MY SUN, MY POWER

45 0 0
                                    

Derak kayu yang dibakar api di perapian meembuyarkan lamunanku. Mataku menangkap kopi yang mengepulkan uap panas berpadu dengan wangi kayu manis di depan meja yang dipenuhi roti-roti kering berbagai bentuk. Sisa dari meja itu dipenuhi oleh pahatan-pahatan berbentuk mainan dari es, dan beberapa alat pahat mini yang tampak baru dipakai karena banyak sisa serpihan-serpihan es berserakan di sekitarnya. Aku mengangkat kepalaku dan mendapati seorang pria besar berjenggot putih yang panjang hingga dadanya─ia menatapku dengan mata birunya yang cerah─dan aku tersenyum tipis memandangnya.

"Lalu sekarang... apakah kamu marah pada MiM mengenai itu, Jack?" ia bertanya sambil mencondongkan badannya ke arah meja, menatapku dalam.

Aku tersenyum dan menggeleng, "Tidak, karena ini murni perasaanku, bahkan jauh sebelum aku menjadi seperti ini. Tapi, jika kamu bertanya bahwa aku marah mengenai ia merahasiakan bahwa aku adalah guardian yang 'hilang'... singkatnya seseorang yang telah terpilih tiga ratus tahun yang lalu... jujur saja aku memang marah dan kecewa... yeah, itu awalnya, sekarang..." aku menggelengkan kepalaku sembari mencelupkan roti kering ke dalam kopi dan melahapnya─kangen sekali dengan rasanya.

Pria berjenggot itu tersenyum senang mendengar jawabanku dan kembali menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi mungilnya. "Segala tindakan MiM selalu memiliki tujuan. Apakah semua ingatan itu menyerap perlahan-lahan ke dalam dirimu, Jack... sesudah ingatanmu diperlihatkan oleh salah satu peri kecil Tooth melalui gigi-gigimu waktu itu?" ucapnya sembari mengusap-ngusap jenggot di bawah bibirnya.

"Yup... beberapa diantaranya ketika aku tidur, seakan melihat pemutaran film masa laluku lewat mimpi, ada juga saat aku melamun dan melihat hal-hal yang familier bagiku."

Mataku beralih keperapian tidak jauh di samping meja. Suara derak kayu yang hangus itu mengingatkanku kepada suatu malam di mana Emi tertidur pulas dipangkuanku dengan selimut lebar yang cukup membungkus kami, duduk dengan beralaskan karpet berbulu halus hadiah dari Madam Edward untuk keluargaku. Di meja makan yang tidak jauh dari perapian, aku mendengar tawa cekikikan dari adikku─Putri Kecil─serta tawa yang tertahan dari ibuku dan Madam Edward, tapi aku tidak mendengar suara Steven.

Aku melirik ke belakang melalui bahuku, mencibir dengan wajah panas yang aku yakini kini telah berubah merah. Tujuanku adalah ingin melihat Steven, apa pendapatnya mengenai kakak perempuannya yang tertidur dipangkuan seorang "pria" seperti aku─bocah itu terkadang sulit untuk diterka. Aku mengerjapkan mataku kaget dengan reaksi Steven, ia hanya tersenyum lembut dengan mata berbinar penuh kepercayaan dan terasa seperti menyerahkan sebuah tanggung jawab untuk menjaga Emi kepadaku.

Dia begitu kecil, tapi telah merasa bertanggung jawab untuk menjaga sang kakak. Aku rasa itu pengaruh dari ayahnya yang seorang Earl. Saat kepergianku─adikku─juga terpengaruh dengan sifat-sifatnya yang tegar dan dewasa membuatnya tumbuh menjadi wanita bangsawan yang cantik mendampingi Steven, membanggakan ibuku. Meskipun begitu, sifat kekanakannya masih ada, sehingga tidak membuat hubungan kami tidak menjadi kaku. Madam Edward dan Mr. Edward juga ramah─Mr. Edward ketika itu hanya tinggal dua minggu di Burgess dan kembali ke Inggris untuk urusan House of Lord sehingga bisnis di Burgess diserahkan kepada Steven dengan bimbingan Madam Edward. Bocah yang mengagumkan!

"Sekarang apa ada yang menjadi bebanmu, Jack?" tanya pria itu lagi dengan suaranya yang berat dan logat rusianya yang kental.

"Tidak ada... seperti yang dikatakan Emi kepadaku, semuanya akan baik-baik saja. Ia adalah 'matahari'-ku yang paling besar dan bersemayam di hatiku dengan 'matahari-matahari' lain yang mengitarinya. Itu adalah 'kekuatanku' yang lain, seperti yang dikatakan Lagus padaku dahulu. Sekarang... aku memiliki 'empat' matahari yang memenuhinya, meskipun terkadang 'salah satunya' suka aku jahili dan membuatku jengkel, 'ia' tetap menjadi bagian di antara semuanya."

Memorial in Burgess VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang