Time will give the answer, eventuallyTerkadang aku tak mengerti.
Rahasia yang disembunyikan waktu dariku.
Aku tak bisa memahami.
Saat malam mulai datang, dan kengerian masa depan mulai menghantui.
Menteror tiap detik yang kulalui dalam diam. Tetap terjaga.
Tak kunjung terlelap.Setiap persimpangan yang telah kulalui, lorong gelap yang harus kuhadapi. Dalam sunyi.
Kebun mati yang penuh dengan bunga yang layu.
Dan jiwa - jiwa mati yang menggentayangi.
Sudut - sudut tak terjamah diruang imaji ku. Mengawasi.Setiap api yang membakar dalam keringnya sanubari.
Dalam kekalutan khilaf yang kotor.
Mencabik kearifan berbalut sandiwara santun yang sesat.
Ia tetap bergeming.
Tak kunjung membuka tabir itu.
Selayaknya pegunungan yang kokoh menghalangi cahaya sang surya.Penyakit batin menggerogoti, saat meragu akan makna Rahman dan Rahiim.
Gejolak jiwa memberontak.
Berteriak !
Menyerukan sebuah keadilan yang seolah semu dalam diam.
Menanti sang waktu yang kemudian akan menghampiri.
Membuka jubahnya,
Menelanjangi dirinya.
Tepat dihadapanku.Mungkin nanti. . .
Saat waktuku tiba . . .
Saat mentari terbit dan bersinar dengan hangat.
Saat embun pagi begitu sejuk, dan gemintang tetap bersinar tak peduli gelapnya malam telah usai.
Saat rerumputan begitu hijau, dan kebun mawar bermekaran dihembus desir desau angin semilir.
Saat ilalang berdansa dibawah teduhnya langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Waktu
PoetryWaktu, Si angkuh yang tak tergoyahkan Si tua yang tak kunjung renta