Terlambat

94 10 6
                                    


Tuan waktu memang seorang yang tak sabaran. Tatapannya selalu lurus kedepan, tak pernah menoleh kebelakang. Tak tersenyum, tidak pun menangis. Tak kunjung menua, bahkan batas usianya pun infinity

Seperti biasa, ia tak menyapaku dengan ramah pagi ini.
Senantiasa membuatku pontang panting dalam langkah cepatnya.
Padahal tak berkaki, tapi langkahnya jauh sekali.

Tuan waktu tak mau peduli.
Apalagi sudi menanti.
Terlalu berharga dirinya, jika harus menghadapi siput - siput lamban yang pandai menggerutu.
Salah satunya aku.

Tuan Waktu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang