10th Layer: Promises

7.4K 1K 97
                                    

Aku kembali ke kerajaan Cermin setelah itu. Hatiku terasa kosong karena Rawflie menghilang. Setidaknya aku iri dengan kakekku. Ia masih bisa menyentuh lelakinya. Sementara aku? Rawflie menghilang tanpa bekas. Aku tak tahu bagaimana lagi harus menghadapi ini.

Kalung terakhir yang ada di leherku berpendar. Dulu sang Ratu memberiku pesan kalau kalung itu yang bisa mengantarkan kami pulang. Arbender dan Fertego juga ikut menyusulku. Mereka menangis ketika aku mengatakan Rawflie tiada.

Rawflie hadir ke hidupku dengan cara yang sederhana dan singkat. Aku jatuh cinta padanya juga dengan sangat cepat. Tetapi aku tak bisa berhenti berpikir lagi sekarang. Aku mencintainya, tetapi semudah itu pula ia pergi.

Ketika aku sampai di kerajaan Cermin, semua orang bersorak menyambutku. Sambutan mereka terlihat separuh hati. Rawflie tiada. Dia pergi meninggalkanku hanya untuk mengorbankan diri. Demi negeri ini.

Arbender menempelkan kepalanya di dahiku. Aku menangis sesenggukan di tengah jalan, di antara riuhnya sorakan atas keberhasilanku.

Seharusnya ada Rawflie di sini! Seharusnya ia bersamaku, bersorak senang bergembira.

Sepi menjalaku lagi. Aku terkurung dalam kesepian tak kasat mata. Meski bibirku mencoba untuk tersenyum, namun hatiku terluka dalam. Aku menggila meski hanya dengan tatapan seperti itu.

"Selamat datang, Pahlawan!" Penduduk bersorak. Sebagian dari mereka menyalamiku.

Hatiku hampa.

Perlahan aku mengingat lukisan-lukisan di dinding lorong. Lagi-lagi semua fakta ini mengadiliku. Aku kembali terpuruk karena takdir. Dulu kakekku, sekarang aku. Kakekku menikah dengan wanita akhirnya. Jadi, aku harus melakukannya juga?

"Selamat datang, Gervin!" Ratu Cermin menyambutku dengan pelukan.

Wanita elegan itu menuntunku ke sebuah dinding berkilau. Wanita itu meletakkan kunci Peri di sebuah lubang di sana. Lalu dinding itu berpendar. Aku merasakan perubahan yang besar di sana seketika. Langit kembali terang. Bunga-bunga mekar kembali. Air sungai terisi kembali.

Semua penduduk berteriak kencang. Bersorak gembira.

Hanya aku yang terpuruk, menangis seorang diri.

"Jangan bersedih, Gervin! Rawflie melakukan itu demi negeri ini!" Aku mencoba menghibur diri sendiri. Ini yang terbaik untuk semuanya.

"Gervin..." Reter muncul tiba-tiba. Ia berteriak kencang, lalu berlari ke arahku dan memelukku. "Gervin... aku merindukanmu."

Aku menangis kencang sambil memeluk Reter. Semua ini salah. Seharusnya dari awal aku tak boleh datang ke tempat ini.

"Aku tahu apa yang terjadi, Gervin." Reter mencoba menghibur. Aku masih menangis.

"Aku mencintainya, Reter. Aku bodoh. Aku penipu!"

Reter menggeleng pelan.

"Kau jujur, Gervin." Reter mengusap punggungku lagi.

"Aku mencintai lelaki yang ditakdirkan untukmu juga, Reter! Aku mencintai lelakimu."

Reter menggeleng kian cepat.

"Yang kucintai orang lain, Gervin. Rawflie memang milikmu. Dia benar-benar milikmu. Kalian ditakdirkan bersama sejak awal."

"Penghiburan macam apa itu, Reter?"

"Aku serius. Aku sudah membaca buku sejarah negeri ini. Aku membaca kisah tentang kakek kita." Reter membahas itu lagi.

"Kau tahu kalau kakek kita juga kehilangan kekasih yang sangat dia cintai, kan?"

Mirror, Mirror On The WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang