Hanya,-

42 8 0
                                    

*****
Aku tersadar dari tidur indah ku malam ini, tapi hal yang aku sadari adalah aku dan mas Rafi tak se-ranjang. 
Sedih?
Kecewa?
Entah laah,  aku hanya mencoba berfikir positif tentang nya. 
Tak ingin membawa ku kedalam dunia stress yang berujung penyesalan.
Mentari seperti tak ingin kan aku berlama lama tertidur di ranjang.
Aku yang merasakan sesak di bagian bawah perut ku langsung saja berlari menuju kamar mandi. Setelah itu, aku mengambil wudhu untuk sholat subuh.
Belum lagi aku sholat, 
ku lihat mas rafi yang masih terlelap di sofa padahal jam sudah menunjukkan pukul 05:40, ku sentuh lengan nya yang berotot itu,  agak sedikit mengguncang dengan agak ragu-ragu.  Dia seperti menggeliat bak orang bangun tidur,  aah lucunya pikir ku.
"Iya." jawab nya singkat dengan masih menutup matanya. Sungguh dingin bukan?
"Sholat yuk mas, jamaah. " ucapku sambil menekan nekan lengan nya dengan telunjuk dan jari tengah tangan kanan ku.
"Iya,  bentar. " ucap nya seraya berdiri dan mengucek ngucek mata coklat nya dengan perlahan.
..........
Usai sholat,  tak banyak yang terjadi,  dia hanya diam dan sesekali menjawab pertanyaan yang ku lontar kan padanya.
"Turun yok,  sarapan!" ucapnya yang lebih pantas disebut perintah ketimbang mengajak.
"Bentar mas,  aza pake jilbab dulu." Ucapku yang sedang mencari jilbab mana yang pantas untuk ku kenakan.
......
Khas nya orang Indonesia yang sarapan dengan nasi,  begitu juga dengan ku,  aku memesan nasi goreng setengah porsi dengan nugget dadu dan semangkuk penuh sayuran. Beda dengan mas Rafi,  ia hanya memesan 2 buah roti panggang,  dua buah telur mata sapi,  kopi putih dan beberapa sosis serta saus. Hanya dentingan sendok dan bising pelanggan lain yang memenuhi sarapan kami,  tak ada gurauan kecil atau obrolan santai yang terbesit dalam fikiran nya mungkin,  ntah laah,  hanya saja aku mencoba untuk berfikir positif (lagi).
Mata ku agak sedikit jelalatan karna tempat ini berasa asing bagi ku,  maklum lah aku hanya sesekali datang kesini. Sampai dimana mata ku terfokus pada satu objek yang ku kenal,  aku melihat nya saat mataku melihat kearah cerimin yang ada di depan ku,  sosok itu terlihat di cermin seperti penguntit,  mengintai dan mencari tahu aktifitas apa yang korbannya kerjakan.
"Mas, lihat yang dibelakang ku deh maas,  deket bunga di kursi nomer 14, kayak nya dia liatin kamu mas." ucap ku sambil tetap memandang cermin yang ada didepan ku.
"Ocha" hanya itu yang dia lontarkan dan matanya masih melihat kearah orang yang dia cintai itu. Seperti ingin beranjak pergi meninggal kan ku,  dan benar saja,  ia benar benar pergi mendekati mbak ocha si penguntit itu. Tak rela rasanya, akhirnya ku beranikan diriku menahan tangan nya dan berkata.
"Mas,  kamana? sarapan nya belum habis,  habisin dulu mas." Ucapku sambil memegang tangan nya yang berdiri tepat disebelahku.
Bukan menjawab pertanyaan ku, ia malah menepis dan berjalan menuju mbak ocha, menarik tangan mbak ocha ke Taman luar hotel.  Aku yang tak tau harus seperti apa hanya bisa menghabiskan minum ku dan merogoh saku baju dan rok untuk mencari beberapa lembar uang untuk membayar,  syukur lah allah selalu bersama dengan hamba nya yang lemah ini,  aku menemukan selembar uang 100 ribuan di saku rok longgar milikku.
Tanpa pikir panjang langsung saja aku membayar makanan tadi ke kasir.
"Mbak.. untuk meja nomer 21." ucapku dengan lembut.
"150 ribu mbak,  bisa dibayar cash atau pake kartu kredit. "
Seketika aku kaget.
"Maaf mbak,  duit saya tertinggal di kamar,  dan saya hanya membawa uang 100 ribu pas,  jadi bagaimana?" Ucapku yang seperti orang memelas.
"Hm..  Bagaimana ya,  bisa hubungi kerabat nya?  Atau siapa pun yang bisa menolong anda mbak. " ucap penjaga kasir pada ku yang agak kesal sepertinya.
"Mbak tunggu sebentar ya,  saya coba cek lagi,  apakah benar total nya 150 ribu atau tidak. " ucap penjaga kasir itu yang agak menenangkan hati ku,  emang terbesit di otak ku,  makanan tadi terlalu mahal untuk porsi dua orang yang sarapan dengan seadanya.
"Aah,  maafkan saya mbak,  saya salah menghitung nominal nya,  jadi pesanan mbak hanya 69.000 rupiah saja." Ucapnya.
"Oke,  nggak apa apa mbak,  sisanya masukin ke kotak infaq saja." jawab ku seadanya.

Bingung mau kemana,  pengen nyusul mas Rafi,  tapi gimana.  Mau balik je kamar, kunci dibawa mas Rafi,  aah..  Yasudah lah tunggu saja di depan kamar,  batin ku.
Benar saja,  aku harus menunggu nya di depan pintu kamar,  capek rasanya kaki-ku berdiri,  maklumlaah..  "Orang seperti ku" emang tak tahan berdiri lama lama. Aku berjongkok hampir terduduk di depan pintu,  berharap obrolan mereka cepat selesai,  tak sadar hampir satu setengah jam aku menunggu nya,  hampir tertidur aku dibuat nya.
"Kenapa menunggu disini? " suara itu membangunkan ku tengah hampir bermimpi.
"Aku menunggu mas. " Ucap ku
Aku menunggu mu
Menunggu mu
Menunggu mu
Menunggu mu yang tengah berbicara dengan orang yang harusnya menjadi istri mu.
Seharusnya...
......

Hei reader 😍😍
Lama ane nggak nongol yaa
Ahaha..
Maklin yaa
Udah kelas 3 SMA,  jadi susah nyari waktu luang
Vote lagi dong plus comment yaa ❤❤

I Adore YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang