Kemungkinan aku enggak bisa upload jumat, maka kuganti hari ini aja ya#kepedean padahal enggak ada yang nungguin.
********************
"Lo kenapa sih Mi, aneh banget. Sakit ya?" Nindy mengguncang pelan bahu Mia saat lawan bicaranya itu tak menunjukan respons apapun pada pertanyaannya. Hari ini entah sudah berapa kali Mia terlihat sangat aneh dimata Nindy. Sejak dijemput dirumahnya siang tadi, Mia terlihat sering melamun dan tak berkonsentrasi pada apapun.
"Emmm .. ap-pa? A-aku ? Enggak... enggak papa kok Nin, biasa aja. Kamu udah selesai makan? Mau pulang sekarang?" Mia tergagap menjawab pertanyaan Nindy, dia seperti baru tersadar tersadar dari lamunan. Hal ini malah membuat Nindy curiga.
"Tuh kan, gua bilang lo aneh emang bener aneh. Dari tadi yang belom makan elo, bukan gua. Lo cuma acak-acak steaknya tapi enggak dimakan. Eeeeh sekarang lo malah nanya gua udah makan apa belom, pake ngajak pulang segala. Serius gua nanya nih, lo sakit?" Mata menyelidik Nindy membuat Mia terlihat bersalah. Dengan gugup gadis itu berpaling dan melihat ke arah lain.
"Miaaaaaa....."
"Iyaaa, kenapa sih Nin. Pelan dikit dong? Gak usah teriak ah, aku masih denger kok" Mata Mia berkeliling takut kalau-kalau ada yang merasa terganggu dengan teriakan sepupunya itu.
"Gimana gua gak teriak, lo nya aneh gitu"
"Aneh kenapa sih, aku baik-baik aja kok?" Mia menatap Nindy heran. Apa maksud sepupunya ini? Bukankah semuanya berjalan normal dan baik-baik saja ?
"Nih ya keanehan pertama, lo tiba-tiba ngebatalin rencana kita ke salon. Itu aneh, secara lo gak pernah ngebatalin apapun janji kita. Yang kedua, buat apa lo pake sweater tebel trus pake syal gini? Ini siang hari bolong dengan cuaca panas Mia, buat apa? Lo bilang lo gak sakit, kalo gak sakit gak usah pake kostum gini juga kali, gak guna tau gak? Yang ketiga, lo ngelamun aja sejak kita keluar dari rumah lo, trus suka bingung kalo ditanya. Nah kesimpulan gua, lo sakit. Tapi lo selalu ngelak kalo ditanyain sakit apa. Lo aneh, serius, aneh banget" Nindy berbicara panjang lebar sambil menggerak-gerakkan tangannya, menumpahkan semua emosinya.
Mia hanya tertegun, gadis itu bingung. Haruskah dirinya bercerita pada Nindy atas perlakuan Evan padanya? Haruskah dia bilang bahwa nyaris saja keperawanannya direnggut paksa tadi siang? Mia butuh bercerita, dia butuh menumpahkan semua kegundahan dan rasa takut yang menggelayutinya. Tapi keraguan membayangi gadis itu, bagaimanapun Bunda Elvi sangat menyayagi Evan seperti adiknya sendiri, kalau sampai hal ini didengar Papanya, Mia takut pernikahan yang baru sehari dibina Papanya mengalami goncangan. Padahal Papanya dan Bunda Elvi terlihat sangat bahagia dan kebahagiaan Papanya adalah hal terpenting dalam hidup Mia. Kalau sampai terjadi apa-apa dengan pernikahan mereka yang disebabkan oleh Mia, gadis itu tentu akan merasa sangat bersalah, benar-benar bersalah.
Tapi disisi lain Mia merasa sangat takut pada Evan, dia takut apa yang dilakukan Evan tadi siang akan diulangi laki-laki itu lagi. Dan Mia juga takut, takut oleh perasaan yang timbul saat laki-laki itu menyentuhnya. Mia seolah masih bisa merasakan bagaimana tangan Evan yang menjelajahi kulitnya,bagaimana lidah dan bibir laki-laki itu memberikan dia pengalaman yang sangat tak terduga. Gadis itu bahkan masih gemetar manakala teringat rasa nikmat menyengat begitu kuat hingga membuatnya lemas tak berdaya. Ya Mia masih teringat itu semua.
"Enggak papa kok Nin, kurasa aku cuma kecapean aja. Kamu kan tau persiapan pernikahan kemaren ribet banget. Walaupun udah ada WO tapi tetep aja aku kan ikut Bunda kemana-mana buat cek semuanya. Mungkin aku cuma butuh istirahat yang banyak." Mia meringis kecil pada sepupunya. Dia tak ingin Nindy curiga.
"Hhmm.. Iya juga sih. Lagian bokap sama ibu tiri lo aneh banget, kenapa juga masih ngurusin semua itu padahal udah ada WO, kan jadi bikin repot semua orang" Gerutuan Nindy membuat Mia tersenyum . Gadis itu senang akhirnya bisa mengalihkan perhatian sepupunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Minion
RomanceMengandung unsur erotik. Harap bijak dalam membaca. Bacalah jika tertarik dan tak usah menghujat bila tak suka.