Pagi yang cerah, tidak seperti biasanya Hana yang akan bangun siang pada saat hari libur, tapi pagi ini Hana sudah rapi dan wangi ia dan paman serta bibinya tengah menunggu jemputan yang akan mengantar Hana ke sekolah barunya. Was-was dan deg degan itulah perasaan Hana sekarang ia sangat gugup dan hal ini diketahui oleh paman dan juga bibinya.
Bibinya pun memberikan kode kepada suaminya agar menenangkan Hana, pamanya pun langsung duduk di samping hana dan mengelus kepalanya pelan "Berasa gugup ??" Tanya pamannya. "Humm begitulah paman aku takut berjumpa dengan orang-orang yang ada disana karena paman bilang bukan hanya manusia tapi vampir werewolf serta mahkluk astral lainnya juga bersekolah disana, bagaiman jika mereka tidak mau berteman denganku paman dan bagaimana jika mereka malah menjadikanku santapan mereka tidaaaaak...." Hana berteriak dan gemetaran.
Paman yang melihatnya pun tertawa dan berkata " jika hal itu terjadi kau bisa menyetrum mereka dengan kekuatanmu" sahut pamannya dengan muka geli. Hanapun berpikir sejenak dan berkata " paman bukankah kekuatanku itu pengatur cuaca knapa paman bilang listrik ?" Tanya hana penasaran. Pamannya pun menghela nafas dan berkata "Memang kekuatan utama dari keluargamu khususnya kamu adalah untuk mengatur keadaan langit dan itu pula yang menjadi alasan kenapa kerajaan kita dulu sangat subur dan makmur walaupun wilayah kerajaan kita sangat kecil namun apakah kamu tau kalau hujan itu prosesnya membutuhkan sesuatu selain air ??" Tanya pamannya. Dan hana pun langsung menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu.
" hujan seperti yang kita tau prosesnya bukan hanya memerlukan air tapi juga matahari dan juga angin oleh sebab itu kamu juga bisa mengontrol elemen air, angin dan masalah listrik itu, bukankah kemarin kau membuat petir yang menghanguskan kebun anggur kita han??" Tanya pamannya, Hanapun nyengir lima jari karena baru teringat ulahnya kemarin yang menghanguskan setengah dari kebun anggur kesayangn bibinya itu.
"Bukan hanya itu hana tapi tanda hitam dipunggungmu itu menunjukkan kalau kamu adalah ras dari bangsa curador dan yang paman ketahui ras itu telah lenyap tapi kau mempunyai tanda itu. Biasanya tanda itu akan muncul bukan karena keturunan tapi kepada mereka yang terpilih. Dan untuk jelasnya nanti kamu cari tau sendiri" jelas pamanya singkat,
Sebenarnya hana masih penasaran dan ingin menanyakan perihat ras curador dan jenis kekuatan apa itu tapi jemputan telah datang dan Hana pun harus segera pergi karena ia akan menempuh perjalanan yang jauh, sebelum pergi bibi dan pamanya memeluknya erat seolah yak rela difinggal anak gadis kesayangan mereka setelah selesai pamitan Hana pun langsung masuk kedalam mobil dan berangkat.
Hana tidak banyak bicara saat perjalanan iapun hanya tersenyum saat dilirik oleh sopirnya. Menjelang sore tapi sang sopir belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berhenti Hana pun bertatany " maaf pak apakah masib jauh tempatnya ?" Pertanyaan Hana pun dijawab oleh sang supir "tidak nona sudah hampir sampai, utu dia tujuan kita" tunjuk sopir itu dan mereka berhenti di pinggir hutan sangsopirpun menunjukkan jalannya dan maauk kedalam hutan.
Hanapun bertanya-tanya dalam hati 'kenapa masuk hutan? Apakah sekolahnya didalam hutan?' Karena asik berpikir sendirian hanapun tidak sadar bahwa ia telah sampai di sebuah danau yang indah dan disisi danau itu terdapat sebatang pohon sakura yang sangat besar dan mmm indah.
Matanyapun tidak hentinya memandang pohon itu tanpa disadari Hana sopir tadi telah mengganti pakaiannya dengan jubah dan tunggu sopir tadi telinganya berubah 'telinganya mirip telinga musang' batin hana iapun hanya diam ketakutan melihat penampilan sopir tadi, sang sopir yang menyadari tatapan ketakutan kliennya langsung berkata "tidak apa saya hanya bertugas mengantar anda sampai sini".
KAMU SEDANG MEMBACA
magia delcielo Academy
FantasiaPada zaman yang modern seperti ini banyak orang yang menganggap sihir dan kekuatan magic itu hanyalah omong kosong belaka. Bahkan banyak dari mereka yang menyangsikan adanya dunia atau dimensi kain selain dunia yang mereka tempati, tapi apakah benar...