'Jadi ..., kau benar-benar mencintaiku, Jung Jaehyun?'
Hye Rim terbangun. Napasnya tersengal-sengal. Ia bahkan tidak tahu perasaan seperti apa yang ia rasakan saat ini. Terkejut, iya. Senang, iya. Sedih, iya.
Masih dalam posisi tidur, Hye Rim menyapu pandangan ke sekelilingnya. Ini rumahnya, tepatnya ... ini kamarnya. Tunggu. Jadi semuanya hanya mimpi? Tentang pengakuan Jaehyun semalam itu ... benar-benar hanya mimpi?
"Kau sudah bangun?" Taeil yang baru saja masuk ke kamar Hye Rim, akhirnya bertanya ketika melihat sang adik sepupu telah membuka mata. "Kau ke mana saja kemarin? Kenapa Jaehyun yang mengantarmu pulang?"
Apa? Jaehyun mengantarnya pulang? Jadi, yang kemarin itu bukan mimpi. Kenapa dia tidur sepulas itu, ya?
"Kau tidak perlu tahu. Itu urusanku," jawab Hye Rim.
"Kau ini tidak tahu berterima kasih. Aku sudah membantu Jaehyun membopongmu ke sini dan membersihkan lukamu. Tapi kau malah seperti ini. Sudahlah!" Taeil hendak keluar dari kamar.
"Gomawo, oppa."
Taeil mengurungkan niatnya untuk keluar. Ia berbalik lagi dan menatap Hye Rim dengan kasihan. Bagaimanapun juga, sejahil dan senakal apapun Hye Rim, gadis itu tetaplah saudara sepupunya yang sudah dianggap sebagai adik kandungnya sendiri. Kalau bukan karena dia pula, mungkin Taeil tidak akan pernah bisa lepas dari trauma akan kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya hingga meninggal. Hye Rim satu-satunya saudaranya yang peduli dan menemaninya. Taeil beruntung memiliki adik sepertinya.
"Kau harus menjaga dirimu dengan baik. Akhir-akhir ini kau sering terjatuh." Taeil mengingatkan. Setelah itu, dia keluar dari kamar Hye Rim.
Hye Rim menghela napas. Ia terbayang akan pengakuan Jaehyun semalam. Jadi, Jaehyun menyimpan perasaan--selain sebagai teman--terhadapnya.
Soal keinginan Hye Rim untuk mendapatkan laki-laki yang pintar, bijaksana, bertanggung jawab, dan kaya ... sebenarnya tidak hanya itu. Hanya saja, Jaehyun tidak mendengarkannya saat itu. Laki-laki itu terlanjur pergi.
💑
"Selamat, Kim Hye Rim, kau naik dua peringkat untuk test kemarin. Kau harus berterima kasih pada Jaehyun. Kalau bukan karena dia, mungkin kau akan tetap berada di peringkat terendah."
Hye Rim mengangguk semangat, lalu menerima hasil test-nya dari tangan Kim ssaem.
"Gamsahamnida, Kim ssaem," ucapnya. Hye Rim melirik tempat duduk Jaehyun di barisan paling depan. Bangku itu masih kosong sejak pagi tadi. Saat Hye Rim tiba di kelasnya, hanya ada tas milik laki-laki itu yang ada di bangkunya. Sebenarnya, Hye Rim sedikit kecewa.
Hye Rim melangkah menuju tempat duduknya. Ia duduk, lalu memerhatikan bangku kosong itu lagi. Entah datang dari mana perasaan ini, tapi Hye Rim merasakan sesuatu yang aneh. Bisa dibilang, ini seperti sebuah firasat yang buruk.
💑
Setelah bel pergantian pelajaran, Hye Rim segera keluar dari kelas dan berlari-lari kecil. Ia berlari menuju ruang guru dan membuka pintu, lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Di situ hanya ada guru-guru dan beberapa murid yang tengah berbincang dengan sang guru. Tidak ada sosok Jaehyun di sana.
Hye Rim menutup pintu dan berlari menuju kantin. Namun, nihil. Kantin masih sepi, dan Jaehyun tidak mungkin ke sana sebelum bel istirahat berbunyi. Hye Rim berlari lagi, dan tempat terakhir yang ingin ia tuju adalah ruang Osis.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU, BUT I CAN'T BE WITH U (NCT FANFICTION) [COMPLETED]
FanfictionSemua murid perempuan di sekolahnya menyukai Jung Jaehyun. Ya, Jaehyun terkenal bukan hanya karena secara fisik sempurna, tapi juga karena kepribadian dan jabatannya di sekolah. Jaehyun adalah ketua osis, ketua kelas, dan murid kebanggaan guru-guru...