4. Something Different

3.6K 289 3
                                    

"Ini semua untuk kebaikan lo! Please..."

Kening Milan sedikit berkerut. Langkahnya terhenti. Mozza bener-bener nggak gampang buat dibikin nyerah. Setiap hari, setiap pulang sekolah, sejak 1 minggu belakangan ini, Mozza selalu memaksa Milan untuk melakukan tugas dari Bu Mega. Walau akhirnya Milan selalu menolak dan membuat Mozza kesel setengah mati, tapi sampe detik ini, tuh cewek nggak nyerah. Boleh juga.

"Kapan?" tanya Milan datar.

"Hah?" Mozza terlihat kebingungan kali ini. Dia nggak nyangka Milan bukan hanya nggak menolak, tetapi juga bertanya 'kapan?'.

"Kok bengong? Kapan mau dimulai?"
Mozza menormalkan mimik wajahnya. "Emmm," dia lalu berpikir untuk mencari jadwal yang pas untuk mereka belajar.

"Sekarang aja," kata Milan memutuskan.

"Sekarang???" Mozza menatap Mila lekat-lekat.

"Kenapa? Nggak bisa?"

Kalo gue bilang nggak bisa, nanti dia berubah pikiran dan nggak mau ngikutin tugas ini lagi. Bisa-in aja deh walaupun males, toh nggak ada kerjaan juga. "Oke, bisa." Jawab Mozza mantap.

Tanpa menunggu aba-aba selanjutnya, Milan menarik tangan Mozza untuk segera mengikutinya. Mozza yang nggak siap mendapat perlakuan seperti itu, cuma bisa diem dan mengikuti kemana langkah Milan berjalan.

"Mau belajar di mana?" tanya Mozza saat Milan menyuruhnya masuk ke dalam mobil.

"Banyak tanya, masuk aja dulu, nanti juga tau," Milan langsung masuk ke bangku stir.

Baru disadari Mozza bahwa Milan ternyata memiliki mobil yang jauh lebih mewah dari punya Zie. Mobil sport yang cowok banget. Bahkan, interior di dalam mobil itu menyerupai mobil balap beneran. Dominasi warna merah dan hitam. Keren pokoknya.

"Ini mobil kamu?" tanya Mozza.

Milan menoleh pada Mozza. "Menurut lo?" tanyanya balik.

"Sinis banget sih, gue kan cuma nanya! Kali aja lo dapet minjem atau ini mobil majikan lo gitu." Wajah Mozza langsung berubah jutek.

"Pertanyaan lo tuh aneh tau nggak," Milan menjalankan mobilnya dengan pelan ketika keluar dari lingkungan sekolah. Lalu begitu meninggalkan sekolah, laju mobil itu kencang.

Selama perjalanan yang ngebut, antara Milan dan Mozza hanya ada kebisuan. Mozza, yang dikira Milan akan protes ketakutan lantaran laju mobilnya yang ngebut, ternyata diem aja dan nggak terlihat takut sama sekali.

"Lo nggak takut?" tanya Milan. Rasa penasaran itu membuatnya harus bertanya.

"Takut apa?" tanya balik Mozza.
"Gue bawa ngobil sekenceng ini?"
Mozza tersenyum mengejek. "Biasa aja, gue itu nggak takut sama apapun." jawabnya tanpa keraguan.

"Yakin?" Milan bertanya dengan ragu.

"Yakin dong!" jawab Mozza mantap.

"Bungee jumping, paralayang, flying fox..."

"Suka banget malah," jawab Mozza lagi.

"Serius? Emang Pernah?" mau nggak mau Milan merasa takjub juga.

"Pernah," jawab Mozza dengan bangga. "Gue paling suka bermain-main sama adrenalin gue, menurut gue itu sangat menyenangkan."

"Waw!" Milan bertambah terpesona. "Kapan-kapan gue mau ajak lo ke sebuah tempat yang pasti lo bakalan suka banget, tempat yang paling eksotis buat paralayang."

Mozza langsung tertarik dengan pembicaraan ini. "Beneran? Mau bangeeet. Kapan, kapan, kapan?" tanya Mozza berulang-ulang.

"Nanti kita cari timing yang pas."

Awkward Moment's (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang