Begini-kah?

64 5 0
                                    

"Dek, kita udah 2 Bulan lebih nikah." ucap mas Rafi yang disambut dentuman kencang oleh jantungku, bukan apa, hanya saja perasaan ku akhir akhir ini sedikit tak sedap. Taulah kalau sebenarnya pernikahan kami hanya terpaksa baginya. Tunggu, baginya? Ya baginya, sebab aku saat ini benar benar tulus mencintai nya. Tak peduli jika nanti ia memilih wanita lain dan meminta untuk menikah lagi untuk kedua kalinya, aku akan belajar ikhlas dan menerimanya. Aaah, segera ku tepis pikiran negatif ku tentang semua itu dan fokus kembali pada suamiku - mas Rafi.
"Dek, " ucapnya lagi yang langsung ku jawab dengan berdehem dan menoleh ke arahnya.
"Maaf mas nggak ngasih kamu nafkah selama ini. Maaf mas udah.. " kalimat nya terpotong karna sekarang aku telah menutup bibirnya dengan jari telunjukku.
"Maas.. Eza nggak apa kok, eza tau mas sibuk, eza tau mas sedang belajar menyesuaikan diri dengan hidup mas yang baru, dengan adanya eza. Dan eza bahagia kok mas." ucapku setegar mungkin.
---------
Rafi pov
.
"Maas.. Eza nggak apa kok, eza tau mas sibuk, eza tau mas sedang belajar menyesuaikan diri dengan hidup mas yang baru, dengan adanya eza. Dan eza bahagia kok mas." ucapnya yang membuat hatiku bergetar, entah sudah berapa lama jantung tak karuan saat didekatnya, apa aku harus mengatakan bahwa aku mencintainya? Tapi apa iya bisa secepat ini? Pikiran ku menjadi sedikit kacau.
"Maas.. " ucapnya sambil menyentuh lenganku.
"Mas, fokus nyetir aja ya." tambahnya lagi yang menyadarkanku.

Aku memberhentikan mobilku dipinggir jalan dekat warung kaki lima, karna eza ingin membeli cemilan ayam bakar untuk dimakan dimobil, lapar katanya.
Aneh, ku pikir dia tak suka makanan pinggir jalan atau pun warung kecil seperti tempat itu, aku hanya tak terbiasa dengan nya, sebab ocha dulu hanya mengajakku ketempat yang bisa dibilang berkelas.
Cukup lama dia disana, akhirnya aku turun dari mobil dan menuju tempat dia menunggu ayam pesanan nya.
"Kok turun mas, mau ayam apa?"
Tanya nya.
"Nggak usah." ucapku kembali dingin.
Lalu dia membayar ke ibu-ibu penjual nya tanpa meminta uang padaku.
"Loh, kok udah dibayar pakek duit adek?" ucapku sambil jalan menuju mobil. Dia masih diam dan hanya tersenyum kearah ku dengan terus berjalan menuju mobil.
"Kan cuma 25 ribu dapet 2 potong." ucapnya sambil memasang sabuk pengaman.
"Trus, tadi eza mau beli piring plastiknya si ibu itu, tapi katanya nggak usah, disuruh bawa aja dan ini eza beli air jeruk dingin. Mas mau?" terang nya sambil menawarkan padaku
Aku hanya menggeleng tanda tak mau.
Aku melihatnya memakan potongan ayam tadi dengan ujung mataku, terlihat sangat mengiurkan bagiku, tapi aku meragu dan tetap fokus pada jalanan.

Eza pov.

Aku melihat nya menginjak perlahan rem dan seketika mobil kami pun berhenti di sebuah hotel yang bisa dikatakan bahwa hotel ini sungguh luar biasa, tapi aku sedikit bingung. Kenapa harus disini, padahal setahu ku niat awal ingin pergi ke cafe yang baru selesai ia bangun.

"Mas, bukannya kita bakal pergi ke caffe baru nya mas ya? Kok malah kesini?" ucapku yang

I Adore YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang