Part 6

1.5K 42 15
                                    

Alvin POV

Aku ingin sekali menyatakan perasaanku kepada Fanni. Tapi, aku takut saat aku menyatakannya, Fanni malah menjauhiku.  Aku takut, Fanni malah tidak nyaman denganku. Aku... Ah! Lelaki macam apa aku ini?

Aku Harus Gentle Man dong!

Aku akan menyatakan Perasaanku diwaktu yang tepat! Aku pasti bisa. Aku yakin.. Fanni juga menyukaiku.  Aku bisa mengetahuinya saat melihat tatapannya. Ya, Tatapannya.

Fanni.. Walaupun konyol dan kekanak-kanakan.. Dia.. Penuh kasih sayang.

Aku harus mencari saat yang tepat untuk menyatakkan perasaanku.  Kalo enggak.. Nanti keduluan Faris lagi!

Eh.. Ngomong-ngomong Faris... Ini kan udah jam 15:57! Bentarlagi Faris pulang.. Aku harus segera menjemput adik tercintaku itu.

Aku kemudian keluar dari ruanganku dengan terburu-buru.

Tiba-tiba.. Seseorang menarik tanganku.  Akupun menoleh kebelakang.  Ternyata itu Ratu. Huh, mau apa lagi sih Cewe genit ini? Please deh!

"Alvin.. Mau kemana? pulang ya? Aku ikut ya? kamu mau kan nganterin aku pulang?" Tanyanya manja.  Ih.. Ngapain sih dia? Ganggu

"Aku mau jemput Faris. Jadi, maaf.. Aku ga bisa nganterin kamu pulang." Kataku cuek. Tanpa menghiraukannya, aku langsung berjalan menuju tempat parkir.

Aku lansung menyalakan motorku.

*****

Aku sampai di sekolah Faris.  Aku memarkir motorku. Kemudian menuju kantor Pak Yasa untuk mengobrol soal kepemimpinan.

Seperti biasa, Faris sedang Bermain Futsal di lapangan bersama temannya dan Rohman. Ya, Rohman adalah teman SMA ku.

"Ka, gue main futsal dulu ya.." Kata tanpa mengalihkan perhatiannya dari bola yang sedang di tendangnya.  Hhaha.. Adikku ini... Hobi banget main Futsal.

Aku mengetuk pintu ruangan pak Yasa, menucapkan salam, kemudian masuk. Terlihat, Pak Yasa sedang mengetik sesuatu.

"Eh Pak Alvin..." Sapa pak Yasa. Aku hanya tersenyum.

Kemudian aku dan pak Yasa mengobrol tentang bisnis, kepemimpinan, pendidikan, dll.

Tak terasa, sudah jam 17:35. Aku segera mengakhiri obrolanku dengan pak Yasa, kemudian keluar ruangan.

Faris masih bermain Futsal.

Aku melihat sekeliling.  Siapa tau Fanni belum pulang.. Hahaha..

Dan... Benar saja.. Aku melihat Fanni di koridor depan kelasnya sedang berkutat dengan Laptop abu-abunya. Fanni terlihat sangan baik pada sahabatnya.  Ah, pada sahabatnya saja baik.. Apa lagi pada seseorang yang dia cintai...

Ah.. Kapan ya saat yang tetapt untuk menyatakan perasaanku? Sudahlah..

Aku menghampiri Fanni untuk sekedar mengobrol dan mencairkan suasana.. Yah, siapa tau.. Aku bisa menyatakan perasaanku

"Eh Fanni.. Assalamu'alaikum.." Sapaku sambil tersenyum.  Fanni mengalihkan pandangannya dari laptop abu-abunya ke arahku yang sekarang duduk agak jauh darinya.

"Wa'alaikumussalam kak Alvin.." Katanya sambil tersenyum. Ah, aku sangat suka senyumannya. Saat dia tersenyum, gigi seri nya yang besar dan lucu itu terlihat. Hahaha.. Lucu sekali...

"Lagi ngapain sih? Serius amat?" Tanyaku untuk memulai obrolan kami ini

"Hahaha.. Engga.. cuma lagi main game sambil nunggu Papa sama Mama jemput.." Jawabnya polos. Biasanya dia pulang bersama jemputan dan teman-temannya yang rumahnya berdekatan.

"Oh.." Kataku. Ah, aku kehabisan kata-kata... Aku harus bertanya apa lagi?

Aku melihat ke layar Laptopnya. Dia sedang chatting dengan Nurul, sahabatnya.

Ah, aku pura-pura tidak tau saja..

"Cie yang lagi chatting.. Chatting sama siapa sih?" Kataku. "Hahaha.. bukan siapa-siapa kok.. Ini Nurul.." Katanya sambil menatapku. Kami pun saling bertatapan.

Aku menatap lekat-lekat matanya yang terhalang kacamata. Ini kesempatanku.

"hhmm... Fanni.." Kataku memecah kesunyian. "Iya ka?" Tanya nya masih menatapku "Ehmm.. Kakak.. Kakak tuh sebenernya.." Ah... Aku gugup.. "Apa? Ayo bilang aja.. Aku ga marah kok.." Katanya MASIH menatapku, dengan senyum.

"Kaka.. Suka sama kamu.. Yah.. Mungkin kamu ga akan percaya.. Tapi, inilah yang kaka rasain.." Kataku. Ah.. Akhirnya aku mengatakannya.

Fanni tertegun. Dia masih menatapku.  Tapi, kali ini dengan ekspresi heran. Hahaha.. Lucu sekali wajahnya.

"Fanni?" Kataku. "Hah? Kaka bercanda kali... Hahaha.. Ada ada aja.." Katanya. Lah? Aku kan serius. "Ih.. Kaka serius, Fanni.. Kaka suka.. Sayang sama Fanni.." Kataku. Jantungku berdegup kecang. Aku rasa, Fanni juga merasakannya.

"Aku.. Aku.. Aku juga kak..."Katanya. hah? Maksudnya? Apa dia juga suka padaku?

"Aku juga suka sama kaka... Ya, kaka itu.. Perfeksionis.. Tapi, seriusan nih kaka suka sama aku yang kekanak-kanakan?" Tanyanya.  ya, aku yang perfeksionis dan Fanni yang kekanak-kanakan akan saling melengkapi.

Aku tersenyum kepadanya.

Tiba-tiba.. "Kak.. Ayo pulang.." Kata Faris. Ah... Aku tidak sadar kalau sekarang sudah jam 17:50. "Iya.."Kataku.

"Fanni.. Kaka pulang dulu ya.. Assalamu'alaikum.. " Kataku pamit. ah.. berat sekali rasanya. Aku masih ingin mengobrol dengan Fanni.  Mengobrol tentang perasaan kami.

Fanni hanya mengangguk dan menjawab salamku.

Aku menghampiri Faris. "Kak.. habis ngapain lo?" Tanyanya dengan mengangkat alis "Gue ceritain di rumah..." Kataku.

Kamipun pulang. Sesampainya dirumah..

"Kak.. Ayo kasih tau!" Kata Faris ngotot. "Iya.." Kataku. Kemudian memberi tau kejadian tadi kepada Faris. Faris terlihat kaget. "selamat ya kak.. lo hebat.." Katanya. Aku hanya tersenyum.

___________________________________________________

Hadeuh.. Segitu dulu yak.. Minta bintang kecilnya.. Oke?

I Love You, Kakak ^-^)/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang