THREE

225 17 3
                                    

"Kimbab!"

Aku berpura-pura tidak mendengarnya.

"Bobby!"

Aku berpura-pura sibuk, mencoret beberapa baris kata yang baru saja kubuat.

"Kau kenapa sih? Marah?"

Aku tetap diam, seakan dia tidak berada di dekatku.

"Apa ini soal kemaren?"

"Tidak." Aku meletakkan pulpenku sehingga menimbulkan suara lebih keras dari yang seharusnya. "Hanbin, bisakah kau diam dan pergi?"

"Jadi ini soal kemaren," dia berkata pelan seakan itu hasil kesimpulannya setelah melihat situasi.

"Aku tidak marah soal itu dan sebaiknya kau pergi dari sini," jawabku tak peduli.

"Kau kenapa sih? Akhir-akhir jadi lebih sensitif?" dia bertanya dan aku dapat mendengar nada khawatir dari suaranya. "Jika kau ada masalah kau bisa cerita padaku."

Fuck off, kau adalah masalah utamanya.

"Tidak ada."

"Hei lovebird!" sebuah suara menggema diruangan ketika pintu terbuka dan tertutup kembali.

Aku berusaha menguapkan semua amarahku seiring dengan langkah kaki yang mendekati kami. Hanbin sudah terlebih dulu berdiri untuk menyambutnya. Pupil mataku melebar ketika dia semakin mendekat, bibirnya membentuk sebuah lengkungan, jemari itu menyelipkan helaian rambut kebelakang telinganya. Berjalan mendekati kami, lebih tepatnya Hanbin.

Bukan aku.

"Keira," aku menyebut namanya dan jantung ku berdetak semakin cepat.

"Hai, Bobby," dia membalas sapaanku.

Hanbin sudah mengulurkan tangannya untuk memeluk Keira.

"Kau sudah siap untuk rekaman?" tanya Hanbin kepada Keira yang dibalas dengan sebuah anggukan.

Dan kami masih saling berpandangan.

*

dy's note:

Maaf setelah sekian lama baru bisa update lagi. Cerita ini akan di update 2 hari sekali ya mulai besok.

EGOIS • BobbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang