6. Family Meeting

1.7K 210 6
                                    

Aku mengendap-endap memasuki rumahku bersama Dane. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 7 malam yang berarti seluruh anggota keluargaku sudah berada di rumah.

Sejujurnya aku sangat takut untuk pulang ke rumah dan menghadapi kemarahan Ayah. Ayah bisa menjadi sangat kejam jika anaknya melakukan kesalahan fatal. Dan menurutku ini adalah kesalahan paling fatal yang pernah kubuat.

Namun, begitu sampai di depan pintu rumah Dane menggenggam tanganku seakan merasakan kekhawatiranku.

"Tidak apa-apa, aku akan menemanimu," ujarnya dan entah kenapa aku merasa tenang.

Pintu rumah terbuka otomatis setelah wajahku ter-scan. Dane masih menggenggam tanganku dan berjalan dengan percaya diri.

Terasa dingin dan sunyi disini. Aku berjalan dan mendapati anggota keluargaku berada di sofa ruang tengah. Rupanya mereka menungguku.

Baiklah, inilah saat untukku menyiapkan mental.

"Duduk, Chloe. Kau juga boleh duduk, Dane," sapa Ayah dingin.

Setelah aku duduk, Ayah menyodorkan tabletnya kepadaku yang memutar video kekacauan di kantin. Sudah kuduga.

"Bisa kau jelaskan mengapa kau bisa melakukan itu? Kau memalukan ayah, Chloe! Dengan perilakumu yang aneh dan membuat benda-benda itu bergerak sendiri! Apa kau sakit?! Apa kau mau Nathan memeriksamu?!"

Bombardir pertanyaan dari Ayah membuatku menegang. Ayah tak pernah seperti ini jika marah. Bahkan marahnya yang seperti biasa saja sudah cukup seram bagiku. Apa benar aku hanya anak yang mempermalukan ayahku?

Ayahku bekerja di pemerintahan, jabatannya juga tidak rendah. Jika kau menyebut nama ayahku atau Nathan atau sebut saja keluarga Williams, orang-orang langsung mengingat mereka berdua. Dan aku, tentang prestasiku yang bukan apa-apa seperti Nathan.

"Maafkan aku ayah... aku bahkan tidak tahu mengapa bisa seperti itu... itu di luar kendaliku," cicitku takut tanpa melihat wajah beliau.

"Kau memalukan nama keluarga ini Chloe! Kau tidak ingat kelompok pemberontak berpenyakit sepertimu, hah?! Kau mau ayah dan ibumu disebut memelihara anak berpenyakit?"

Deg. Memelihara katanya? Badanku bergetar hebat dan air mataku mengalir. Aku anak mereka dan mereka menyebutku memelihara? Apakah aku bukan apa-apa?

Dane menggenggam tanganku lembut, namun urat-uratnya terlihat keluar. Ia kesal.

"Maaf sekali, Ian. Namun kalimatmu menyakiti hati anakmu sendiri," ujar Dane membelaku.

Nathan yang tadinya duduk bersandar menegakkan badannya, "Dane benar, ayah. Ayah jahat sekali. Chloe bukan binatang peliharaan."

"Kalian ini buta?! Kalian tidak lihat jika Chloe berpenyakit? Memalukan."

Astaga, menyakitkan sekali mendengar ayahmu sendiri berbicara seperti itu.

"Chloe tidak sakit," Nathan menjawab, "Para ilmuwan sedang memeriksa beberapa orang dari kelompok pemberontak. Itu bukan penyakit ayah."

Ayah terdiam mendengar ucapan Nathan. Memang hanya Nathan. Semua hanya bisa dihentikan oleh Nathan. Ayah sangat mempercayainya, seluruh perkataannya. Tidak denganku.

"Tapi dia memalukan keluarga ini!"

Tetap saja, orang tua akan selalu benar. Dan aku hanya membawa dampak buruk.

"Sudahlah Ian, kasihan Chloe. Dia masih anakmu," sahut Ibu menenangkan.

Suara lembut Ibu membuatku semakin menangis. Aku bahkan tidak bisa membela diriku sendiri. Apa jadinya jika tidak ada ibu, Nathan serta Dane? Mungkin aku sudah diusir dari rumah ini.

"Dane, antarlah Chloe ke kamarnya. Aku sudah menyiapkan makan malamnya di meja makan. Tolong urus dia ya, menantuku," suruh ibu yang dalam keadaan normal mungkin membuatku marah.

Dane tersenyum geli dan mengajakku masuk ke kamar. Aku masih saja menangis sakit hati mengingat kalimat ayah. Diluar kudengar ayah berbicara lagi dan ditenangkan oleh ibu dan Nathan.

"Sudahlah, Chloe. Ayahmu tidak bermaksud seperti itu," ujar Dane setelah membawa makananku ke kamar.

"Tidak. Ayah benar-benar serius jika sedang marah. Aku tidak berarti di matanya, kau tidak mengerti, Dane Jhonson!"

Dane tersenyum, "Tapi kau berarti di mataku."

"Bodoh!"

Ku lempar sebuah boneka mickey, kartun yang tak pernah habis masanya dari dulu sampai sekarang dan tetap menjadi lambang pengenal Disney.

Dane tertawa yang mau tak mau membuatku tertawa juga. Bukan berarti aku menyukainya! Aku menerima kehadirannya hari ini! Hanya hari ini saja!

"Kau mau aku suapi Chloe?"

"Aku punya tangan, Jhonson"

"Baiklah, Jhonson masa depan. Makanlah."

Aku mendengus lalu menyendok makananku. Rasa khas masakan ibu masuk kedalam lidahku, memang yang paling lezat tetaplah masakan seorang ibu.

Secara tiba-tiba, Dane menyodorkan tangannya dan mengusap jejak air mataku. Air mukanya berubah menjadi sedih, "Aku tidak suka melihatmu menangis. Rasanya sakit di dadaku."

Aku terdiam haru. Dia, si Dane Jhonson yang dulu begitu menyebalkan karena meledekku terus. Dia, si Dane Jhonson yang selalu aku tolak. Namun, ia tak pernah menolakku sekali pun.

"...mungkin aku sakit jantung atau paru-paru."

Mood dan perasaanku yang barusan naik tiba-tiba saja turun drastis. Aku mengangkat garpuku ingin mencabiknya.

Dane tertawa lagi sambil menghindar. Aku mencebik lalu kembali menyendok makananku. Tak beberapa lama tangan Dane mendarat di kepalaku, mengacak-acak rambutku.

"Begitu Chloe yang aku kenal."

Lagi-lagi, Dane Jhonson membuatku terdiam.

***

A/n

Baiiiik selesai dulu ya sampe disini. Wkwkwk pendek sekali yha:" tapi gapapa yak. Biar chloe sama dane romantis romantisan dulu.

{New update for now on}
Thursday, 22 February 2018. 03.44 AM.

SupranaturalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang