Orang – orang di masalalu mungkin pernah berfikir akan seperti apa nanti bumi ini dimasa depan? Akan seperti apa bentu mobil nanti? Akan seperti apa bentuk handphone nanti? Semua pertanyaan – pertanyaan itu pun tentu bukan pertanyaan biasa, pertanyaan tersebut lebih seperti sebuah pengharapan. Harapan semua akan menjadi lebih baik dimasa yang akan datang. Walau harapan itu sekarang hanya sekedar omong kosong belaka.
"Aji lama sekali ayo cepat!!" suara panggilan dari laki – laki yang terdengar dari balik pintu kamar Aji.
"Iya ini sudah selesai," jawab Aji sambil membuka pintu kamarnya.
"Tidak ada yang tertinggal?" Aji pun menganggukan kepalanya.
"Baiklah ayo kita bergegas, suara mahluk itu sudah semakin mengganggu akhir – akhir ini."
Saat ini waktu menunjukan jam 04.20 pagi. Aji bersama dengan rekannya yang bernama Fikri bergegas dengan cepat menuju ke mobil Jeep berwarna hitam dengan atap terbukan yang terparkir di depan bangunan tua dimana Aji tinggal. Mereka berdua pun langsung bergegas menuju bibir pantai, tempat suara yang mengganggu itu berasal. Mungkin jika orang – orang yang dari masalalu melihat kondisi saat ini, mereka akan kebingungan atau bahkan menangis histeris karena ketakutan. Opini itu tiba - tiba muncul didalam benak Aji, sambil memandangi kondisi bumi yang saat ini begitu mengenaskan. Semua itu terlihat jelas dari jendela mobil Jeep yang melaju dengan kencang. Tentu opini yang tiba – tiba muncul dalam benak Aji bukan sekedar hipotesis yang tidak bisa dibuktikan kebenarnya, Kalian semua bebas berpendapat mengenai opini ku benar atau tidak, tapi jika kalian melihat apa yang aku lihat saat ini. Pasti apa yang aku katakan tadi akan benar terjadi. Ucap Aji didalam benaknya, seolah – olah apa yang dia katakan itu didengar oleh orang – orang dari masalalu.
Langit yang berwarna merah dengan suara raungan dan panggilan meminta tolong terus menemani tempat ini, bagaikan sebuah suara pendukung dari drama menyedihkan yang sedang dimainkan ditempat menyedihkan ini. Tanah yang tandus dengan beberapa orang bergelimpangan, mereka semua terbujur nyaris kaku dan beberapa yang lain menyeret tubuhnya dengan mulut yang menganga sehingga air liur keluar dari sana. Kulit orang – orang itu menempel lekat dengan tulangnya, tanpa menyisakan ruang sedikit pun untuk diisi oleh segumpal daging. "Gizi buruk." Mungkin itu yang akan terpikirkan oleh orang – orang ketika melihat seorang yang kurus kering seperti itu. Pada awalnya Aji pun berpikir seperti itu saat pertama melihatnya, tapi ternyataan itu bukan gizi buruk. Melainkan sebuah tekanan rasa stres yang menyerang mental sehingga otak merasa terbebani, sampai akhirnya tubuhnya tidak bisa lagi menyerap gizi dan nutrisi dari makanam dan minuman yang dimasukan kedalam tubuh. Hal itu terjadi karena otak mereka separuh lumpuh, dan kehilangan separuh fungsinya. Fungsi yang memberikan implus organ dalam untuk melakukan tugasnya. "Mengerikan." Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan penyakit itu, karena siapa yang terserang olehnya seperti sudah dipastikan untuk mati. Mati secara perlahan.
"Sepertinya semakin banyak saja yang terkena penyakit mengerikat itu."
"Iya semakin hari semakin banyak, mungkin karena tempat ini terlalu gila," ucap Fikri sambil terus menyetir.
"Oh iya penyakit itu masih belum diberi nama?" Tanya Aji dengan nada yang datar.
"Harusnya kau menanyakan obatnya sudah ada atau belum? Bukan menanyakan nama dari penyakit itu."
"Aku tidak terlalu berharap akan ada obat di tempat yang diberi nama Thanatos, dewa kematian dari negara Yunani yang dulu pernah ada. Selain itu tanaman untuk tumbuh ditempat ini saja sulit, air sulit didapat, makanan juga ..."
"Berhenti disitu!!" Fikri memotong pembicaraan Aji yang belum selesai dengan ekspresi wajah yang berkerut dimana – mana.
"Aduh, memang susah berbicara dengan orang yang terlalu realistis seperti mu, sekarang lebih baik kamu diam dan kembali memandang keluar jendela. Kalau mendengar kenyataan yang kau katakan beban stres ku akan naik lagi, dan bisa – bisa aku terkena penyakit mengerikan yang diberinama fatamorgana itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The World that I See
Fiksi IlmiahMungkin semua orang dimasa lalu sering berbicara bagaimana bumi berkembang kedepannya. Mobil terbang? Perjalanan waktu? Teknologi komputasi yang sangat canggih? Semua itulah yang dibicarakan dan didambakan, pada akhirnya semua itu omong kosong belak...