Episode #1 : Bastin Vigorous

393 34 38
                                    

Darah menggenangi tanah seperti telaga merah.

Guyuran hujan tak memadamkan api yang melahap rumah- rumah.

Desing peluru dan dentingan pedang beradu, mengalahkan jeritan manusia- manusia dan teriakan penuh amarah.

Mayat- mayat tertelungkup dengan luka peluru, tusukan pedang dan anak panah.

"Apa ini?"

"Dimana aku?"

"Siapa anak kecil itu?"

"Hei, nak! Menyingkirlah! Ada banyak mayat dimana-mana!"

"Siapa orang yang membawa anak itu?"

"Hei! Awas!"

***

"Bastin, bangun! Ini sudah pagi! Kau bisa terlambat untuk upacara prajurit hari ini!" teriak wanita dari luar kamar sambil mengetuk pintu.

"Ya, Ibu!"

Bastin terbangun, memegang kepalanya.

"Lagi-lagi mimpi itu, seorang bocah berdiri mematung di tengah perang, banyak mayat, darah dan bangunan terbakar lalu seseorang menyelamatkannya,"
Bastin bangkit dari tempat tidurnya mencuci wajahnya dan segera mengenakan seragam prajuritnya, kemudian bergegas keluar.

"Selamat pagi, Ibu."

"Cepat makan dulu sarapanmu, kau harus bertenaga hari ini untuk ikut upacara prajurit," perintah ibunya.

Ibunya bernama Martha Vigorous, perempuan yang belum terlalu tua, wajahnya lembut dan penyayang tapi sangat cerewet terutama pada anaknya.

"Makanlah yang banyak, badanmu terlalu kurus nanti tidak cocok saat memakai baju zirah tentara," Martha terus mengoceh kepada Bastin yang terlihat ogah-ogahan memakan sarapannya.

"Entahlah, sepertinya itu tidak cocok untukku, Bu," jawab Bastin.

"Aku lebih cocok memakai baju jenderal seperti ayah, hahaha!"

"Anak bodoh, umurmu baru 20 tahun minggu lalu, masih panjang perjalananmu untuk jadi seorang jenderal seperti ayahmu!" kata Martha sambil memukul pelan kepala anaknya.

"Aduh duh... ya... tapi bagaimanapun juga aku harus jadi jenderal! Itu tekadku," jawab Bastin yang dengan terburu- buru menghabiskan minumannya dan langsung berlari keluar.

"Dah, Ibu! Ayah pasti menungguku disana, dan juga Victor!"

"Hei, kau melupakan sesuatu, Nak!" Martha mengejar, membawa sebilah pedang dan menyerahkannya kepada Bastin.

"Oh, terimakasih, Ibu!" Bastin menerima pedang tersebut dan mencium kening ibunya, dilihatnya pedang itu dengan mata berbinar, sebuah pedang dengan tanda lingkaran yang terbagi dua, seperti bulan yang terbelah.

Hanya dia di kota bahkan di seluruh kerajaan ini yang memiliki pedang seperti itu. Meski kadang di Kota Aurts, ibu kota Hive, banyak keluarga memiliki ciri khas senjata sendiri, terutama dari kalangan keluarga tentara, selebihnya semua pedang atau senjata khas Kerajaan Hive.

The Kingdom Of Hive : The BlackhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang