10. Ice

881 81 10
                                    

Aku menatap Julian dan Dane bergantian. Dua reaksi yang berbeda. Dane terlihat takjub dan seperti biasanya ia mengoceh tidak jelas. Julian mengangguk-angguk sambil mengusap dagunya yang mana ada sedikit bulu-bulu halus.

"Apa yang terjadi padaku?" lirih Emma tapi masih sanggup kami bertiga dengar.

Gadis itu menangkupkan wajahnya kepada kedua tangannya, terlihat frustasi. Sekarang sudah jam pulang sekolah yang mana sudah berlalu dua jam semenjak insiden gelas berubah menjadi es itu.

Setelah gelas itu berubah, aku jelas saja melotot sempurna. Bagaimana bisa Emma adalah salah satu pengguna kekuatan sepertiku? Aku, Dane dan kini Emma juga! Ada apa dengan lingkup pergaulanku hingga diberikan kekuatan seperti ini?

Tapi saat itu aku berusaha tenang dan menenangkan Emma yang terlihat ketakutan hingga hampir menangis. Sahabatku itu memang memiliki hati yang rapuh. Aku mencoba memberikan wadah tempatku menaruh kompresan, yang berisi air lebih hangat dari air minumnya. Dan lagi-lagi setelah Emma memegangnya, wadah dan isinya tersebut berubah menjadi es.

Saat ini kulihat Julian menuang air panas ke gelas. Sepertinya ia ingin mencobanya lagi untuk membuktikannya sendiri, "Coba pegang."

Emma menurut dan lagi-lagi gelasnya berubah menjadi es dalam sedetik. Padahal isinya benar-benar air panas dari dispenser yang jika dalam kondisi normal kalau memegangnya lama-lama itu menyakitkan karena panasnya.

"Kau salah satu orang yang terpilih mendapat kekuatan, Emma."

Suara Julian membuat Emma mengerutkan keningnya sempurna, "M-maksudmu?"

Tapi bukannya mendapat jawaban, Julian malah beranjak pergi. Sebelum mencapai pintu, ia menoleh kepadaku. "Chloe, jelaskan semuanya pada temanmu. Aku ada urusan."

Aku menghela napas dan menatap sinis sosoknya yang kemudian hilang begitu saja. Benar-benar hilang dengan kekuatannya, lho. Julian membuka pintu lalu menghilang di depan mata.

Dan pemandangan itu membuat Emma melotot syok, "Ha--hantu...?"

Dane malah tertawa keras mendengar reaksi Emma membuat Emma merengut. Beberapa detik tertawa, ia geleng-geleng dan menarik napasnya.

"Hei, bagaimana bisa hantu menapak di lantai? Kau aneh-aneh saja. Dia itu Julian, ketua kelompok para pengguna kekuatan yang isinya aku dan juga Chloe. Nah, karena sekarang kekuatanmu sudah muncul, kau bisa ikut bersama kelompok kami!"

"Kekuatan? Kelompok? Aku tidak mengerti..."

Dane menghembuskan napas frustasi mendengar respon Emma, "Nih lihat."

Dane membuka seluruh gorden yang menghalangi pandangan, kemudian berjalan sampai kedekat pintu. Aku memutar bola mataku, sudah pasti ia ingin pamer kekuatannya pada Emma.

Tebakanku benar, Dane menghilang dan muncul tepat di sampingku yang duduk didekat Emma.

"Astaga!"

Emma terkejut luar biasa, sedangkan Dane tertawa bangga membalasnya. "Kekuatanku teleport. Kalau Julian bisa menghilang, invisible man dia."

Penjelasan Dane dijawab dengan anggukan, "Berarti Chloe juga? Telekinesis? Seperti di kantin?"

Aku mengangguk perlahan. Rasanya aneh mengakui bahwa aku mempunyai kekuatan tidak masuk akal, walaupun memang saat ini situasinya lebih tidak masuk akal sih, karena siapa yang mengira seorang Emma akan mendapat kekuatan?

Sebelumnya Emma memang tidak membahas soal tragedi kantin. Ia memilih diam dan menganggap hal itu bohongan. Atau mungkin ia menunggu aku bercerita. Seluruh murid sekolah juga tidak menyinggung masalah kantin, terutama Carol padahal ia korbannya. Carol yang diam membuatku heran karena ia orang yang paling membenciku. Aku hanya sering mendengar bisik-bisik tentang aku yang merupakan bagian dari kelompok pemberontak.

Emma tidak merespon dan hanya melamun sambil menatap ke kedua tangannya. Mungkin ini semua terlalu berat untuknya, sama seperti yang kualami saat diawal menerima kekuatan ini.

"Aku tahu ini berat untuk dipahami," ujarku kepadanya dengan nada prihatin.

Kali ini sahabatku menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia menghela napas cukup lama sampai melepaskan tangannya dan aku melihat ekspresi luar biasa girang.

"Astaga! Ini keren sekali! Seperti di film-film kau tahu Chloe? Aku dan teman-temanku bertiga melawan dunia dengan kekuatan super! Oh astaga! Aku tidak pernah sekalipun membayangkan akan berada di posisi ini! Petualangan apa saja yang akan menanti kita didepan?!"

Dane bertepuk tangan melihat reaksi Emma. Aku menghembuskan napas kasar, merasa terbodohi oleh wajah sedihnya beberapa menit lalu. Aku lupa kalau Emma adalah maniak film, jadi susah juga bicara serius dengannya, ia seperti Dane versi perempuan yang anehnya aku mau berteman dengannya.

Sepertinya hanya aku yang aneh disini, orang yang tidak menerima kekuatannya.

SupranaturalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang