Mia membuka kelopak matanya yang berat, tidur berjam-jam sepertinya belum bisa membayar rasa lelah yang menggayuti tubuh gadis itu. Matanya setengah terbuka, melirik pada jam yang tergantung manis didinding kamarnya.
11.45
Dipaksa juga matanya terbuka lebar. Ia harus segera bangun dan mandi karena sudah berjanji pada Nindy untuk pergi bersama ke salon langanan mereka. Kedua gadis itu memang berencana akan bersantai hari ini dengan luluran dan massage untuk mengembalikan kesegaran tubuh setelah berhari-hari disibukkan dengan persiapan pesta pernikahan orangtua Mia.
Dengan malas Mia melangkahkan kaki kedalam kamar mandinya yang luas, diperhatikannya bayangan wajahnya pada cermin diatas wastafel. Dahi gadis itu berkerut dalam, penampilannya benar-benar berantakan. Dia masih memakai kebaya putihnya yang berhiaskan swarovski, rambutnya sudah tak berbentuk sanggul lagi, namun sangat acak-acakan dan kaku karena efek hairspray, wajah cantiknya pun berubah seperti tante-tante yang memakai make up tebal seharian dan luntur disana-sini.
Kenapa rupaku seperti ini? O ya semalam aku tak sempat membersihkan diri dan langsung naik ketempat tidur begitu diantar sampai rumah oleh Om Evan, pikir Mia.
Tunggu... Resepsi...Om Evan... Ciuman....Astagaaa...
Dengan panik Mia kembali memeriksa bayangan wajahnya di cermin, sekarang dia baru menyadari ada banyak bekas-bekas memerah pada leher putihnya yang jenjang. Bekas ciuman dirasakan juga dibibirnya yang sedikit perih karena ada bekas gigitan disudut kiri bibirnya.
Tubuh Mia merosot otomatis di depan wastafel, gadis itu kembali dikuasai rasa shock yang dalam. Sama seperti semalam saat dia terlalu kalut dan akhirnya langsung menyusup dibalik selimut begitu sampai dikamar, sekarangpun gadis itu hanya bisa terdiam dan tak bisa mengendalikan otaknya yang bekerja liar.
Ya tuhan jadi ini benar-benar terjadi? Ini bukan mimpi? Om Evan benar-benar menciumku? pikir Mia panik. Gadis itu memikirkan bagaimana reaksi papanya jika mengetahui hal ini. Bagaimana juga reaksi bundanya bila tau adiknya -oke adik mantan suaminya- menciumnya.
Dengan setengah sadar Mia menyiapkan air mandi dalam bathtub, menuang sabun, melepas semua pakaian dan langsung berendam didalamnya. Semua dilakukan gadis itu dengan pikiran yang melayang-layang kemana-mana.
Seumur hidup Mia tak pernah dekat dengan lelaki manapun, papanya adalah satu-satunya lelaki yang dia kenal dekat baik secara fisik maupun emosi. Om Alex suami dari Tante Ivone -adik papanya- juga tak pernah dikenal Mia dekat. Seringnya Om nya itu pergi berlayar, membuat Mia tak begitu akrab dengan Papa Nindy. Hubungan Mia dan Rendra -Kakak Nindy- juga tak begitu akrab, karena Rendra melanjutkan kuliah di luar kota. Jadi memang tak ada seorang lelakipun yang dekat dengan hidupnya. Bahkan sampai sekarang diumurnya yang nyaris duapuluhsatu tahun Mia tak pernah mempunyai teman dekat seorang lelaki, apalagi pacar. Dia bertekat mengurus papanya dengan baik sejak mamanya meninggal dulu. Itu membuat otaknya sibuk dengan urusan rumah dan sekolah hingga tak menyisakan ruang lebih untuk memikirkan laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Minion
RomanceMengandung unsur erotik. Harap bijak dalam membaca. Bacalah jika tertarik dan tak usah menghujat bila tak suka.