PART I: LITTLE MONSTERS

218 15 1
                                    

Samar Yoon Dowoon mendengar seperti suara mobil ambulance. Tidak, itu bukan mobil ambulance, melainkan suara bell pintunya. Yoon Dowoon terbangun dengan keadaan kaca mata masih menempel, dan laptop menyala serta buku-buku berserakan di tempat tidur. Oh My God, ini baru jam 7 pagi di hari minggu, mengapa ada saja orang yang benar-benar mengganggu tidurku, Dowoon merutuk setelah melihat jam di handphonenya.

Yoon Dowoon melangkah lunglai. Satu-satunya yang ingin ia lakukan sekarang adalah menghunuskan Katana pemberian kakeknya tepat di jantung si pemencet bell.

"Dowoon-a Annyeong" Seorang Ahjuma menyapanya.

"Ah... Imo, Musun Irisseoso Achimeun? (Ada apa pagi-pagi begini?)" Dowoon menggosok matanya agar penglihatannya lebih jelas. Ia sangat jelas melihat keberedaan Imo yang tersenyum di depannya,tapi tunggu dulu. Ia membawa serta Daehan Minguk Manse. Daehan mengagenggam tangan ibunya di sebelah kiri, serta Mingguk menggenggam tangan ibunya sebelah kanan dan Manse menggenggam tangan Minguk. "Ah, Aideurido wasseo (Anak-anak juga rupanya) " Dowoon tersenyum pahit.

Bencana. Setiap Yoon Dowoon melihat ketiga anak kecil ini bagaiakan dunia ini akan runtuh. Terakhir kali Imonya membawa mereka enam bulan yang lalu. Anak-anak kecil ini menghancurkan dan meluluh lantakkan rumahnya. Yang paling tragis dari semua itu adalah anak dari Imonya ini menghancurkan tugas akhir semester dari Profesor Park yang membuat ia harus mengulang di semester pendek. Benar-benar Dowoon tak ingin megingatnya lagi.

"Aideura,hyeong hante Insa hae (Anak-anak beri salam pada hyung) " Perintah Imo terhadap tiga anak kembarnya.

"Annyeonghateyo"Ujar mereka sambil membungkukkan 90O. Wah, betapa lucunya mereka bertiga. Mengucapkan "S" saja masih cadel. Namun tidak dengan Dowoon. Dowoon masih menganggap 3 balita lucu di hadapannya itu adalah monster.

"Imo, iltan deureooseyeo (bibi, silahkan masuk dulu)" Dowoon melangkah mundur agar bibi dan ketiga anak kembarnya bisa masuk.

"Gwaenchnayo Dowoon-a" Imo menolak. Dari penampilan, Imonya hendak pergi ke suatu tempat. Ia terliha buru-buru. "keuge..." Lanjut Imo dengan nada yang sedikit ragu. "Imo, hari harus menghadiri ulang tahun teman di busan. Bisakah kau membantu Imo menjaga mereka" Sebuah permohonan yang tidak masuk akal bagi Dowoon terlontar. Menjaga mereka? Saat itu mereka datang bersama eommanya saja sudah membuat rumah Yoon Dowoon berantakan. Bagaiamana jadinya jika ia harus menjaga anak-anak ini sendirian?

"Imo, aku semalam tidur jam3 pagi, lagi pula dikamarku masih ada tugas dari profesor park, imo tahu kan mereka menghancurkan tugas profesor park enam bulan yang lalu? Aku mengulang kelasnya karena tugas itu di batalkan, dan sekarang imo mau membawa bencana lagi untukku?" ujar dowoon dengan nada tinggi. Tentunya ia berkata seperti itu jauh di dalam khayalannya.

"Dowoon-a, kau bisa tidak?" Imo membuyarkan lamunannya.

"Ah,ne... gwaenchanayo imo" Dowoon tersenyum kecut. Ia menelan ludah. Ia tidak bisa menolak permohonan Imo yang selama ini banyak membantu keluarganya. Baiklah, mari kita coba, dan perlihatkan pada anak-anak itu bahwa Hyungnya ini bukanlah candaan, Dowoon membatin.

"Gomawo Dowoon-a" Imo tersenyum lega. Rasa khawatir Dowoon akan menolaknya seketika hilang. Ia percaya Dowoon adalah anak yang baik. "Ayah mereka sedang Sibuk juga. Imo mungkin akan kembali, nanti malam. Imo akan menyampaikan salam pada ibumu. Ada yang kau butuhkan lagi Dowoon? Katakan pada Imo"

"Lebih baik Imo cepat pulang, karena aku pasti tidak akan tahan lama-lama bersama mereka" Jawabnya. Tentunya dalam hati. "Gwaenchanayo" Dowoon tersenyum lalu memandang triplet satu persatu.

Sekarang mereka terlihat sangat lugu. Tapi tidak tahukah, mereka sebenarnya monster yang menyeramkan, Dowoon membatin lagi.

"Susu, mainan, dan pakaian mereka ada di tas ini" Imo memberikan sebuah tas yang berisi susu dan perlengkapan triplet. "Aideura, Eomma akan pergi sebentar, kalian bermain bersama Hyung ya?"

BABIES BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang