2. The Accidents

4.5K 396 23
                                    

Begitu bel istirahat berbunyi, aku langsung menelungkupkan wajahku di meja. Entah kenapa sedari pagi kepalaku pusing dan terasa berat. Apalagi setelah aku menginjeksi tanganku, pusing ini bertambah.

"Kau kenapa, Chloe?"

Emma bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptopnya. Ia lagi-lagi menonton sinetron itu -- soal vampir dan manusia. Entah kenapa artis-artis jaman sekarang membuat remake film yang laku di abad ke 21 itu. Aku bahkan tak mengerti mengapa mereka menemukan rekaman film yang kurasa sudah lapuk itu.

"Chloe!"

Suara Dane dari pintu kelas membuatku mendongak dengan malas. Aku hanya melihat wajahnya yang sedang tersenyum dan menelungkupkan lagi kepalaku ke meja.

"Chloe, ada apa denganmu?"

Aku mendengus, sudah kuduga ia akan bertanya, "Tak apa."

"Kau sakit?"

"Tidak."

"Kalau begitu angkat kepalamu."

Aku lagi-lagi mendengus dan mengangkat kepalaku karena kalau aku tak melakukannya, Dane akan nekat menggendongku ke UKS.

Begitu aku mengangkat kepalaku, setangkai bunga... apa itu? berwarna merah muda terpampang di depan wajahku.

"Bunga cantik untuk gadisku yang cantik," gombalnya.

"Ya, ya, terima kasih."

"Ke kantin yuk."

"Tidak mau."

"Ayolah, kau sudah tidak pernah ke kantin bersamaku. Aku bahkan sudah meminta izin pada Emma untuk meminjammu."

"Oh."

"Kantin."

"Tidak."

"Kantin."

"It's a no."

"Kantin."

"Kau berisik sekali! Baiklah, bodoh."

Aku berjalan mendahului Dane yang bersorak kegirangan di belakangku. Kepalaku semakin pusing mendengar ocehannya tadi. Ia akan melakukan hal itu kalau aku terus menolaknya. Menyebalkan.

Kantin tak begitu ramai namun juga tak sepi. Kedatanganku dan Dane membuat sebagian besar siswi menatapnya kagum. Pasanganmu memang sudah ditentukan, namun yang seperti kubilang, perasaan tak ada yang bisa mengaturnya bukan? Buktinya Dane yang pecicilan ini memiliki banyak fans. Memang sih, Dane itu -- aku tak ikhlas mengatakannya -- tampan.

Begitu sampai di kantin aku langsung menempelkan kartu siswaku pada sensor yang akan membuatkan makananku. Layar sentuh diatasnya menampilkan menu yang bisa kupilih. Aku memilih sadwich telur, jus jeruk serta sebuah puding karamel.

Makananku keluar dari mesin makanan tak beberapa lama kemudian, begitupula dengan Dane dan makanannya. Kami berjalan menyusuri meja untuk mencari meja kosong. Beruntung masih tersisa beberapa di sudut kantin. Namun tiba-tiba...

PRANG!

Seseorang menabrakku hingga membuatku menumpahkan nampan berisi makananku. Bahkan tabletku yang berada di kantong seragamku ikut terjatuh. Oh tidak.

Aku segera berjongkok mengambil tabletku. Memang tablet ini hanya berbentuk pisau lipat namun tetap saja, guncangan seperti terjatuh atau terbentur akan membuat benda ini rusak. Sial, padahal aku menabung begitu lama untuk membelinya.

BYUR!

Kurasakan sensasi dingin dan aroma dari jus jeruk membasahi rambutku. Aku segera mendongak dan menemukan seorang perempuan yang paling kubenci di dunia ini. Ia memegang gelas yang kosong. Sudah kutebak bahwa ia sengaja melakukannya.

"Hei! Kau ini apa-apaan sih?!" Dane membentaknya.

"Ups, tidak sengaja," ujarnya dengan nada yang dibuat-buat.

Amarahku naik ke ubun-ubun, aku segera berdiri dan menatap Carol dengan tatapan membunuh.

"Apa maumu sih?!"

Carol balik menatapku marah, "Kubilang aku tidak sengaja! Kau tuli ya?!"

"Aku tidak bodoh, aku tahu kau memang sengaja menumpahkan jusmu!"

"Memangnya kenapa? Hakku untuk menyirammu!"

"Apa masalahmu sih?! Aku tak punya masalah denganmu!"

"Tentu saja ada! Kau sudah merebut impianku!"

Selain Dane, aku selalu satu sekolah dengan Carol. Namun kami tidak terlalu dekat. Saat umurnya 12 tahun, ia mengumumkan bahwa ia menyukai Dane Jhonson. Tapi saat umur kami 13 tahun, ia terkejut mendengar kabar bahwa Dane adalah jodohku, teman satu sekolahnya. Sejak itu ia selalu menyatakan bendera perang. Namun aku juga tak bisa mengatur bahwa aku tak mau jodohku Dane kan?

"Aku juga tak bisa mengatur sistem data yang mengatur semua ini, Carol! Memangnya kau bisa mengaturnya saat jodohmu adalah Ben?!"

Yang mengejutkannya lagi, jodoh Carol adalah Ben. Ben lebih muda setahun dari kami dan merupakan seorang yang... culun. Tak ada yang tahu tentang dirinya kecuali si anak aneh berkacamata besar dan berjerawat.

PLAK!

"Kau tidak berhak mengomentariku!"

"Carol!" Dane mencekal lengan Carol dengan kasar.

Aku terdiam. Lengkap sudah nasibku. Sudah jatuh, tertimpa tangga. Disandung, disiram, dan ditampar.

Aku marah. Aku ingin menangis saja. Semuanya terasa salah semenjak pagi tadi. Padahal aku selalu berusaha menjadi anak baik-baik namun mengapa semua ini terjadi kepadaku?

Amarah dan kekesalanku meluap. Kurasakan sesuatu yang mau keluar dari tubuhku. Beberapa detik kemudian, meja-meja bergetar sendiri membuat beberapa siswi menjerit. Alat-alat makan yang berada di meja berterbangan, membuat jeritan semakin membesar.

Carol dan Dane terdiam melihat semua kejadian ini. Aku menghempaskan tangan kananku membuat seluruh garpu berterbangan dan berkumpul di belakangku.

"Apa yang kau lakukan?!" tanya Carol dengan nada takut.

Kutatap garpu-garpu itu dan menjentikkan jariku. Seakan mengerti, salah satu garpu terbang dengan cepat kearah Carol. Ia berteriak dan menghindar. Tak lama kulihat air mata turun mengaliri pipinya. Ia gemetar ketakutan. Aku tersenyum senang melihat reaksinya.

Kini kuangkat kedua tanganku. Seluruh garpu itu seakan terhubung denganku. Ku ayunkan kedua tanganku dan semua benda itu terbang melesat pada Carol.

"Chloe!!"

Pelukan dari seseorang membuyarkanku. Seluruh garpuku yang berterbangan kini berjatuhan menimbulkan suara berdenting. Meja-meja yang bergetar kini terdiam.

"Chloe! Chloe!"

Dane terus memanggil namaku walaupun ia sudah memelukku. Aku menatapnya dan tersentak. Ya Tuhan, apa yang kulakukan?! Aku hampir menghancurkan kantin!

"Dane..."

"Ya Tuhan, Chloe-ku sadar. Kau tak apa-apa?"

"Aku tak..."

Kurasakan pusing hebat yang melanda kepalaku. Kulihat semuanya mulai memburam, suara Dane yang memanggilku semakin samar, dan semuanya menjadi gelap.

***

July, 9th 2016. 02.04 AM.

SupranaturalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang