"Apa?! Apa kau bilang? Kau dan Jaehyun ...."
Hye Rim mengangguk lemah.
"Tapi kenapa Kim ssaem semudah itu mempercayakan Jaehyun untuk menjadi guru pembimbingmu? Meskipun dia memang pintar, tapi dia tidak lebih pintar dari Kim ssaem sendiri."
Hye Rim mengangguk lemah sekali lagi.
Ya, kemarin, Kim ssaem memberinya teguran keras karena nilai matematikanya yang terendah di antara teman-teman sekelasnya. Tidak hanya teguran keras, tapi juga menjadi teguran terakhir bagi Hye Rim. Untuk ujian kenaikan kelas nanti, Hye Rim benar-benar harus mendapatkan nilai yang lebih baik, karena jika tidak, guru matematikanya itu tidak akan membantunya lagi, bahkan mungkin akan mengabaikannya. Dan untuk itu, Kim ssaem memercayakan Jung Jaehyun, ketua kelas yang juga menjabat sebagai ketua osis, untuk menjadi guru pembimbing Hye Rim sampai menjelang ujian.
Kau tahu, Hye Rim memang menyukai ini. Ini adalah kesempatan emas baginya untuk dapat lebih dekat dengan Jaehyun, laki-laki yang disukainya sejak sekolah menengah pertama. Tapi, di sisi lain, Hye Rim merasa tidak pantas untuk mendapatkan semuanya ini.
"Ini sebuah keberuntungan. Jadi, jalani saja dengan senang hati," ucap Eun Ji, partner duduk Hye Rim di kelas, sekaligus sahabatnya.
"Ini akan lebih baik jika aku ditemani oleh seseorang. Aku khawatir suasananya akan canggung saat berdua dengannya," ujar Hye Rim.
"Meskipun begitu, perasaan senang itu tetap ada, 'kan? Kau senang karena akhirnya keberuntungan itu datang padamu."
Ya, Hye Rim sendiri merasa tidak yakin dengan perkataannya tadi. Dia hanya ingin berdua dengan Jaehyun, tapi ... ya ..., ini memang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
'Jadi, ini benar-benar sebuah keberuntungan?'
Perhatian Hye Rim dan Eun Ji teralihkan pada pintu kelas yang bening--yang kini terbuka. Tidak lama kemudian, sosok laki-laki berperawakan tinggi dan putih itu melangkah masuk ke dalam kelas. Hye Rim menahan napas sembari jantungnya berdegup kencang.
Oke, kalau dalam situasi seperti ini saja sudah membuatnya gugup, lalu bagaimana sore nanti, saat kelas tambahannya pertama kali dimulai?
"Jung Jaehyun, tumben kau datang sepagi ini," Eun Ji yang duduk di atas meja dan menghadap Hye Rim itu menyahut.
Jaehyun kemudian tersenyum sembari kedua kakinya melangkah menuju tempat duduknya yang berada di barisan paling depan. "Ah, ada yang harus kukerjakan," jawabnya santai seraya duduk di bangkunya. Namun, sebelum benar-benar duduk, pandangannya teralih pada Hye Rim. Mungkin, dia mengingat sesuatu tentang gadis itu dan menegakkan kembali tubuhnya.
"Kim Hye Rim, kau tidak lupa dengan kelas tambahan nanti, 'kan? Aku tidak ingin kau terlambat dan mungkin ... kita akan pulang sedikit lebih lama. Kupikir, kita benar-benar harus menyelesaikan semuanya lebih cepat."
Hye Rim membelalak, terkejut. Memang, dia suka bersama-sama dengan Jaehyun, tapi kalau membahas soal matematika, bisa-bisa Hye Rim tertidur nanti.
Ah, ya. Ini juga sedikit menyakitkan hati Hye Rim. Bagaimana tidak, maksud Jaehyun memperpanjang waktu belajarnya adalah karena ingin menyelesaikan semua materi lebih cepat. Itu berarti Jaehyun sama sekali tidak berniat untuk bersama-sama dengan Hye Rim lebih lama. Ya .... dari awal Hye Rim memang tidak boleh berharap lebih. Apalagi untuk laki-laki seperti Jung Jaehyun.
"Okay," balas Hye Rim seadanya.
💑
Hye Rim menggigit pelan bibir bawahnya. Kedua kakinya ragu untuk melangkah masuk ke dalam kelas, sementara ada dorongan dalam hatinya yang menyuruhnya untuk masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU, BUT I CAN'T BE WITH U (NCT FANFICTION) [COMPLETED]
FanfictionSemua murid perempuan di sekolahnya menyukai Jung Jaehyun. Ya, Jaehyun terkenal bukan hanya karena secara fisik sempurna, tapi juga karena kepribadian dan jabatannya di sekolah. Jaehyun adalah ketua osis, ketua kelas, dan murid kebanggaan guru-guru...