ARVAN POV.
Aku ditampar.
Ditampar oleh gadis yang baru kutemui dalam satu malam. Hell! Dia hanya gadis yang ingin magang disini dan aku calon bosnya dan dia sudah berani menamparku. Apa gadis itu tidak berpikir sebelum bertindak? Bahkan para karyawan wanita disini tidak ada yang berani menyentuh wajahku apalagi menampar. Aku hanya mengizinkan dua orang wanita saja yang boleh menyentuh wajahku. Pertama ibuku, dan yang kedua adikku. Oh, dulu Jennie juga pernah memegang wajahku.
Gadis ceroboh. Sehabis menamparku dia langsung pergi begitu saja. Bahkan dokumennya tertinggal. Well, memang aku yang penyebab membuatnya seperti itu. Setelah kukatakan dia adalah gadis yang hampir 'kutiduri', dia langsung menamparku keras. Tapi apakah dia harus menangis segitunya? Dia menangis seperti aku sudah menghamilinya. Padahal kita hanya berciuman panas dan tidak sampai melakukan tahap yang lebih.
Aku pun membuka map kuning miliknya yang tertinggal. Didalamnya berisi ijazah SMA dan data-data pribadinya. Dia anak tunggal. Tinggal sendirian di apartemen. Dia anak rantau. Di akte kelahirannya tertulis kalau dia lahir di Padang, Sumatra Barat. Wah, hebat sekali gadis ini pergi sendirian merantau. Mahasiswi UI juga pula. Dia memiliki riwayat kehidupan yang bagus.
Aku pun memasukkan map kuning miliknya ke dalam tasku. Aku akan mengembalikannya jika Tuhan berkehendak. Sebenarnya aku bisa saja mengembalikannya langsung ke apartemennya karena dia juga meninggalkan fotocopyan KTP miliknya. Aku bisa ke apartemennya dari alamat yang tercantum di fotocopyan KTPnya. Tapi mungkin aku akan ditampar lagi olehnya atau bahkan diusir jika bertemu langsung secara berhadapan begitu.
Aku mematikan laptopku lalu memijit keningku. Kepalaku sangat penat. Perusahaan-perusahaan besar banyak yang berlomba-lomba untuk membeli sahamku. Kredibilitas perusahaanku menurun. Proyek hasil kerjasama dari beberapa perusahaan lain juga menurun sampai aku sendiri yang harus terjun langsung menanganinya. Dan hari ini aku harus lembur untuk kesekian kalinya. Bulan-bulan ini merupakan mimpi buruk bagiku.
TOK! TOK!
Pintu ruanganku diketok dengan tidak sabaran. Ah, bukan diketok lagi namanya. Tapi digedor. Aku tau siapa orang yang berani menggedor-gedor pintuku.
TOK! TOK! TOK!
Pintuku semakin digedor lebih keras. Kalau sudah begini, aku tau apa yang harus kulakukan.
Aku berdiri dari meja kerjaku lalu berjalan menuju pintu. Aku pun membuka pintunya dan membuat seseorang yang berdiri di hadapanku ini terpaku untuk sesaat. Kemudian aku menggeser badanku untuk mempersilahkan tamuku itu masuk.
"Ruanganmu panas sekali." keluh orang itu ketika masuk kedalam ruanganku. Aku tau ruanganku panas makanya aku melonggarkan dasiku dan menggulung lengan kemejaku sampai siku.
"AC-nya tidak diturunkan lagi suhunya? Oh sungguh ini benar-benar panas." keluhnya lagi. Orang itu lantas menurunkan suhu AC-nya menjadi 16°.
"Aku bisa kedinginan." ucapku lalu merebut remot AC dan menaikkan suhunya sampai 20°. Aku setuju dengannya kalau ruangan ini panas. Tapi aku tidak tahan kedinginan. 16° derajat itu terlalu dingin buatku. Aku pun berjalan menuju meja kerjaku dan melanjutkan kembali pekerjaanku. Orang itu juga sama. Dia mendaratkan pantatnya sendiri di sofa empuk khusus tamu. Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa.
"Aah! Aku lapar. Pesankan aku makanan. Beef Burger juga boleh." Aku mengangkat ganggang telepon lalu memesan makanan untuk orang itu.
"Disini sangat nyaman. Kau tahu? Aku tadi bertemu dengan kerabat jauhku. Aku dan dia seumuran. Lalu kami pun menceritakan masa-masa muda kami sampai..."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sweet Liar
RomanceIbu sungguh niat sekali menjodohkanku dengan seorang gadis jutek. Terlebih dia benci laki-laki karena dulu ayahnya pernah mencampakkan ibunya. Aku baru tau kalau dia benci laki-laki setelah menikah dengannya. Pernikahan kami jadi tidak jelas begini...