3. Menyuapi Harimau Makan

4.1K 306 0
                                    

HARAP UNTUK TENANG ADA UJIAN!

Tulisan besar dengan hurup capital itu tertempel di semua pintu kelas X dan XI SMA Diandra. Hari ini, hari pertama MID semester. Walau emang bukan ujian yang sebenarnya, bagi SMA Diandra, ujian MID semester ini dianggap sangat penting. Soalnya, dari ujian inilah guru-guru akan bisa melihat, apakah semua murid-muridnya telah siap melaksanakan Ujian Akhir Semester nantinya. Persiapan ini berguna untuk semakin meningkatkan kegiatan belajar bagi para murid yang nantinya ketahuan mendapatkan nilai jelas dari hasil MID ini.

"Gue gugup banget nih, udah kayak mau ujian beneran aja." Kata Stefanny dengan suara cukup besar sehingga satu kelas bisa denger.

"Makanya belajar!" ledek Odi, sang ketua kelas. Semua tertawa mendengar ledekan itu. Odi memang bukanlah murid yang kelewat pinter, tapi dia rajin belajar. Dia dipilih sebagai ketua kelas karena ketegasannya yang selalu membuat temen-temennya patuh.

Mozza mulai merasa terganggu dengan suara keras game yang sedang dimainkan Milan di hapenya. Seharusnya, sekarang ini Milan belajar, bukannya main game.

"Lo berisik banget sih," protes Mozza.

Milan menoleh pada Mozza. "Masalah?" tanyanya.

"Masalah lah! Lo itu ngeganggu konsentrasi anak-anak di sini yang sedang belajar!"

Milan lantas menoleh ke seisi ruangan. Hanya ada beberapa anak yang sedang belajar. Bahkan, temen Mozza sendiri, si Zie, sibuk pakek bedak. "Kayaknya cuma elo deh yang ngerasa keganggu," kata Milan memberitahukan.

"Oke, gue yang emang keganggu banget sama suara game lo itu!"
Kedua alis Milan terangkat. Cowok cool ini kembali mengalihkan matanya pada layar hape. "Bukan salah gue dong kalo telinga lo kepo banget ngedengerin suara hape gue," ledeknya tanpa menoleh pada Mozza.

"Errghhhhhhhh!" Mozza mengepalkan kedua tinjua di depan wajah Milan. Lebih terlihat geram ketimbang mau ninju. Tapi Milan malah cuek aja dan terus mainin game-nya. "Milaannnnnn!" Mozza memanggil Milan dengan suara keras. Bukan jenis panggilan untuk menyapa, melainkan karena gregetan dan agar cowok itu mengecilkan suara hape-nya.

Milan kembali menoleh pada Mozza. Tiba-tiba... deeegg! Jantung Milan dan Mozza berdetak kencang saat kedua mata mereka beradu dengan jarak wajah yang lumayan dekat. Mereka berdua saling menatap dan meneliti wajah lawan. Tertegun dalam diam dan pikiran masing-masing.

Jantung gue kenapa kok rasanya berat banget? Mozza langsung mengalihkan matanya ke buku yang ada di meja. Kalo tadi rasanya seperti mau berhenti berdetak, sekarang detakan jantungnya berasa lagi lomba lari. Udah satu minggu berlalu, tapi rasanya baru kemaren waktu Milan dengan nekat menciumnya di depan banyak orang.

Milan sendiri belum berpaling. Walau matanya udah nggak bisa menatap mata Mozza. Dia tetap bisa melihat garis wajah Mozza dari samping, meski cewek itu sedang menunduk. Kegugupan Mozza yang saat ini sangat bisa dia lihat, membuat hatinya tergelitik. Kenapa rasanya nih cewek beda banget ya...

"Mozzaaaaaaaaa!" panggil Bian dari depan pintu. Itu adalah cara Bian menyapa sahabatnya.

Mozza menoleh sambil menutup telinganya. "Apaan sih, berisik tau nggak?" protes Mozza.

"Morning my bestie," Bian lantas mencium pipi Mozza sambil terkekeh.
Mozza mengelap pipinya yang terasa basah dan lengket. Pasti Bian abis makan permen lolipop kesukaannya. "Biannnnnn, lengket nih," keluh Mozza.

"Ihhhh bukannya makasih ada yang cium, kalo bukan karena gue, lo nggak akan tau rasanya dicium," Bian berbicara dengan nada polos tanpa memikirkan rasa malu yang diakibatkannya untuk Mozza. Mozza melotot. "Upssss!" Bian menutup mulutnya dan bergegas ke tempat duduknya, di samping Zie yang udah tertawa ngakak.

Awkward Moment's (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang