Episode #8 : Survivor

142 13 4
                                    

Bastin dan Tamara memasuki sebuah ruangan terang berwarna putih dengan sebuah pintu besar di depan mereka dan pintu kecil di sebelah kanan. Di sisi kiri ruangan terdapat sebuah monitor besar.

Bastin terlihat kagum mengamati ruangan tersebut.
"Apa kau sudah pernah kesini sebelumnya?"

"Sudah sangat lama, lebih dari 17 tahun yang lalu saat umurku baru 5 tahun," jawab Tamara. "Tapi aku masih jelas mengingatnya."

Tamara menghampiri monitor lalu menyentuhnya, tiba-tiba monitor menyala dengan memunculkan lambang Kerajaan Moonshare, dengan latar belakang sebuah gambar istana yang megah.

Bastin mendekati monitor, mengamati gambar istana dan teringat sesuatu.

"Aku seperti tidak asing dengan suasana ini." katanya sambil menatap monitor, "kau bilang dulu masa kecil kita pernah bersama, kau bisa jelaskan? Lalu tentang ayahku juga."

"Bastin, aku ingin memberitahu kau suatu fakta masa lalu yang mungkin mengejutkan mu," kata Tamara.

Bastin menatap dengan serius pada Tamara, jantungnya berdebar.

"Moonshare negara yang damai, kami tidak pernah bermusuhan dengan negara manapun, termasuk Hive, bahkan kami bekerjasama dengan mereka sebelum ada kesepakatan damai antar negara yang berperang." Tamara menatap gambar istana pada monitor dan matanya berkaca-kaca.

"Kami mengajari dan memberikan ilmu tentang teknologi kami ke beberapa negara termasuk Hive, itu adalah sumber penghasilan utama kami dulu."

Tamara menatap pada Bastin, "Kau tahu kendaraan yang kalian sebut hounder itu? Itu juga berasal dari Moonshare."

"Lalu, apakah kalian juga menciptakan senjata?" tanya Bastin.

"Itulah yang membuat Moonshare banyak diincar untuk dijadikan 'teman' oleh negara-negara lain," jawab Tamara dengan membuat tanda kutip dengan jari kedua tangannya.

"Para petinggi Hive sering ke Moonshare, mereka berteman baik dengan keluarga kerajaan, tapi semua hanya kedok mereka untuk membujuk kami menciptakan senjata, meski kami tak pernah mau."

"Bagaimana dengan ayahku?" tanya Bastin.

"Dia pengecualian, Paman Zines sangat menyayangi aku dan keluarga ku," Tamara tersenyum tapi air mata menetes di sudut matanya. "Dia bersahabat baik dengan mendiang ayahku, dan juga keluarga kerajaan Moonshare."

"Oh, maafkan aku tentang ayah mu." kata Bastin. Dia tahu, di balik sosoknya yang tangguh, dia tetap seorang wanita.

"Ayahku seorang penasehat di kerajaan, masa kecilku sering ku habiskan di istana. Aku sangat senang saat Paman Zines datang," lanjut Tamara, "dan dia lah yang menyelamatkan aku yang kemudian dibawa ke sebuah negara lain."

"Berarti maksudmu masa kecil kita pernah bersama, itu artinya ayahku selalu mengajakku saat dia ke Moonshare?" tanya Bastin.
"Tapi aku sering bermimpi aneh tentang pembantaian dan perang, apa mungkin aku juga di sana saat itu terjadi?"

"Ya, kau juga salah satu yang selamat dari peristiwa itu." jawab Tamara.

"Tapi kenapa ayah membawa aku ikut ke Moonshare saat dia dan pasukannya melakukan penyerangan?" Bastin terlihat seperti ingin marah tapi bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Bukan seperti itu." Tamara mendekat pada Bastin. "Paman Zines menyelamatkan mu, kau bukan putera kandungnya, Bastin."

Bastin terkejut dan mundur selangkah,
"Apa maksudmu?"

"Paman Zines tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan Moonshare karena dia seorang Hiver, saat peristiwa itu terjadi, dia menyelamatkan mu dan menjadikan puteranya,"

"Lalu? Siapa aku, kenapa dia menyelamatkan ku?"

"Sebenarnya kau adalah putera Raja Moonshare, Bastin. Kau dikirim kesini untuk merebut kembali tahta mu yang hilang."

Bastin masih terlihat tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tamara menyentuh sesuatu pada layar monitor lalu pintu pada kanan ruangan terbuka.

Tamara berjalan berjalan menuju ruangan tersebut, Bastin masih berdiam pada tempatnya. Dia merasa terpukul dengan kenyataan yang terjadi.

"Ini luar biasa!" teriak Tamara.

Bastin terkejut dan menyusulnya. Mereka berada di ruangan penuh dengan senjata pedang dan senapan. Tamara mengambil sebuah senapan, "Ini senapan laser, Moonshare sudah lama menciptakan dan merahasiakannya."

Bastin mengambil salah satu pedang, mirip sekali dengan miliknya, dengan lambang kerajaan Moonshare pada gagang nya.

"Kau percaya sekarang kan, Bastin?"

"Aku percaya ayahku berhubungan dengan Moonshare, tapi aku belum yakin kalau aku adalah putera mahkota Moonshare."

"Nanti kau akan mengetahui jawabannya." Tamara menaruh kembali senapan dan menuju kembali ke ruang monitor.
"Kita belum tahu apa yang ada di balik pintu besar ini."

Tamara kembali menyentuh gambar-gambar pada monitor, kemudian pintu besar pada ujung ruangan terbuka, dan terlihat ruangan yang sangat luas.

Ruangan itu penuh dengan kendaraan-kendaraan, terdapat ratusan hounder dan kendaraan lain yang belum pernah terlihat sebelumnya. Bastin dan Tamara terkagum-kagum melihatnya.

"Bastin, kau siap mewujudkan perdamaian dunia?" tanya Tamara yang menatapnya dengan penuh semangat.

"Hah?"

...

Sementara itu di Kota Aurtz, di rumah keluarga Vigorous, Jenderal Zines sedang menyantap makan malam bersama istrinya, Martha.

"Kau yakin anak kita akan baik-baik saja, Sayang?" tanya Martha yang belum terlihat menyentuh makanan sedikitpun dari tadi.

"Tenanglah... Dia sudah dewasa, dan siap menerima kenyataan." jawab Zines lalu memasukan potongan daging ke mulutnya.

"Bagaimanapun dia tetap anakku," Martha terlihat cemas seperti ingin menangis.
"Aku tahu dia akan mengambil keputusan yang baik."

"Aku tahu perasaanmu sebagai ibunya sejak kecil, Sayang. Tak ada yang bisa memisahkan kalian sebagai ibu dan puteranya, bahkan perang sekalipun."

Martha menggenggamkan kedua tangannya di depan mulutnya, dia menangis mendengar suaminya berkata.

"Tugasku sebagai seorang yang menginginkan dunia damai mungkin segera berakhir." Jenderal Zines bangkit dari tempat duduknya dan memeluk istrinya yang menangis.

"Tapi tugasku sebagai seorang ayah tak kan pernah usai."

Air mata Martha semakin deras mengalir dalam pelukan suaminya.

Malam semakin larut, bulan purnama semakin condong ke barat, suasana malam Kota Aurtz yang ramai, perlahan ikut terlelap bersama penduduknya.

***

Sorry, tentang terlambatnya update, author benar-benar sibuk mengurus jatah makan Blackhood yang bertambah karena kedatangan Gray... :p

Well, ga ada aksi apapun di episode ini, cuma obrolan saling curhat...

Next episode kita buat rame... keep reading!

The Kingdom Of Hive : The BlackhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang