7. Coach

2K 224 34
                                    

Aku turun dari hoverboard milikku dan berjalan melalui jalan setapak kecil didepan pintu. Sudah kudengar suara tawa Andrew yang kuyakini pasti sedang bermain dengan salah satu elemennya--walaupun ia belum bisa mengendalikannya dengan benar.

Benar saja, ketika pintu terbuka melayanglah cipratan air ke wajahku.

"Ooops..." Andrew menutup mulutnya. Sedangkan sudah kudengar suara tawa dari Dane--yang sudah sampai duluan dariku omong-omong, agak aneh melihatnya tak mengikutiku.

"Terima kasih, Andrew." ujarku sedikit kesal. Cipratan air yang mengenaiku tentu saja tidak sedikit karena membuat kemejaku dibagian atas cukup basah.

"Maafkan aku, Chloe! Aku akan mengeringkannya! Sekarang aku sudah mulai menguasai kekuatanku!"

Ia bersemangat sekali. Sepertinya aku hanya jadi bahan percobaannya mencoba kekuatan yang katanya sudah dikuasai itu.

Tak lama hembusan angin yang panas menerpaku. Dalam waktu singkat kemejaku sudah kering. Namun anginnya sungguh panas sekali.

"Aku menggabungkan angin dan apiku! Keren 'kan?"

Dane mengangguk setuju, "Woah, kau keren sekali. Enak sekali bisa bereksperimen dengan kekuatanmu sedangkan aku hanya bisa pindah-pindah tempat saja!"

Andrew cengengesan malu.

"Kau cukup keren. Tapi sebaiknya kau kecilkan kadar apimu itu, anginnya sungguh panas, rasanya aku akan terbakar."

"Benarkah?" Andrew menatap tangannya lalu tidak lama mengepalkannya dan mengangkat ke udara, "Baiklah aku akan berjuang!"

Aku menggelengkan kepalaku dan duduk dipinggir kolam renang. Kucelupkan kakiku--setelah melepas sepatuku tentunya--dan merasakan sejuknya air kolam.

Ini sudah kelima kalinya aku datang kesini. Dan mau tidak mau aku harus menerima kekuatan menyeramkan dalam diriku. Menyeramkan? Ya menurutku ini menyeramkan. Kau tidak tahu darimana asal kekuatan ini. Apakah dari makanan yang kau makan? Apakah dari injeksi yang kau lakukan setiap pagi? Tidakkah kau takut?

Aku bahkan berhati-hati sekali ketika makan diluar. Aku juga menjauhi daerah-daerah seperti pusat penelitian, kita tidak tahu ada saja virus yang menyebar di udara sekitar sana bukan?

Memang sebenarnya ada hal menguntungkan dari kekuatanku. Aku benar-benar bisa membuat cokelat panas tanpa bangkit dari dudukku, seperti yang dikatakan teman sekelasku dulu. Namun, hanya satu kali aku berhasil dalam beberapa kali percobaan. Biasanya aku menumpahkan bubuk cokelat yang sedang kusendok melalui kekuatanku. Malah makin merepotkan saja sebenarnya.

Aku akhirnya mengganti pakaianku dengan baju renang di kamar mandi. Aku selalu membawanya akhir-akhir ini karena kolam renang ini sangat menggoda dan aku belum mencicipinya. Lagipula ini masih 15 menit sebelum sesi latihan kami dimulai.

Sejuk yang kurasakan ketika masuk kolam menenangkan pikiranku. Sepertinya aku harus melakukan hal ini setiap datang kesini. Berenang merupakan salah satu hal yang membuat pikiranku tenang.

"Hei, sexy!"

Kulihat Dane berlari kecil menuju arahku. Begitu sampai, ia tersenyum manis.

"Seharusnya aku juga membawa celana renangku dan ikut bersamamu dalam kolam ini," godanya.

Kurasakan wajahku memerah, "Mesum! Bodoh!!!"

Dane tertawa, kilatan jahil terlihat dimatanya. Namun segera berubah dengan cepat, kini yang kulihat bibirnya mencebik.

"Mengapa kau tidak menyapaku sama sekali tadi saat datang? Kau malah sibuk dengan Andrew."

"Untuk apa aku menyapamu?"

"Hei, aku 'kan calon suamimu di masa depan!"

"Calon suami apa. Bermainlah dengan Carol, sana." ketusku lalu melanjutkan kegiatanku.

"Oh! Kau cemburu?!"

Aku tersedak air kolam renang seketika mendengar ucapan Dane, "Sama sekali tidak."

"Astaga, astaga! Seorang Chloe Williams cemburu pada Carol!"

"Demi Tuhan, terserah kau Jhonson!"

Dane tertawa senang membuatku memutar bola mata. Jujur saja, aku bahkan tidak tahu dari bagian otak mana kalimat itu berasal.

Dane bergabung dengan klub sepak bola sekolah dan hari ini dia latihan. Carol memberikan dukungan penuh alias menggodanya dengan membawakan handuk dan botol minum. Dane menerimanya dengan senang hati lalu mereka tertawa bersama dan mengobrol.

Kebetulan sekali aku sedang lewat lapangan sepak bola, jadi aku melihat itu semua. Cemburu? Itu bukan aku sama sekali. Lagipula aku tidak menyukai Dane Jhonson, ingatlah itu.

Masih dengan Dane yang sekarang tersenyum-senyum melihatku, kuputuskan untuk menyudahi kegiatanku saja. Aku berjalan menuju kamar mandi untuk membilas badanku tanpa menghiraukan Dane.

"Aku tidak akan pernah selingkuh darimu, Williams!" teriak Dane tepat saat aku menutup pintu.

Kudengar Andrew bertepuk tangan, "Kau hebat sekali, membuat Chloe yang sedingin itu cemburu!"

Aku tidak cemburu, astaga!

Sudahlah, aku tak perlu memikirkan Dane yang bodoh itu. Lebih baik aku membilas tubuhku karena sedikit lagi Julian akan datang bersama pelatih yang ia bilang saat itu.

Aku tidak sabar bertemu dengannya, karena aku harus mengendalikan kekuatanku. Terkadang jika aku sedang lelah sekali dan emosiku tercampur aduk, benda-benda disekelilingku akan melayang dengan sendirinya.

Saat aku sedang memakai pakaianku, kudengar suara Julian. "Aku datang," ujarnya pendek.

"Halo, Bu! Ini kali pertama aku bertemu denganmu!" sapa Andrew riang, yang kurasa kepada si pelatih yang baru datang. Andrew sama sepertiku dan Dane, baru saja masuk ke tim ini sehari sebelum kami. Wajar saja ia tidak pernah bertemu sang pelatih.

"Oh, halo! Kau pasti Andrew, si pengendali elemen itu!"

Aku yang sedang mengancingkan kemejaku langsung membeku. Suara itu... suara yang sangat kukenal. Sangat sangat kukenal.

Cepat-cepat kuselesaikan kegiatanku dan keluar dari kamar mandi. Benar saja dugaanku!

"Ibu?!"

***

Sunday, 18th March 2018. 15:52 WIB.

Kira-kira setuju ga kalo ada pergantian point of view? Jadi ada 2 point of view disini, satu punya Chloe, satu punya orang ketiga. How??

SupranaturalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang