Chapter 2 - Something Bad

2.6K 308 11
                                    

Luka di lututnya menyusahkan saja. Hye Rim harus berjalan sedikit lebih lambat--tidak selincah biasanya--bahkan sampai terpincang-pincang. Untung saja, di dekat rumahnya ada toko serba ada, jadi dia bisa membeli plester penutup luka. Dan lain kali, mungkin Hye Rim harus mempertimbangkan kejahilannya pada Taeil berlebihan atau tidak. Ya, sekarang, gadis itu memercayai adanya karma.

Meskipun ia tidak bisa berjalan secepat biasanya, tapi hari ini dia tetap datang seperti pagi-pagi sebelumnya. Ia mendapati sekolah itu masih sepi ketika menginjakkan kakinya di koridor. Jadi, Hye Rim memutuskan untuk ke taman belakang sekolah. Memang jarang, sih, dia ke sana. Tapi apa salahnya, duduk di sana dan mengistirahatkan kedua kakinya selama beberapa menit. Lagipula, belum ada orang yang nampak di lingkungan sekolah.

Hye Rim baru saja menginjak halaman yang ditumbuhi rumput-rumput pendek berwarna hijau di taman, ketika sebuah suara, yang entah dari mana asalnya, mengusiknya. Semakin lama, semakin kedua mata gadis itu membulat.

"Ada yang sedang bertengkar ...," gumamnya, mulai panik.

Kini, tatapannya hanya terfokus pada sebuah lorong gelap yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Hye Rim melangkah dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara dan ketahuan.

Ada empat orang yang berdiri di tengah kegelapan lorong itu. Salah satunya, berdiri membelakangi Hye Rim.

'Jaehyun?'

Tidak ada yang menyadari kehadirannya di sana. Sampai akhirnya kedua mata Hye Rim menangkap suatu objek yang membahayakan Jaehyun. Laki-laki yang berdiri menghadap Jaehyun itu hendak meninju Jaehyun.

"Berhenti!!!" Lantas, teriakan itu keluar begitu saja dari mulut Hye Rim, yang sekaligus mampu menghentikan aksi laki-laki itu. Jaehyun berbalik dan terkejut melihat Hye Rim di sana. Tidak hanya Jaehyun, yang lain pun sama.

Namun yang terjadi di detik berikutnya ....

BUKH!

"Jaehyun-ah!"

💑

Hye Rim terdiam sambil memerhatikan plester penutup luka yang ia pegang. Plester itu memang ia beli untuk mengobati lukanya, tapi berhubung Jaehyun terluka lebih parah--ya, menurut Hye Rim, memar di wajah itu lebih parah dan memalukan, apalagi Jaehyun yang menyandang status sebagai Ketua Osis--jadi Hye Rim memutuskan untuk memberikannya pada Jaehyun saja.

"Kebetulan aku membawa ini. Jadi kau pakai saja, ya." Hye Rim menunjukkan plester berwarna cokelat itu pada Jaehyun yang tengah duduk di bangkunya dan membukanya.

"Eh, apa yang kau lakukan?" tanya Hye Rim setelah Jaehyun merebut plester itu dari tangannya.

Jaehyun membungkukkan badannya, dan membuka plester itu.

"Jangan sok perhatian dengan orang lain kalau kau belum bisa memerhatikan dirimu sendiri," kata Jaehyun, lalu menempelkan plester itu pada luka di lutut Hye Rim.

Tentu saja Hye Rim tidak menyangka ini. Plester itu memang dibeli olehnya, tapi jika Jaehyun yang memakaikannya, rasanya pasti akan berbeda. Hye Rim tidak menyangka Jaehyun sepeduli ini terhadap wanita.

Namun, semua ini tidak bisa membuat Hye Rim berharap lebih. Dia tahu, semua laki-laki akan melakukan hal yang sama terhadap semua wanita yang mengalami kejadian yang sama.

"Gomawo, Jaehyun-ah," Hye Rim tersenyum, "Tapi bagaimana dengan memar di wajahmu? Kau tidak takut kalau ada guru yang curiga padamu?" tanyanya.

"Anak-anak itu harus diberi pelajaran. Dan memar di wajahku ini bisa sedikit membantuku."

Hye Rim mengerti maksud Jaehyun. Ia suka dengan sikap Jaehyun yang tegas terhadap siapapun yang membuat masalah. Tapi, entahlah, di sisi lain, Hye Rim juga merasa khawatir, kalau ketegasan dan keberanian Jaehyun itu ... akan menimbulkan sesuatu yang buruk, yang mungkin saja membahayakannya.

I LOVE YOU, BUT I CAN'T BE WITH U (NCT FANFICTION) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang