THIS'S ME

96 6 0
                                    

Gelap... dan... dingin! Aku takut!! Siapa saja tolong aku... keluarkan aku! Hah? Sesuatu menembus di dalam gelap, secercah cahaya menyinari penglihatanku. Aku berusaha membuka mataku yang terasa perih oleh cahaya namun hangat itu. Cahayanya semakin terang, membesar seolah mendekatiku, dan menjauhi kegelapan yang menyelimutiku. Sementara kedua cuping telingaku mendengar retakan-retakan pelan dari permukaan yang membeku, dan dalam sekejap udara dingin memenuhi rongga dadaku, memaksa otot-otot di paru-paruku menghembuskan nafas panjang yang entah kenapa terasa menyesakkan. Aku merasakan sesuatu yang kasatmata menompang tubuhku di udara—aku melayang.

Di hadapanku kini terbentang pemandangan malam yang indah, dihiasi oleh taburan bintang dan cahaya rembulan yang besar dan cemerlang. Ranting-ranting pepohonan tanpa daun yang gugur karena dinginnya cuaca malam, diselimuti salju seolah menompang benda bulat seperti mutiara yang berkilau terang di langit. Cukup lama aku memandangi bulan yang telah mengusir rasa takutku, ia seakan menatapku balik. Suatu gerakan lembut yang kasat mata menurunkanku di atas danau kecil yang membeku. Kebingungan atas ketidaktahuan mulai melandaku ketika telapak kakiku menyentuh permukaannya yang dingin. Aku membolak-balikkan telapak tanganku, melihat apa yang aku pakai pada tubuhku: jubah pendek cokelat tanah, rompi baju dengan warna senada, kemeja berwarna krem, serta celana panjang di atas mata kaki dengan sentuhan lilitan beberapa tali.

Di dalam kegelapan aku tidak bisa membuka mata untuk melihat apapun. Menghadapi kenyataan bahwa aku memiliki rupa seperti ini, sedikitnya mengagetkanku. Karena selama di kegelapan, aku mengira bahwa diriku adalah suatu keberadaan yang tidak ada dan diabaikan oleh siapa pun. Kegelapan adalah hal pertama yang aku ingat. Namun, setelah keluar dari sana aku tidak tahu harus melakukan apa. Apa hal yang harus aku lakukan sekarang? Seharusnya aku senang telah keluar dari sana, tapi sekarang rasa kebingungan yang malah melandaku.

"Halo, Jack..." sapa sebuah suara yang menggema entah dari mana.

Suaranya lembut, berwibawa, dan terdengar bersahabat yang memancarkan kedamaian dan kehangatan sedikit menyentakkan pikiranku yang kebingungan.

Jack? Siapa Jack? Aku tidak tahu siapa yang dipanggil oleh suara itu, yang aku sadari suara itu berasal dari sana; dari bulan yang bersinar dengan indah di langit.

"Jack... Jack Frost adalah namamu, Temanku," tuturnya seolah membaca pikiranku.

Jack Frost? Namaku adalah Jack Frost, benarkah? Lalu apakah yang harus aku lakukan mulai sekarang? Keningku berkerut sedikit, bingung, dan canggung menghadapi bulan yang bicara dengan kehangatan dalam suaranya.

"Hmm... kenapa kamu tidak memulainya dengan bersenang-senang, Jack?" Sang Bulan memberikan saran kepadaku dengan sedikit tertawa kecil.

Bersenang-senang? Tentu saja, itu hal pertama yang ingin aku lakukan kalau aku keluar dari kegelapan. Pikiran yang terlintas begitu saja di kepalaku ketika aku masih dalam kukungan kegelapan. Kamu mengingatkan aku!

"Pergilah, Temanku," suaranya kian menghilang, namun aku masih sempat mendengar ia berkata.

Aku menanggapinya dengan senyuman lebar sementara aku melangkahkan kakiku di atas danau yang beku. Aku sempat tergelincir di atasnya, tapi aku berhasil menyeimbangi tubuhku agar tidak jatuh. Secara tidak sengaja jemari kakiku menyenggol sesuatu. Sebuah tongkat kayu yang salah satu ujungnya melengkung. Ketika ibu jari kakiku menyentuh batang kayu itu, seketika ada cahaya putih kebiruan bersinar di ruas-ruasnya. Kenapa bisa? Pikirku, karena penasaran aku berjongkok dan memegang tongkat itu, cahaya yang seperti sihir beku itu memanjang seiring aku memegang dengan kedua tanganku. Wow... aku belum pernah melihat hal seperti ini sebelumnya. Apakah tongkat kayu ini memiliki sihir dan merespon jika ada yang memegangnya? Keren. Perasaanku bergejolak ketika pikiran itu muncul di benakku.

Memorial in Burgess VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang