Chapter 6 : Sisi Lain

53 16 12
                                    

Diatas kasur kusam dengan cahaya rembulan yang terlihat terang, cahaya itu mengintip kedalam kamar Aji membentuk bangun ruang persegi panjang ditengah lantai. Suasana kala itu terdengar begitu tenang, Aji pun bisa mendengar detak jantungnya yang bersaut dengan suara nafasnya. Masih dengan kebingungan yang mengisi pikirannya, Aji menatap tangannya yang menujuk kearah atap.

"Masalah mengenai separuh ingatanku yang menghilang, mengenai gadis misterius didalam mimpiku, mengenai keganjilan, dan sekarang mengenai masalah ini." Keluh Aji sambil mengepal tangannya diudara kemudian menghempaskannya keatas kasur yang kusam.

Serangkaian masalah yang menerpannya saat ini membuat perutnya terasa lapar, Aji pun bangun dari berbaring. Berjalan melihat stok makanannya yang tersisa dilemarinya. Namun saat itu yang dia temukan hanya sebungkus roti dan susu yang telah kadaluarsa.

"Ahh sial," keluhnya sambil menutup kembali pintu lemari yang terbuka.

"Lebih baik sekarang aku keluar mencari makan," ujar Aji.

Mengenakan kaos oblong berwarna putih berbalut jaket berwarna merah, dan celana jeans berwarna hitam dengan koper hitam yang digenggamnya. Aji melangkahkan kakinya keluar dari bangunan tua yang menjadi tempat tinggalnya.

"jreenggss," suara kasar dari mesin mobil yang telah lama tidak dipanaskan.

Sambil duduk dikursi yang terasa dingin Aji memandangi langit merah didepan matanya. Setelah terdiam beberapa saat, Aji menekan kopling lalu memasukan perseneling mobil Jeepnya keangka 1. Dia pun berangkat menuju ibukota.

Selain mencari makan hari ini Aji hendak menghadiri rapat dengan anggota Reverse, sesuai yang diucapkan oleh Roni dan Ryan ketika mereka membesuk Aji. Walau sebenarnya kata membesuk tidaklah cocok untuk apa yang mereka berdua lakukan kemarin, tapi tak apalah, ujar Aji dalam benaknya.

Selama perjalanan menuju ibu kota, Aji menemukan pemandangan yang tak lazim. Dataran tanah tandus yang biasanya berisi para pengidap penyakit fatamorgana, kini sama sekali dia tidak menjumpainya. Bahkan ketika dia berjarak 1 KM menuju megahnya gerbang masuk ibukota.

Jika berbicara mengenai ibukota pada sebuah tempat yang tandus seperti Thanatos. Ada 2 kemungkinan yang akan terpikirkan. Kemungkinan pertama, ibukota yang memang benar – benar penuh dengan harapan yang didambakan oleh seluruh penduduk Thanatos. Sedangkan kemungkinan kedua, ibukota yang penuh harapan yang didambakan oleh seluruh penduduk Thanatos tetapi kenyataan yang terjadi disana hanya berisi penyesalan bagi rakyat kecil.

Jadi kemungkinan mana yang benar ?. Jika pertanyaan itu diajukan kepada Aji. Dia akan menjawab dengan jawaban diluar dua kemungkinan yang tadi, bila kamu menanyakan apa alasanya. Karena ini bukanlah cerita fiksi seperti film atau novel, ini kenyataan. Tak ada ruang untuk sebuah harapan ditempat ini, begitulah dia akan menjawabnya. Mengenai jawaban Aji, siapapun bebas menafsirkannya. Jelasnya aku sudah pernah bilang, apa yang aku lihat jauh lebih menyeramkan dengan apa yang kalian bayangkan.

Sesampainya didepan gerbang masuk yang megah, Aji diperiksa terlebih dahulu oleh penjaga gerbang. Setelah menujukan ID yang diberikan oleh Ryan dan Roni, gerbang pun dibuka dan Aji memasuki ibukota.

Aji memarkirkan mobil Jeep berwarna hitam di depan toko makanan, dia membeli 1 roti dan 1 susu. Kemudia kembali menaiki mobil dan memakan sarapannya. Saat Aji memasukan roti yang biasanya terasa tanpa rasa kemulutnya, kini dia merasakan sebuah rasa yang lain. Roti ini terasa pahit setiap kali dia mengunyahnya, begitu pun dengan segelas susu yang diminumnya. Merasa heran, Aji pun meperhatikan pembeli yang lain. Tetapi dia tidak melihat ekspresi yang mengatakan roti dan susu dari toko yang dia beli tidak enak.

"Terlajur aku beli. Makan sajalah," ujar Aji acuh.

Setelah melahap habis roti dan susu yang dia beli, Aji memutuskan untuk berangkat kemarkas Reverse yang terletak ditengah ibukota. Sesampainya dimarkas dia berjumpa dengan Roni yang hendak masuk kedalam markas, awalnya Aji tidak ingin menyapa atau berbicara denganya. Tetapi dari kejauhan Roni melambaikan tangannya.

The World that I SeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang