Satu minggu setelah operasi pembersihan. Suasana di Thanatos begitu tenang, masih dengan langit yang berwarna merah dan angina kering yang bertiup kencang dari arah laut menuju daratan. Disana masih berdiri sebuah panggung yang mega dengan beberapa sampah yang masih bersimpuh dibeberapa jalan. Sementara itu di RS Center Aji baru terbangun dari pingsannya, dan saat dirinya membuka mata pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah atap rumah sakit yang berwarna putih, dan selang infus yang menggantung diudara. Kala itu suasana benar – benar tenang, mata Aji perlahan melirik kesana – kemari seolah sedang mencari sesuatu. Tetapi ketenangan itu hanya sesaat, sampai akhirnya kenangan dari operasi menggerogoti tubuh dan pikirannya. Mulai dari dirinya yang tergigit oleh Hius, dirinya yang harus membunuh Rei yang terimfeksi, dan dirinya yang melihat Fikri mati bersimpah darah yang keluar dari rompinya. Semua itu teringat dan tergambarkan dengan jelas didalam bayangannya.
"auhhppss." Aji menarik nafas dalam – dalam hingga membuat alat pembantu pernafasan yang menutupi seluruh mulutnya mulai berembun.
"Sial!!"
"Sial!!"
"Sial!!" Teriak Aji dengan tersengau sambil tergesah – gesah melihat kedua bahu kanan dan kirinya secara bergantian. Tak ada bekas luka, ujar Aji dalam benaknya.
Setelah memastikan tak ada bekas luka di kedua bahunya. Aji pun mulai sedikit tenang, dan saat itu dia baru tersadar bahwa ruangannya saat ini benar – benar kacau. Beberapa selang infus pun terlepas dari dirinya, membuat cairan infus menggenangi lantai.
Kamar Aji yang berada di lantai 3 dari RS Center membuat Aji dapat melihat dengan mudah pemandangan yang ada diluar sana dari jendela yang ada disebelah kirinya. Begitu pun dengan lautan yang berwarna merah-kehitaman, lautan yang dipenuh oleh mayat hidup yang merenggut nyawa teman – temannya.
Kedua bolat mata Aji bergerak secara perlahan dari sudut kiri jendela menuju sudut kanan jendela. Pandanganya saat itu benar – benar penuh dengan kebencian, walau perasaanya masih dipenuhi dengan luka dan rasa takut, tapi sekujur tubuhnya terus – menerus bergetar. Kedua tanganya mengepal dengan erat, kedua kakinya pun tak sabar untuk berlari, tanpa sadar pun lisannya berucap, "akan aku habisi kalian semua !!"
"ehh janga habisi kami, kami datang kesini dengan damai."
"heii jangan berisi ini rumah sakit!!"
Menyadari ada seseorang yang datang kekamarnya, Aji pun langsung memalingkan pandanganya.
"Kalian siapa?" Tanya Aji
"Kau tidak ingat kami?! Parah sekali!"
"Kami adalah prajuti Reverse tingkat S, namaku Ryan dan ini Roni," ujar Ryan sambil memperkenalkan Roni yang ada disampingnya
"Ada apa prajurit tingkat S datang kesini?" Tanya Aji.
"Kami hanya mau mengasih ini ke kamu," ujar Roni sambil melemparkan sebuah koper berwarna hitam kearah Aji.
"Kemarin sehari sebelum kamu bangun, Reverse telah melantik seluruh pasukan tingkat B ke tingkat A. Dan pasukan tingkat A akan dinaikan menjadi prajurit tingkat S," ujar Ryan.
Mendengar apa perkataan seorang pria bernama Ryan yang mengaku seorang prajurit Reverse tingkat S. Aji langsung membuka koper berwarna hitam yang dilemparkan kearahnya. Ketika Aji membukanya, disana ada sebuah seragam prajurit Reverse dengan emblem S dikedua bahunya dan sebuah ID card.
"Mungkin saat ini banyak pertanyaan dikepalamu, tapi untuk saat ini kamu cukup diam saja dan dengarkan apa yang akan aku jelaskan," ujar Ryan sambil terus menatap Aji.
"Yoshh cukup dengarkan aja!!" Saut Roni sambil menganggukan kepalanya. Sedangkan Aji hanya diam sambil terus menatap kearah Ryan dan Roni.
Suasana saat itu pun sempat mejadi hening beberapa saat hingga akhirnya Ryan kembali berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The World that I See
Science-FictionMungkin semua orang dimasa lalu sering berbicara bagaimana bumi berkembang kedepannya. Mobil terbang? Perjalanan waktu? Teknologi komputasi yang sangat canggih? Semua itulah yang dibicarakan dan didambakan, pada akhirnya semua itu omong kosong belak...