"Emm"
Kayla mengerang dalam tidurnya. Perlahan dia membuka matanya. Biasan cahaya masuk ke retina matanya membuat Kayla mengerjap-ngerjapkan matanya. Mendadak Kayla bangun, matanya membulat sempurna ketika menyadari latar tempatnya berada. Di kamar hotel, kamar pengantin. Kayla mengecek tubuh di yang ditutup sehelai selimut. Pakaiannya masih utuh, setidaknya dia tidak bangun tanpa sehelai benang di tubuhnya.
"Oh my God!" umpat Kayla.
Kayla membuka kelambu merah mudah itu. Kakinya diturunkan lalu memakai sandal hotel. Kayla beranjak dari kasur, ia mencuci wajahnya. Lebih baik ia harus cepat-cepat keluar dari hotel ini.
~oOo~
Kayla berjalan menuju meja resepsionis. Hatinya menuntut kepastian siapa yang membawanya ke hotel ini.
"Mbak, ada ingin saya tanyakan."
Wanita itu mengangkat kepalanya sehabis memeriksa kertas-kertas yang berserakkan. Tampaknya wanita itu berumur tiga puluhan. Dengan senyum ramah ia menjawab :
"Tentu. Apa yang ingin ibu tanyakan?" tanyanya ramah.
"Siapa yang menyewa kamar 102 semalam?"
Wanita itu meminta tunggu untuk mencari daftar penyewa kamar hotel. Setelah berhasil dicari, wanita itu menunjuk nama yang tertera dibuku dengan ibu jarinya.
"Arvan Putra Pratama yang menyewa. Dia check-in jam 11 malam. Pak Arvan baru masuk sekitar 30 menit di dalam kamar, tapi setelah itu langsung check-out. Oh! Pak Arvan juga berpesan agar tidak membangunkan seorang gadis di kamar sewanya sampai dia bangun esoknya." jelas wanita itu. Kayla mengangguk-angguk. Setelah informasi puas didapatnya dia mengucapkan salam pamit terhadap wanita itu.
~oOo~
Kayla bergegas keluar dari kelas kampusnya. Sehabis dari hotel, ia langsung pergi ke kampus tanpa mempedulikan pakaiannya. Wajahnya sudah bersih, tubuhnya juga wangi. Tapi pakaiannya kumal karena belum diganti sejak tadi malam.
"My friend, Kayla. What's wrong with you? Are you okay?"
Tiffany mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Kayla dan langsung disingkirkan oleh tangan Kayla. Saat ini mereka sedang di cafe untuk para mahasiswa disini.
"Aku badmood. Keluargaku tambah ruwet masalahnya." pinta Kayla memelas.
'Juga masalah tadi malam' batin Kayla dalam hati.
"Fanny, bantu aku. Aku ingin coba magang di rumah sakit milik Hyatt Incoporation. Kudengar banyak dokter disana yang tidak mementingkan uang. Rumah sakit itu juga termasuk salah satu rumah sakit terbaik. Kau tau aku ingin jadi dokter." lanjut Kayla. Bibir ranumnya mengerucut. Tiffany dengan gemas mengacak-acak rambut Kayla.
"Aku selalu siap menolongmu, Kayla. Kau itu sudah aku anggap seperti adikku." ujar Tiffany sambil tersenyum lembut.
"Thanks. Jam 2 nanti Fany ada acara?" tanya Kayla. Tiffany menjentikkan jarinya.
"Ah! Aku lupa! Pak Herman bilang, jadwal dia kosong jam 2 nanti, aku harus meminta tanda tangannya untuk proposal yang sudah kubuat. Maaf." ucap Tiffany dengan bibir melengkung kebawah.
"Lalu aku? Sendiri? Fan, aku dengar dari Aya kalau CEO perusahaan itu terkenal dingin. Tatapannya mengerikan bak elang yang siap menerkam mangsanya. Aku gugup, Fan..." ujar Kayla lesu.
"Tatapan mata yang sexy. Dia sexy, tapi tentu saja lebih sexy Kai EXO." celetuk Tiffany sambil menjilati bibirnya hingga basah. Kayla menngernyit, menunjukkan wajah tidak suka sekaligus jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sweet Liar
RomanceIbu sungguh niat sekali menjodohkanku dengan seorang gadis jutek. Terlebih dia benci laki-laki karena dulu ayahnya pernah mencampakkan ibunya. Aku baru tau kalau dia benci laki-laki setelah menikah dengannya. Pernikahan kami jadi tidak jelas begini...