Suasana siang hari dipertengahan bulan April musim itu sangat panas. Matahari bersinar terlampau terik membakar permukaan bumi. Evan Rezai berteduh dibawah pohon Angsana didepan gedung Fakultas Sastra Indonesia sambil menyesap teh botol dingin ditangan. Jam kuliah pemuda itu sendiri sebenarnya sudah berakhir sejak tadi. Tapi dia masih menunggu didepan gedung itu dengan setengah mengantuk memperhatikan mahasiswa-mahasiswi lain yang berseliweran melewatinya.
Bel panjang yang berteriak nyaring membuat Evan berjengit pelan, setelah satu jam berlalu akhirnya selesai juga penantiannya. Mata laki-laki itu mencari diantara kerumunan mahasiswa yang baru keluar kelas. Perhatiannya tak lepas dari seorang gadis cantik berambut sebahu yang membawa setumpuk buku ditangan dan sedang tersenyum kearahnya..
Senyum bodoh membelah wajah Evan saat melihat gadis itu melambaikan tangan. Gadis itu begitu bersinar, cemerlang dan seketika saja menghapus semua kebosanan dan rasa kantuk yang satu jam terakhir dirasakan Evan. Wajah cantik gadis itu benar-benar menghipnotis dan membutakan mata saat dia berlari kearah Evan.
"Hai sayang..."
"Hai..."
"Udah lama nunggu?"
"Enggak, baru aja kok." Evan tertawa kecil dalam hati, menertawakan kebodohannya sendiri. Bahkan untuknya kebohongan kecilpun terasa indah kalau itu atas nama cinta. Evan tak akan mungkin mengatakan kalau dia sudah satu jam nyaris mati bosan menunggu gadis itu.
"Pulang sekarang?"
"Oke. Aku bawa mobil Abang, kamu tunggu disini atau mau ikut ke parkiran?"
"Ikut aja deh"
Evan menggamit lengan gadis itu dan menggandengnya mesra. Dia tak memperdulikan puluhan pasang mata yang menatap mereka iri. Peduli setan dengan semua. Aku terlalu bahagia karena berhasil menggaet gadis paling cantik di kampus sebagai pacarku. Jadi nggak ada urusan apakah orang mau iri atau pun gak suka, pikir Evan.
Tujuan semula untuk pulang berubah ditengah jalan, mereka merasa hari masih terlalu siang untuk pulang. Setelah berputar-putar tak tentu arah, keduanya memutuskan untuk pergi kedanau tempat favorit yang kerap mereka kunjungi. Danau itu terletak di pinggiran kota tempat anak-anak muda sering pacaran juga tempat asyik untuk lari pagi di hari minggu karena ada jogging track mengelilinginya. Mereka berdua sering kesana hanya untuk sekedar ngobrol atau makan mie ayam yang mangkal di dekat area bermain anak yang selalu ramai.
Evan memarkir mobilnya di bawah pohon beringin yang tampak sudah sangat tua dan tersenyum pada gadis disampingnya. Nama gadis itu Alisha, mahasiswi design tingkat akhir yang kini berstatus kekasihnya. Gadis cantik berkulit kuning langsat itulah perempuan pertama yang bisa membuat Evan jatuh cinta. Ya, jatuh cinta. Benar-benar jatuh cinta.
Pertemuan mereka sendiri terjadi enam bulan yang lalu. Saat itu Evan tak sengaja menabrak Alisha di pintu perpustakaan kampus hingga mengakibatkan buku-buku dan diktat kuliah yang dibawa gadis itu berantakan. Tentu saja Alisha marah, gadis itu memberondong Evan dengan omelan tanpa titik dan koma. Membuat Evan bengong dan terhanyut oleh lamunannya sendiri saat melihat kata-kata yang keluar dari mulut gadis itu bagai tembakan senapan mitraliur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Minion
RomanceMengandung unsur erotik. Harap bijak dalam membaca. Bacalah jika tertarik dan tak usah menghujat bila tak suka.