Titik Air Hujan

13.4K 595 13
                                    

Kicauan burung dipagi hari membuat kelopak mata seorang gadis cilik terbuka perlahan, "hoaaahmmm... ternyata sudah pagi.." gumamnya sambil mengucek matanya. Belum sempat ia bangun suara teriakan sudah menyambut pagi harinya yang cerah."Hanaaaaaa..... mau sampai kapan kau tidur dasar anak gadis malas....." teriak seorang wanita dari luar kamarnya, yaah wanita yang berteriak tadi tidak lain adalah bibinya. Walaupun bibinya suka berteriak kepadanya tpi ia sangat menyayangi hana yang telah dianggap seperti anaknya sendiri. Dengan gontai dan tampang yang masih acak-acakan hana pun bangun dan keluar kamarnya menuju sumber suara tadi.

Author Pov

Muzashi Hana gadis berambut merah muda dengan bola mata biru langit itu tinggal di pinggir desa dengan bibi dan juga pamanya. Sebuah rumah sederhana dengan pemandangan danau yang luas di belakang rumah dan sawah yang luas, satu kata untuk pemandangan itu "indah". Hana tinggal dengan bibinya dari berumur 5 thn dan sekarang sudah 7 thn berlalu. Kejadian yang memisahkan Hana dan keluarganya yang dianggap telah meninggal itu masih mengusik pikirannya. Gadis cantik ini sudah memasuki usia 12 thn dan tahun ini adalah tahun pertamanya di bangku junior High School dan sekarang masih libur musim semi.

Hana turun dari kamarnya kelantai bawah sambil menggerutu tidak jelas."ada apa bi, masih pagi kok udah teriak?" Tanya hana."Pagi katamu?? Matahari sudah tinggi begitu kmu bilang masih pagi?" Bentak bibinya(lagi). Hana pun hanya mendengus kesal dan menatap bibinya yang masih asik bergelut dengan kerjaannya didapur. "Hana daripada kamu hanya berdiri dan mematung seperti itu lebih baik kamu sirami tanaman yang ada di kebun. Lihat itu bunga ajisaimu sudah hampir layu karena kamu begitu malas meniraminya.."kata bibinya. Hana pun menjawab,"Biarlah hujan yang menyiraminya bi aku masih sangat mengantuk " ucapnya lesu. Bibinya berbalik menghadap Hana dan mendelik "Kamu kira hujan akan turun kalau kamu minta? Jangan banyak alasan cepat sirami tanaman itu" bentak bibinya sambil menunjuk-nunjuk keluar jendela. Hana pun hanya bisa pasrah dan berjalan keluar untuk menyirami tanamannya."Andai saja turun hujan, aku tudak akan perlu repot-repot menyiraminya" bisiknya dalam hati. Belum sempat hana membuka pintu terdengar hujan turun dengan derasnya. " hah hujan waah... kbetulan sekali jadi hana tidak perlu nyiram tanaman lagi kan bi? " ucapnya ke arah bibinya. Bibi dan pamanya tersentak kaget melihat hujan turun, bibinyapun berjengit ke arah suaminya yang dari tadi hanya asik membaca koran. "Kalau begitu sini bantu bibi didapur siapin sarapan ..." Hana pun dengan tampang kesal langsung kedapur kandas sudah harapannya untuk tidur lagi. " Hana tolong buat sarapannya dan jangan menggosongkan apapun lagi mengerti" perintah bibinya. Hana pun hanya mendengus kesal "yayaya.." ucapnya kesal.

Bibinya pun keluar dapur menemui suaminya " sayang apa kamu melihatnya tadi??" Tanya azumi(bibinya hana) ." Ya " jawab suaminya dengan tampang berpikir. " tapi bukankah seharusnya kekuatannya bangkit jika ia sudah berubur 17 thn dan sekarang umurnya baru 12 thn" tanya azumi kepada suaminya. Suaminya hanya mengerutkan alis dan berkata "Sudah waktunya kita kirim dia kesana" jawab suaminya. "Maksudmu ke academy?? Sayang umurnya baru 12 thn sedangkan min umur yang masuk kesana adalh 15 thn" ucap azumi setengah berbisik. "Aku tau tapi ini diluar kendaliku kau liat sendiri tadi dia baru saja memanggil hujan, azumi ini adalah pilihan terbaik, ini lebih baik mengirimnya cepat kesana sehingga dia bisa mengontrol kekukatannya, tunggulah sepertinya orang itu sudah tahu apa yang terjadi dengan hana biar dia yang bertindak selanjutnya" ucap suaminya lirih. Azumi hanya bisa diam ia tudak rela melepaskan hana yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri itu.

Setelah selesai menyiapkan sarapannya Hana pun segera bergegas untuk membersihkan diri setelah itu dia pun langsung turun kemeja makan dan sarapan bersama paman dan bibinya. " bi bolehkah ak tanya sesuatu??" Tanya hana tiba2 . "Paman dan bibinya pun menghentikan kegiatan makan mereka dan menoleh kearah hana."Ya sayang ada apa ?" tanya bibinya lembut. "Ummm.. tdi ketika hana mandi ada sesuatu dibagian punggung hana, itu seperti bulatan dan berwarna hitam. Apakah itu tanda lahir? tapi hana tidah pernah melihatnya sebelumnya. Tadi hana melihatnya nggak sengaja karena rasanya panas waktu disentuh". Bibinya hanya diam ditanya setelah beberapa detik berlalu akhirnya pamanya menjawab " ya itu tanda lahirmu, mungkin rasa panas yang kamu rasakan karena ada peradangan ringan pada kulitmu mengingat kalau kamu itu jarang mandi dan jorok" jawab pamannya. Hana pun mendengus kesal "Hana kan udah rajin mandinya nggak kyak dulu, sekarang hana sudah gede paman" ucapnya kesal sambik menyendok sereal dan memasukkannya kemulut sembarangan. Paman dan bibinya tertawa mendengar jawaban hana.

Setelah sarapan Hana pun kembali kehabitatnya dan mulai membaca komik favoritnya sambil mendengarkan musik. Lain halnya dengan paman dan bibinya yang sedang duduk mengobrol diruang keluarga dengan ekspresi khawatir. "Sayang apakah tanda yang ditanya hana itu adalah tanda dari keturunan bangsa curador ??" tanya azumi. "Aku yakin begitu walaupun kata ia tadi hanya bulatan itu berarti tanda itu belum tumbuh tapi dapat dipastikan itu adalah lambang dari ras curador, tapi ras curador sudah punah dan yang kutahu ras itu punya kemampuan untuk healer bukan kendali cuaca" jawab suaminya bingung. Merekapun terdiam dengan pikiran masing-masing.

Di tempat lain seorang peramal berkata " Bunga telah tumbuh, langit menunggunya, cahaya dan air memberikannya kehidupan dan bumi merawatnya. Ia terlahir sebagai anak langit memberikan cahaya dan kemakmuran, memberikan malapetaka dan kehancuran menumpas kegelapan atau menelan cahaya"


Ini pertama kalinya aku membuat cerita. Masih kaku dan banyak kekurangn karena itu aku mohon saran dan kritiknya ya..... see yaaa.....
Dan maaf typo banyak bertebaran......

magia delcielo AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang