Jenderal Zines dan istri berada di rumahnya, keduanya duduk dan terdiam di meja makan. Di depan mereka, empat orang tentara bersenjata suruhan Clays berdiri berjaga, menahan mereka agar tidak pergi hingga instruksi selanjutnya.
Zines sesekali melirik pada Martha yang terdiam dan menatap meja makan, dia menggenggam tangan istrinya.
"Jadi, Clays memberontak, ya?" tiba-tiba Zines bersuara, membuat beberapa penjaga menolehnya.
Mereka tidak menjawab pertanyaan Zines dan kembali bersiaga. Salah satu dari mereka beberapa kali menengok keluar melalui jendela.
"Kalian tidak akan bisa menahanku lama-lama disini, lho."
"Jangan macam-macam, Jenderal. Di luar juga banyak yang berjaga, kalian tidak akan kemana-mana."
Zines melepas genggaman tangannya pada Martha lalu menjulurkannya ke bawah meja, rupanya dia menyimpan sebilah pedang kecil yang disembunyikan dengan menempelkan sarungnya pada bawah meja.
Brak! Brug!
Terdengar keributan di luar rumah, membuat beberapa tentara penjaga bertatapan, "coba lihat ke luar!"
Mereka semua menghunus pedang dan menghadap ke pintu. Salah satu dari mereka hendak berjalan keluar, belum sampai dia memegang gagang pintu, daun pintu terbuka dengan keras hingga mengenai wajahnya dan seseorang menerobos masuk dengan cepat. Bersenjatakan dua belati di kedua tangannya, dia menusuk tentara tadi.
Tiga tentara lain hendak menyerbu ke arahnya, namun Zines melompat dan menebas punggung salah satu tentara dengan pedang yang dia simpan di bawah meja tadi. Lalu dalam waktu hampir bersamaan, Zines dan orang berbelati tadi menghabisi sisa dari tentara Clays.
"Anda baik-baik saja, Jenderal?" tampak wajah orang yang menggunakan dua belati itu, seorang pria berambut panjang dengan wajah tirus dan bermata tajam, menggunakan pakaian biasa seperti penduduk Hive.
"Aku baik-baik saja."
Lalu masuk lagi ke dalam dua orang pria dengan pakaian yang sama, masing-masing menyeret dua mayat tentara suruhan Clays yang tadi berjaga di luar lalu menutup pintu belakang rumah.
"Mereka termasuk yang berjaga di pintu depan, Marco. Semua ada empat."
Marco mengangguk dan menyarungkan belatinya, lalu mendekati Zines. Zines mendorong meja makan dan membuka pintu bawah tanah yang tersembunyi di lantai di bawah meja makan dan ditutup dengan karpet, lalu menuntun Martha memasukinya.
"Ayo, kalian semua ke sini!"
"Yavin, Jeremy, bereskan mayat-mayat itu lalu susul kami ke bawah!"
"Siap, Marco."
...
"Pertama, aku dan tentara bawahanku akan berjaga di istana dan memastikan bahwa hanya tentaraku lah yang berada di sana. Lalu kalian para pemimpin Blackhood, masuklah bersamaku ke istana dengan menggunakan pakaian tentara Hive." Clays membeberkan rencananya.
"Kenapa kami harus ikut masuk? Kau mau menjebak kami?" Tamara menatap dengan curiga, "aku tidak percaya..."
Bastin menghadapkan tangannya ke depan wajah Tamara dan membuatnya berhenti bicara, "teruskan, Clays."
Clays tersenyum, "Raja Hive percaya padaku, dia tidak akan curiga. Aku tinggal mendekatinya dan menahannya, lalu mengancam semua menteri agar mematuhiku."
"Jika semudah itu, kenapa kau harus meminta bantuan kami?" kata Bastin.
"Untuk meyakinkan para tentara dan masyakarakat bahwa aku bisa berdamai dengan Blackhood dan membawa perubahan. Setelah militer berhasil mengambil alih sistem pemerintahan, kalian akan kami tunjukkan pada semuanya."
"Kau harus menjamin bahwa Moonshare akan kembali ke kami dan menarik seluruh tentara dari Hartez."
"Itu pasti, Bastin Vigorous."
”Satu lagi, pastikan keselamatan ayah dan ibuku.” kata Bastin.
Clays melirik sejenak dan tersenyum, "Tentu saja. Tapi ada yang ingin ku katakan padamu - suatu rahasia, Bastin Vigorous. Atau lebih baik ku panggil Tuan Bastin Ghomarous? Putera Alexis Ghomarous Sang Raja Moonshare pewaris tahta yang menghilang."
Senyum jelek terlihat dari wajah Clays.
"Katakan saja, Clays." kata Bastin sambil menatap tajam orang dihadapannya itu.
Clays mendekat pada Bastin hingga mulutnya hampir menempel pada telinga Bastin.
"Jenderal Zines bukanlah Hiver dan juga bukan orang Moonshare." bisik Clays.
...
Jauh di bagian utara dunia, terdapat pegunungan dengan salju abadi, Pegunungan Traya. Pegunungan dengan beberapa gunung-gunung yang sulit dilalui dan penuh bahaya. Berada di sebuah lembah tersembunyi diantara gunung-gunung bersalju, terdapat sebuah kerajaan bernama Dinz.
Menara-menara istana yang tinggi dan jembatan-jembatan panjang yang menghubungkan seluruh bangunan istana yang sangat luas seluruhnya berwarna biru mengkilap bagai terbuat dari kristal es raksasa yang tak akan pernah mencair. Pilar-pilar prisma segitiga yang besar dan kokoh menopang seluruh bagian bangunan kerajaan yang berdiri diatas sungai yang mengalir di lembah dari atas gunung bersalju. Kontras dengan Pegunungan Traya yang suram dan dingin di sekitarnya, lembah Dinz terlihat hijau dan hangat.
Melewati sebuah jembatan kristal yang sangat panjang, seorang pria berpakaian tebal berbulu seperti bulu serigala berwarna kelabu mengendarai sebuah kendaraan berkecepatan tinggi. Kendaraan berwarna biru tanpa roda yang mengambang, seperti hounder tanpa roda yang terbang.
Pria itu berhenti di depan pintu istana yang lebar dan dijaga oleh dua prajurit yang mengenakan baju zirah ketat berwarna biru dengan lambang segitiga di dada lengkap dengan helm yang menutupi kepala dan wajah mereka. Kedua prajurit itu menurunkan senjata mereka - sebuah senapan besar - saat pria tadi turun dari kendaraannya dan memberi hormat saat padanya saat pria tadi melewatinya.
Seolah mengetahui dimana orang yang dia cari, pria berambut hitam ikal panjang dan dikuncir ekor kuda itu terus berjalan menyusuri tiap-tiap lorong dan melewati beberapa ruangan di dalam istana hingga ia sampai di sebuah balkon istana yang menghadap lembah dengan sungai mengalir di bawahnya. Ia mendapati orang yang sedangi dicari, pria setegah tua dengan mahkota di kepala sedang memandangi lembah dari balkon hingga ia hanya melihat punggungnya.
"Paduka, saya sudah kembali." kata pria itu sambil membungkuk.
Sang raja bermahkota itu tersenyum tanpa berpaling dan terus menatap lembah.
"Bagaimana, Boris?"
"Pasukan elit Dinzerian sudah bersama Zines sekarang." jawab pria yang ternyata bernama Boris itu.
...
Ayo goyang dumang...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kingdom Of Hive : The Blackhood
AdventureKerajaan Hive, sebuah kerajaan besar yang berambisi meluaskan wilayahnya, beralasan untuk menciptakan kedamaian dengan hanya ada satu pemerintahan di bawah rajanya, Raja Davodil. Bastin Vigorous, berambisi ingin menjadi jenderal perang Kerajaan Hive...