangat baik ini.

"Ntar biar dianter evi! Gue ga mau lo nangis tambah kenceng. Udahlah gausah segitunya bil! Berarti arga bukan jodoh lo!" Tegas dewi membuatku mencelos. Emang bisa muve on? Ayolah bantu hambamu ini tuhan.

Dewi melajukan motor dengan rada kencang menuju rumahnya yang termasuk dekat dengan sekolah.

Kenapa tuhan masih saja enggan memberiku kebahagiaan? Aku juga ingin memiliki kekasih yang kucintai. Bukan hanya karena ego saja. Tapi ia mampu tulus mencintai ku.

Kenapa di awal perjalanan hidupku disini sudah sangat menyakitkan? Apa arti kebaikan yang Raina berikan padaku? Apa aku kurang baik terhadapnya? Apa aku kurang baik? Aku sudah melakukan yang terbaik agar bisa bersahabat dengan Raina? Dan ini balasanya? Apa terlalu bodoh jika aku baru menyadari jika arga tak punya rasa terhadapku? Atau aku sudah jauh berharap kepadanya? Aku ingin meminta penjelasan padanya? Tapi nyaliku saja tak mampu bertahan satu detik tak tumbang di dekatnya.

Sekarang aku sudah berada di dalam kamar tamu dewi. Hening, hanya ada isakan pilu yang ada.

Lagi-lagi aku masih menangis di pangkuan dewi. Aku juga tidak tahu entah kenapa aku masih saja tak berhenti menangis. Padahal aku sudah belajar tegar. Tapi runtuh seketika jika mengingat kejadian-kejadian yang mengganjal.

UnbreakableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang