Kayla baru saja keluar ruang tempat dokter umum. Ia menghampiri Arvan yang sedang asik memainkan handphonenya. Arvan mendongak ke atas saat dirasakannya sebuah tubuh ramping berada didepannya.
"Oh, kau sudah selesai?" tanya Arvan lantas ia pun berdiri. Handphone yang tadi dipegangnya dimasukkan ke dalam kantong celananya. Kayla mengangguk.
"Saya hanya masuk angin biasa." Arvan mengangguk-anggukan kepalanya.
"Ayo, kita balik ke restaurant tadi." ajak Kayla. Arvan melihat jam yang ada ditangannya.
"Orang tua kita sudah pulang. Ayahku menyuruhku untuk mengantar ke tempat peristirahatan terakhirmu."
"Bapak pikir saya akan mati?!"
Arvan tertawa setelah Kayla memberikan delikkan tajamnya.
"Bercanda sayang... Ayo, saya antar kau ke rumahmu." Kayla menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Sayang?" tanyanya dengan raut wajah tidak suka.
"A sweet liar. Bukankah tadi kita sudah membicarakannya? Anggaplah latihan sebelum kita menikah nanti." Arvan kembali terkekeh. Kayla mengedikkan bahunya lalu berjalan mendahului Arvan.
Saat dijalan, Arvan menyalakan radio dengan musik jazz dengan volume suara yang kecil. Merasa canggung karena tidak ada bahan obrolan, ia pun mengeluarkan suara.
"Rumahmu dimana?" tanya Arvan tanpa mengalihkan fokusnya pada jalanan.
"Saya tinggal sendiri di flat. Bapak antar saya sampai halte bis saja. Saya bisa jalan kaki dari sana."
"Lho? Kau tidak tinggal dirumah orang tuamu?" Raut wajah Kayla langsung menunjukkan ketidaksukaan.
"Mereka bukan orang tuaku! Saya tidak sudi menganggap mereka adalah orang tuaku!!" tukas Kayla dengan nada membentak. Kemudian Arvan pun diam. Ia memilih tak melanjutkan lagi bahan obrolan. Sadar dengan ucapannya yang salah, Kayla menutup mulutnya dengan tangan kirinya.
"Maaf. Saya tidak sengaja." ucapnya merasa bersalah. Arvan mengedikkan bahunya.
"Tidak apa-apa. Saya mengerti." balas Arvan seraya masih fokus pada jalanan.
"Setiap manusia punya masalah yang berbeda-beda. Saya paham dengan masalahmu. Walaupun tidak tau intinya, tapi saya paham. Ada manusia yang bisa terang-terangan menceritakan masalahnya, ada juga yang tidak. Saya tidak akan memaksamu untuk bercerita. Nah, sekarang dimana rumahmu? Kurasa ini sudah dekat dengan tempat tinggalmu."
Kayla terdiam. Ia tidak menyangka Arvan orang yang pengertian. Kayla pun menunjukkan arah jalan menuju tempat tinggalnya.
"Itu ada halte bis. Turunkan saja saya disana." tunjuk Kayla yang dijawab dengan gelengan kepala dari Arvan.
"Saya antar sampai flatmu. Jalanan sedang sepi sekarang dan kau itu perempuan."
"Terserah bapak sajalah."
Mereka pun sampai di depan flat milik Kayla. Sebelum Kayla keluar, ia menatap Arvan.
"Ngomong-ngomong saya tidak menyangka bapak orang yang pengertian. Kudengar dari orang-orang bapak orang yang dingin, galak." mendengar hal itu membuat Arvan tertawa ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sweet Liar
RomanceIbu sungguh niat sekali menjodohkanku dengan seorang gadis jutek. Terlebih dia benci laki-laki karena dulu ayahnya pernah mencampakkan ibunya. Aku baru tau kalau dia benci laki-laki setelah menikah dengannya. Pernikahan kami jadi tidak jelas begini...