Dimalam memasuki musim semi, memang cukup membuat penduduk korea harus membawa jaket tebal untuk menghangatkan diri bahkan membuat beberapa orang lebih memilih menghangatkan diri didalam rumah saja. Namun berbeda dengan pasangan ini.
Sebuah restoran ditepi pantai dengan konsep outdoor, dengan tatanan meja dan kursi yang disusun rapi dan juga bunga-bunga serta cahaya lampu yang menerangi tepi pantai itu, menjadi pilihan pasangan itu. Lebih tepatnya pilihan namja itu, sedangkan sang yeoja masih menggerutu, merutuki kebodohan Donghae yang tidak tahu memilih tempat yang tepat untuk dinner mereka.
"Sepertinya dia tidak pernah dinner dengan seorang yeoja sebelumnya", cibir Yoona atas pilihan Donghae yang membuatnya harus merasakan dinginnya malam ini hingga menusuk ketulang-tulangnya. Kemeja putih bergaris hitam dan juga rok sebatas lutut benar-benar tidak bisa menghangatkan dirinya. Sedangkan namja yang masih berbicara dengan seorang pelayan untuk memesan makanan, terlihat nyaman dengan jas yang membungkus dirinya.
Ckck, benar-benar namja yang tidak berperasaan, batin Yoona, menatap tajam namja itu
"matamu bisa keluar bila terus menatapku seperti itu Nona Im", seru Donghae santai.
"ckck, Lee Donghae apa kau tidak berpikir terlebih dahulu sebelum memilih tempat ini? Ini terlalu berlebihan. Kita hanya makan malam. Ahhh, atau kau memang berpikir kita sedang berkencan?", gerutu Yoona.
"Well, may be", balas Donghae dengan santai tanpa beban. Dia sedang dalam kondisi amat sangat bahagia malam ini entah karena apa. Mungkin karena yeoja yang duduk didepannya yang masih menggerutu tidak jelas.
"A-apa?", Yoona tidak menyangka Donghae akan mengatakan kalimat itu, benar-benar diluar dugaannya.
"Restoran ini tempat favorite ku. Tempat ini sangat indah, diiringin alunan melodi yang tenang, dan juga suara ombak yang saling bersahutan. Tidakkah menurutmu ini sangat bagus? Kau pasti menikmatinya", jelas Donghae.
Menikmati katanya? Hahh, yang benar saja. Dia tidak tahu aku sudah sangat kedinginan? Ck, batin Yoona. Walaupun sebenarnya apa yang dikatakan namja itu benar, tempat ini sangat indah. Tapi sangat disayangkan tidak dalam musim yang tepat untuk berkunjung ketempat ini.
"kau sering datang kesini?"
"Ya, bila aku ingin menghilangkan penat dari segala pekerjaanku dan bila aku ingin sendiri, aku akan datang kesini", Yoona melihat sekelilingnya. Memenag tidak ramai, dan cocok untuk menenangkan pikiran. Yoona hanya mengangguk-angguk saja.
"permisi, ini pesanan Anda", ucap seorang pelayan. Menyajikan pesanan Donghae dan menatanya dengan rapi diatas meja mereka.
"terima kasih", seru Yoona, pelayan itu membungkuk dan segera pergi.
"selamat makan", ujar Yoona sangat bersemangat melihat berbagi makanan tersaji didepannya, sangat menggugah selera. Donghae tersenyum lebar melihat tingkah gadis yang dari tadi selalu menggerutu, dan sekarang lihat bahkan dia sepertinya melupakan gerutuannya tadi.
Menu-menu yang disajikan di restoran itu memang bukan menu-menu makanan seperti restoran bintang lima, menunya sangat sederhana. Namun rasanya jangan diremehkan. Terbukti semua menu yang dipesan Donghae tadi habis semua, sebenarnya Yoona yang lebih banyak memakannya. Satu hal yang Donghae tahu malam ini bahwa Yoona seorang yang gila makan, seperti sepupunya Sooyoung. Pantas saja mereka menjadi sahabat, mereka memiliki kemiripan.
"Wahh, aku sangat kenyang. Kita harus kesini lagi lain waktu Hae", ujar Yoona yang sudah mulai menikmatinya suasana direstoran outdoor itu. Donghae mengangguk setuju. Lantunan lagu dari IL DIVO yang berasal dari speaker restoran itu menambah ketenangan ditepi pantai itu.
I used to think that I was strong
I realise now I was wrong
'Cause every time I see your face
My mind becomes an empty space
And with you lying next to me
Feels like I can hardly breathe
Tiba-tiba Donghae berdiri, melangkah kesamping Yoona sambil mengulurkan telapak tangan kanannya. Yoona mendongak, mengerutkan kening, tidak mengerti dengan perlakuan Donghae. Donghae mengarahkan dagunya seolah-olah menunjukkan sesuatu dibelakang Yoona. Yoona segera berbalik, terlihat sepasang manusia sedang menari, saling tersenyum, sangat bahagia.
"Ohh, astaga, kau ingin berdansa?", tanya Yoona dan Donghae hanya mengangguk.
"ta-tapi a-aku tidak bisa ber-berdansa", aku Yoona gugup. Debaran jantungnya sudah sangat kencang, tak terkontrol. Dia tidak menyangkan akan merasakan hal seperti ini. Gugup hanya karena diajak berdansa.
"aku juga tidak bisa. Lagi pula ini bukan panggung audisi dansa. Cukup nikmati musiknya saja Yoona", Donghae masih dalam posisinya mengulurkan tangannya. Akhirnya Yoona menyambut uluran tangan Donghae untuk berdiri walaupun dirinya sendiri tidak yakin dengan tindakannya itu.
Ahh, Yoona kau sangat bodoh. Jangan seperti ini. Tenanglah, batin Yoona mencoba menenangkan diri. Tiba-tiba Yoona merasakan hangat menjalari bahunya. Donghae menghampirkan jasnya dibahu Yoona.
"kau pasti sangat kedinginan, aku tidak mau kau sampai terserang flu", ucap Donghae dengan senyum dan mata yang terkena cahanya lampu, terlihat indah, seolah-olah menghipnotis Yoona.
Donghae mengarahkan kedua tangan Yoona pada bahunya dan tangannya sendiri melingkar dipinggang Yoona.
Dengan berlahan Donghae melangkah kekiri lalu kekanan berulang-ulang, mengikuti irama musik. Yoona mengikuti gerakan namja itu dengan kaku, namun seiring berjalannya waktu mulai terbiasa dan terlihat rileks.
I close my eyes
The moment I surrender to you
Let love be blind
Innocent and tenderly true
So lead me through tonight
But please turn out the light
'Cause I'm lost every time I look at you
"kau tahu judul lagu ini?", tanya Donghae memecah keheningan mereka.
"Il Divo - Every Time I Look At You", balas Yoona. Walaupun ini bukan genre musik yang dia sukai, tapi pria-pria tampan yang bergabung dalam Il Divo itu sangat terkenal dikalangan para wanita semasa dia kuliah dulu.
Donghae tersenyum semakin lebar dan ada maksud lain dari senyum itu, membuat alis Yoona menyatu, bingung.
"tidakkah kau merasa lagu ini terdengar romantis?", tanya Donghae lagi. Yoona mengangguk setuju. Donghae tersenyum semakin lebar.
"kau benar tapi aku lebih suka lagu pop,beat dari pada lagu sendu seperti ini", jelas Yoona.
"ya, sudah ku duga. Sesuai dengan sifatmu. Periang", jawab Donghae. Setelahnya terjadi keheningan diantara mereka. Mereka hanya menikmati alunan musik dengan hikmat.
Donghae melirik Yoona sekilas lalu menghembuskan napas secara berlahan. Donghae harus melakukan sesuatu sekarang.
"mmm, Yoona", panggil Donghae. Yoona mendongak untuk memandang wajah Donghae. Donghae manatap tepat di manik mata Yoona. Ada apa ini? Kenapa dia terlihat tegang?dan kenapa jantungku pun berdetak sangat kencang?, batin Yoona.
"a-apa?", tanya Yoona gugup.
"mmm, aku ingin mengatakan sesuatu. Tapi aku mohon jangan memotong ucapanku. Dengarkan saja. kau mengerti?", Donghae harus dapat mencegah Yoona untuk menghancurkan semua rencananya. Yoona mengangguk, mengerti. Sebenarnya yeoja itu tidak mengerti apa yang Donghae katakan. Otaknya terasa kosong sekarang.
"baiklah", Donghae menghembuskan napas berat. Jantungnya terasa sakit sekarang, tapi tampaknya namja itu tidak ingin menghancurkan rencananya karena rasa sakit itu.
"mmm, aku sebenarnya tidak tahu harus dari mana memulainya terlebih dahulu. Aku tidak tahu dari mana mulanya aku merasakan semua ini. Aku merasa tidak asing dengan mu. Tapi aku sudah berusaha untuk mengingatnya. Tapi aku masih belum mengingat apapun. Aku merasa berada di dekatmu, aku akan aman. Aku tidak akan merasakan sakit ini. Jika ada kau aku sanggup untuk melawan penyakit ini. Aku rasa aku menyukaimu", Donghae berhenti sejenak, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Sedangkan Yoona hanya diam, mematung.
"aku tahu ini terasa tidak masuk akal. Kita baru bertemu tidak lebih dari sebulan. Awalnya pun aku berpikir seperti itu. Tapi sungguh aku tidak bisa mencegah perasaan ini. Apalagi selama dua minggu kau selalu muncul dihadapanku. Aku menyukaimu Im Yoona", akhirnya Donghae dapat mengutarakan semua perasaannya.
"Do-Donghae..", Yoona terbata. Yoona tidak tahu harus mengatakan apa. Ada perasaan senang yang meluap-luap dalam dirinya tapi secara persamaan muncul rasa sakit sekaligus. Yoona selalu ingin bersama dengan Donghae. Bahkan namja itulah yang memotivasinya sampai bisa sesukses ini. Tapi Yoona tidak bisa.
"Donghae.. maafkan aku", ucap Yoona lirih. Bahkan matanya kini sudah berkaca-kaca. Donghae merasakan sakit yang luar biasa, Yoona tahu itu. Karena Yoona pun merasakan hal yang sama ketika harus mengatakannya.
"Yo-Yoona, kau tidak harus menjawabnya sekarang. Aku akan menunggu jawabanmu sampai kapan pun", ucap Donghae masih berharap Yoona tidak akan menolaknya. Tapi sayangnya Yoona menggeleng tidak setuju.
"apa karena aku sakit-sakitan? Aku akan sembuh Yoona. Sesuai dengan syarat pertama yang kau ajukan. Aku akan sembuh. Aku janji. Yang terpenting kau bersama ku, tidak dengan yang lain", Donghae berusaha membujuk Yoona.
"tidak Donghae. Ini bukan karena penyakitmu. Aku akan menyembuhkan mu bahkan sampai titik darah penghabisan akan kulakukan. Aku janji itu. Tapi ... untuk selalu bersamamu, aku tidak bisa", Jelas Yoona. Mendengar itu secara berlahan tangan Donghae yang awalnya melingkar dipinggang Yoona, terlepas. Bahkan gerakan tubuh mereka pun terhenti.
"Yo-Yoona.. tidak bisakah..",
"tidak Donghae. Bahkan jika kau menungguku hingga puluhan tahun, jawabku akan tetap sama. Aku tidak bisa. Maaf Hae..", Yoona langsung memotong ucapan Donghae. Yoona mundur selangkah, mengamati Donghae yang menunduk. Beberapa detik berlalu dan Donghae tetap diam berdiri. Yoona merasa khawatir, diulurkannya tangannya untuk menyentuh lengan Donghae tapi namja itu dengan cepat menjauh.
"sudahlah. Tidak apa-apa. Aku... aku akan baik-baik saja", Donghae berusaha menahan rasa sakitnya ditambah sakit dijantungnya pun semakin menjadi. Yoona ingin mengatakan sesuatu tapi tiba-tiba handphonenya yang ada diatas meja berdering.
Yoona mengamati layar handphonenya. Tertera nama Choi simon disana. Donghae dapat melihat layar handphone itu juga karena jaraknya yang hanya selangkah dari Yoona,. Yoona terdiam melihat handphonenya itu berkedip-kedip, pertanda panggilan masuk.
"angkatlah", ucap Donghae singkat lalu berlahan duduk kembali dimeja yang sudah dipesannya tadi.
"tunggu sebentar", ucap Yoona. Dengan berat hati yeoja itu menjauh dari Donghae untuk mengangkat telepon dari orang yang sangat tidak diharapkannya muncul disaat-saat seperti ini.
"yeoboseyo~", jawab Yoona.
"ohhh, kau sedang bekerja sayang?aku baru pulang dari Jepang", balas orang diseberang sana.
"Ne, aku sedang bekerja oppa", jawab Yoona seadanya. Pikiran Yoona sedang tidak bisa memikirkan hal lain. Hanya Donghae yang ada dalam pikirannya.
"ohh, maaf aku mengganggumu. Tapi kau tidak bisa meluangkan waktu hanya beberapa menit untuk ku? Aku sudah ada didepan rumah sakit. Kau tidak merindukan tunanganmu yang tampan ini?", goda namja si penelepon itu.
"a-apa? Oppa sudah didepan rumah sakit?", tanya Yoona meyakinkan.
"Ne, aku sangat merindukanmu"
"se-sebenarnya aku sedang ada pekerjaan diluar oppa", jawab Yoona berbohong. Apakah berkencan dengan pasiennya termasuk pekerjaan? Benar-benar kebohongan yang tidak masuk akal. Tapi mau bagaimana lagi. Tidak mungkin Yoona mengatakan yang sejujurnya kepada tunangannya itu.
"sungguh kita tidak bisa bertemu?"
Yoona kebingungan. Sebenarnya dia tidak ingin bertemu dengan namja itu. Tapi sepertinya namja itu secara tidak langsung memaksanya.
"ba-baiklah. kita akan bertemu. Oppa tunggu saja di café dekat rumah sakit. Aku akan kesana", akhirnya Yoona memutuskan menyerah. Lagi pula dia harus mengatakan sesuatu dengan namja itu. Sesuatu yang sangat besar dan sangat penting karena menyangkut hidup dan matinya.
"baiklah. sampai ketemu sayang", balas namja itu namum tidak ditanggapi Yoona karena yeoja itu langsung memutus sambungan teleponnya. Yoona mendesah berat. Dia harus melakukannya. Aku harus melakukannya, yakin Yoona dalam hati.
Yoona melangkah kembali ke meja dimana Donghae sedang menunggunya.
"Hae...", panggil Yoona ragu. Tiba-tiba kejadian beberapa menit yang lalu terlintas kembali dalam ingatannya. Dia melukai perasaan namja yang sangat berarti dalam hidupnya.
Mendengar panggilan itu, Donghae yang semula melamun memandang kearah pantai, mendongak melihat Yoona yang sudah kembali. Seulas senyum tipis terukir diwajahnya. Sangat tipis, seolah-olah senyum itu sebenarnya tidak ingin ditunjukkan.
"ohh kau sudah kembali. Duduklah", ucap Donghae lembut. Melihat tingkah Donghae yang terlihat santai, semakin membuat hati Yoona terasa sakit. Donghae sedang berusaha untuk tidak memperlihatkan kesedihannya itu.
"mmm, maafkan aku. Sepertinya aku harus pergi sekarang. Ada seseorang yang harus kutemui Hae. Maaf..", ucap Yoona tidak enak hati. Lagi-lagi Donghae membalasnya dengan senyum tipis.
"baiklah. Tidak apa-apa. Apa perlu aku mengantarkanmu?", balas Donghae. Dengan cepat Yoona menggeleng. Tidak. Yoona tidak ingin Donghae sampai harus bertemu dengan tunangannya. Tidak. Tidak untuk sekarang ini.
"ohh, tidak perlu. Aku akan naik taksi saja"
"baiklah kalau begitu"
"tapi kau masih ingin disini?', tanya Yoona. Donghae mengangguk.
"ya, sebentar lagi aku akan pulang", jawab Donghae.
"tapi jangan lama-lama. Aku tidak ingin kau kelelahan dan berakibat buruk pada jantungmu", nasehat Yoona. Bahkan sekarang pun sudah sangat sakit Yoona. Kenapa kau tidak bisa mengetahuinya?, batin Donghae.
"baik Dokter", balas Donghae sedikit bergurau.
"aku mungkin akan pulang malam. Jadi aku akan menginap dirumah orangtua ku. Kau tidak perlu menungguku", Donghae mengangguk.
"baiklah aku pergi", Yoona meraih tasnya lalu mulai melangkah menjauh. Donghae ikut berdiri dari duduknya untuk menghantarkan kepergian Yoona. Yoona memandang punggung Yoona yang melangkah menjauhinya. Namun tiba-tiba yeoja itu berhenti dan kembali mendekati Donghae.
Yoona melepas jas Donghae yang membungkus tubuhnya.
"aku hampir melupakan ini. Terima kasih", ucap Yoona sambil membungkuskan jas itu pada bahu Donghae. Jarak mereka sangat dekat. Bahkan Donghae dapat merasakan hembusan napas Yoona di sekitar lehernya. Mata Donghae tiba-tiba membulat. Namja itu merasakan merasaan yang tidak bisa dia mengerti. Yoona memeluknya. Memeluknya sangat erat dalam beberapa detik.
Entah apa yang sedang Yoona pikirkan sekarang. Tiba-tiba saja tangannya bergerak melingkari punggung Donghae. Maafkan aku oppa, ucap Yoona dalam hati.
"maaf", hanya itu kata-kata terakhir yang Donghae dengar dari Yoona dan setelahnya yeoja itu sudah melangkahkan kakinya kembali, menjauh darinya.
Donghae memandang punggung itu semakin menjauh hingga tidak terlihat lagi. Donghae masih dalam posisi berdiri, kemudian mengedarkan pandangannya kesegala arah.
"Tempat ini adalah tempat favoriteku tapi sekarang rasanya aku begitu sesak dan tidak nyaman disini", gumam Donghae lirih. Dengan berlahan Donghae melangkah keluar dari restoran itu. Tapi bukannya menuju parkiran, Donghae malah berjalan menuju tepi pantai.
Sesampainya di tepi pantai, Donghae melepas jasnya, meletakkannya diatas pasir pantai kemudian menjadikannya alas duduk. Donghae mengamati tepi pantai yang sepi. Hanya ada dirinya seorang disana. Donghae mengeluarkan handphone dari sakunya. Menekan beberapa tombol hingga terdengan alunan musik dari speaker handphone itu. Donghae meletakkan benda itu disampingnya.
Donghae menikmati hembusan angin dan juga suara deburan ombak ditemani alunan musik. Namun sayangnya kenikmatan itu hanya berlalu beberapa menit. Mata namja itu sudah berkaca-kaca. Donghae memeluk kedua kakinya erat. Lalu terdengar erangan kesakitan dari namja itu. erangan disertai tangisan pilu yang menyayat hati.
"sakit", lirihnya.
"ini sangat sakit Im Yoona", tambahnya lagi sambil meremas dada kirinya. Sakit pada jantungnya dan sakit yang diakibatkan yeoja yang menolaknya tadi, bercampur menjadi satu. Dan Donghae tidak sangggup untuk memendamnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Doctor (Complete)
RomanceAnnyeong... Fi_ss come back. Sebenarnya FF ini udah lama, beberapa part udah dipublish dan setelahnya berhenti. Tp skrg aku lanjut lg. Krn ini FF lama, mungkin msh banyak kekurangannya (typo). Tp aku berharap jalan cerita msh dpt dimengerti. Buat R...