4. That Power

2.9K 299 19
                                    

Baru saja pintu terbuka, aku melihat hamparan rumput, air mancur, kolam renang dan beberapa pohon kecil. Padahal ini didalam rumah, menakjubkan sekali yang membuatnya. Lalu terdapat tangga di sisi kanan yang menghubungkan langsung dengan lantai dua yang berbentuk ruangan.

Aku juga mendapati dua orang lelaki yang sedang berhadapan. Yang membuatku terkejut kali ini adalah, ada sebuah gumpalan air melayang di tangan seorang lelaki.

"Oh, kau datang," sapa Julian datar dan menghampiriku. Aku menghiraukannya dan masih menatap penasaran pada si anak air.

"Itu apa?" tanyaku dengan nada seperti anak kecil yang baru pertama melihat minuman keras.

Si anak air seperti tersadar dan menghampiriku. Ia tersenyum dan mengulurkan tangannya.

"Aku Andrew, kau?"

"Chloe," jawabku dan menjabat tangannya.

"Oh! Kau yang menghancurkan kantin ya? Keren! Apa kemampuanmu?"

Aku melongo. Kemampuan apa maksudnya?

"Kau berlatihlah terlebih dahulu, ada yang harus kubicarakan dengannya," suara Julian menginterupsi. Andrew terlihat kecewa namun menurut juga.

"Naiklah keatas," perintah Julian padaku.

Aku menurut dan menaiki tangga transparan yang melayang, seperti tangga pada umumnya. Aku menoleh kebelakang dan...

Julian tidak ada.

Hanya ada Andrew yang bermain-main dengan gumpalan api di tangannya. Ia terlihat kewalahan namun juga terlihat takjub. Aneh sekali. Apa yang dilakukannya? Apakah itu trik sulap?

Sesampainya di atas, aku mendapati ruang santai disana. Namun yang menarik perhatianku adalah dinding yang memuat banyak sekali potongan kertas.

Aku mendekat dan yang kudapati adalah artikel-artikel tua berisi tentang kekuatan super. Beberapa sudah menguning dan usang yang kuyakini umurnya sudah puluhan tahun.

"Menarik?"

Sebuah suara mengagetkanku. Aku melihat Julian yang kini duduk di salah satu sofa didepanku. Padahal tadi dia tidak ada! Aku juga tidak mendengar langkah kaki.

"Bagaimana... bagaimana bisa kau ada disana?!"

Sebelah bibirnya melengkung dan ia berdiri dari duduknya. Ia menghampiriku lalu...

Hilang.

Julian. Menghilang. Tepat. Di depan. Mataku.

"Bagaimana?"

Kurasakan suara dan deru nafas dari belakangku. Kini Julian berada di sana. Aku melonjak dan mundur beberapa langkah.

"Kau... hilang?! Tapi... bagaimana bisa?!"

Kini ia menjulurkan tangannya padaku, "Perkenalkan. Namaku Julian Everton. Kekuatanku adalah tidak terlihat. Transparan."

"Kekuatan? Apa maksudmu?!"

Seketika aku mengingat ucapannya di UKS tadi. Astaga, jadi dia benar-benar mengatakan bahwa ia bisa menghilang?!

"Kau lihat Andrew, 'kan? Dia mengendalikan air dan api di tangannya tadi. Dia pengendali elemen, air, udara, api dan tanah."

"Apa?! Tapi itu kekuatan super 'kan?! Bagaimana...," aku menggelengkan kepalaku, "Hal seperti itu tidak ada!"

"Lalu bagaimana kau menjelaskan hal yang terjadi di kantin kemarin? Kau merasakan kekuatan yang memaksa keluar dari tubuhmu 'kan? Kau yang mengendalikan seluruh benda-benda itu 'kan?"

Aku terdiam. Julian benar. Tapi ini zaman modern, teknologi yang berkembang pesat dimana-mana. Mengapa ada hal-hal seperti dalam komik ataupun novel?

Julian berjalan menuju jendela dan menghela napas, "Dunia ini tak sejernih yang kau lihat. Ada hal-hal yang direncanakan untuk masa depan. Dan kita adalah korbannya, menurutku."

"Maksudmu?"

"Itu tidak penting sekarang. Yang pasti kau adalah salah satu dari pengguna kekuatan super."

"Aku?"

"Ya. Lebih tepatnya telekinesis. Ayo kita turun."

Aku mengikuti Julian yang berjalan menuju taman bawah. Telekinesis? Tidak. Tidak. Itu tidak mungkin, 'kan? Ini zaman dimana teknologi mengalahkan segalanya. Kekacauan yang terjadi di kantin adalah kebetulan yang tak berarti. Mungkin saja. Yah...

"Kau ingin membuktikan bahwa kau bukan pengguna kemampuan khusus kan?"

Aku mengangguk.

"Kalau begitu angkatlah kayu ini dengan pikiranmu. Kalau tidak terangkat, kau boleh pergi."

Aku memusatkan pikiranku pada sepotong kayu yang berada di tangan Julian.

Baru beberapa detik pikiranku memerintahkan kayu itu agar naik...

Kayu itu terangkat.

Julian mundur selangkah. Begitu pula aku. Aku menatap pada kayu itu takjub. Aku mengarahkan mataku ke kiri dan benda itu ikut ke kiri, begitupun sebaliknya.

"Kekuatanmu terpusat di mata."

Kalimat Julian membuatku menoleh padanya sehingga konsentrasiku buyar. Kudengar suara kayu itu yang terjatuh ke tanah.

"Kau benar-benar seorang pengguna kekuatan super, Chloe. Kau tidak bisa mengelaknya, karena sekarang... kau bagian dari kami."

Kami?

"Aku mau mengumpulkan seorang pengguna. Dan yang baru kudapat baru Andrew, kau, dan seorang gadis lain yang sepertinya terlambat," jelas Julian seakan bisa membaca pikiranku.

Aku mengangguk-angguk. Sebenarnya seluruh hal tentang kekuatan super ini menggangguku. Ini seperti saat kau hidup seperti keseharianmu yang biasa lalu ada suatu hal aneh yang menghampirimu, namun kau tak bisa mengelaknya.

"Kau mau mengakui bahwa kau seorang pengguna kekuatan 'kan?"

Kulihat Julian tersenyum -- hal yang sepertinya hampir tidak pernah dia lakukan karena dia selalu berwajah datar. Juga Andrew. Aku menggaruk tengkukku, lalu mengangguk.

"Baik--"

"Chloe, tidak!"

Suara Dane dari belakangku terdengar. Kulihat ia berjalan dengan langkah besar -besar dan raut wajah khawatir. Ia menarikku.

"Ayo kita pulang!"

"Apa? Dane, bagaimana kau bisa kesini?!"

"Tadi itu... ah! Tidak penting, sekarang kita pulang. Hal yang mereka lakukan itu berbahaya!"

"Maksudmu?"

"Kau tidak ingat berita soal kekuatan yang pemberontak?!"

Ah ya, aku ingat. Itu saat Emma tidak masuk dan aku menyangkal bahwa kekuatan super itu tidak ada. Namun nyatanya, hal itu ada. Aku juga mengalaminya.

"Tidak! Dane, berhenti!"

"Pulang!"

"Tidak!"

Aku menarik tanganku darinya.

Dia menoleh kaget, namun secara tiba-tiba seluruh tubuhnya diselimuti cahaya biru.

Dalam sepersekian detik, Dane menghilang. Tepat didepan wajahku.

***

SupranaturalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang