Hari sabtu yang kami tunggu pun tiba. Jam 11 lewat 45 malam, kami pun berjalan perlahan agar suara langkah kaki kami tidak terdengar. Lantai demi lantai telah kami lewati. Dan kami berjalan lebih waspada saat tiba di lantai 3. Karena beberapa ruangan di lantai 3 ini merupakan kamar bagi guru pria.
"Fokus.. Kalau ada guru yang keluar dari kamarnya, siap-siap langsung sembunyi yaa.." Bisik Jarot yang memimpin perjalanan, dan kami mengikutinya dari belakang
Mau sembunyi dimana? Setiap lantai hanya ada 1 lurusan lorong saja, pikir ku. Setiap ujung lorong hanya ada tangga untuk naik dan turun. Kalau bisa sembunyipun hanya di kamar mandi saja, yang terletak di 2 ujung lorong dekat tangga. Tapi lumayan jauh, kami tidak punya peluang untuk sembunyi, sekarang kami telah berada di tengah lorong.
Krek.. Benar saja.. Ucapan Jarot. Pintu yang tak berapa jauh dari jarot terbuka. Kami sangat panik, karena tidak ada tempat persembunyian. Jika kami lari ke kamar mandi, pasti suara langkah kaki kami terdengar. Kami hanya bisa mematung pasrah.
Nampak seorang guru yang tidak ku ketahui siapa, karena dia membelakangi kami dan berjalan ke arah tangga yang menuju ke lantai 4. Aku harap-harap cemas, takut jika ia berpaling ke arah kami. Ia terus berjalan mantap ke arah ujung lorong, dan berbelok ke kanan memasuki kamar mandi.
"Buka sandal kalian dan lari ke arah tangga." Bisik Jarot
Kami pun langsung melepas sandal kami dan berlari ke arah tangga yang menuju ke lantai 4. Kami menaiki anak tangga dengancepat, dan sampai lah di pintu besi yang tergembok di ujung tangga lantai 4. Jarot mengisyaratkan untuk tidak berbicara dulu, karena takut ketahuan oleh guru yang di kamar mandi. Setelah guru itu keluar kamar mandi dan memasuki kamarnya, Jarot pun menyuruh ku menghidupkan senter yang ada di tangan ku.
"Mau ngapain? Balik aja dehh, pintu nya udah di gembok tuh." Ucap ku sambil menghidupkan senter
"Tenang aja.. Kita bisa pakai penjepit kertas untuk membuka gembok ini." JawabJarot
"Kayak pesulap aja." Ucap Randi
"Bukan pesulap, perampok tuh." Ledek Beno
"Ssttt.. Jangan ribut. Perhatikan aja, dan sorot ke arah gembok ini." Pintah Jarot
Aku pun menyorot ke arah gembok tersebut. Jarot memulai aksinya dengan menggunakan 2 penjepit kertas yang di bawanya. Tidak sampai 1 menit, gembok itu pun terbuka.
"Ternyata lu hebat juga ya.." Puji Toni
"Siapa dulu dong.. Jarot.!" Ucap Jarot dengan bangga
"Yasudah, ayo masuk. Keburu ada guru yang melihat kita nih." Ucap ku
Kami pun membuka pintu besi tersebut dan menutupnya kembali dengan mencantolkan gembok tersebut dengan keadaan tidak terkunci. Agar waktu kembali ke kamar, tidak repot untuk membuka gemboknya lagi.
Kami pun memilih ruangan yang berada di tengah lorong sebagai tempat menonton. Agar saat kami menonton, suara dari speaker tak akan kedengaran sampai ke lantai 3.
Jarot membuka pintu ruangan yang terkunci itu dengan penjepit kertas lagi. Kami pun memasuki ruangan itu, aku mencari stop kontak untuk menyalakan lampu, tapi.. Lampunya tidak menyala. Aku sorot lampu senter ku ke arah langit-langit, ternyata tidak ada lampunya.
"Kita pakai senter aja, lagian nonton gelap-gelap lebih seru, serasa seperti nonton di bioskop." Canda Beno
Beno pun membuka laptop dan memasang speaker, sementara kami meletakkan koran di lantai sebagai alas tempat duduk kami.
Dibantu vote yaa.. Terima kasih..

KAMU SEDANG MEMBACA
Tembang Jawa
HorrorBercerita tentang beberapa sahabat yang menyanyikan tembang jawa, yang membawa mereka kepada kematian. Bagi yang penakut, silahkan membaca. Karena cerita ini tidaklah terlalu seram.