Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

PART 1

161K 6K 72
                                    

PART 1


Darrel mengempaskan tubuhnya di atas sofa empuk di ruang tamu rumah mewahnya yang terletak di pusat kota Balikpapan, dengan hati berlumur amarah.

"Bawa semua barang-barang itu ke kamarmu di lantai dua!" Darrel menatap tak suka pada sosok di depannya.

Sosok bertubuh mungil dengan rambut hitam panjang yang dikuncir itu, mengangguk dan menurut. Perlahan, ia menyeret sebuah tas besar berisi pakaian dan segala perlengkapan miliknya.

Darrel kembali mendengkus tak senang. Di usianya yang ke-30 tahun, tiba-tiba saja ia mendapat badai besar. Pernikahannya dan Kezia telah berlangsung tadi siang. Sah secara hukum dan agama. Disaksikan langsung oleh ayah, ibu dan adik semata wayangnya, Alena.

Sedangkan kakek dan nenek Kezia memilih untuk tidak hadir meski ayahnya telah menawarkan orang untuk menjemput. Alasannya, mereka sudah terlalu tua untuk bepergian jauh.

Untuk kerabat dan teman-teman Darrel, tidak ada yang hadir, karena sejak awal ia memang tidak ingin pernikahannya diketahui oleh siapapun sampai ia merasa siap—yang entah kapan pastinya.

"Darrel."

Lamunan Darrel buyar saat mendengar suara panggilan Kezia dari lantai atas. Ia menarik napas kesal, lalu berdiri. Sebenarnya Darrel sama sekali tidak keberatan jika Kezia dijadikan adik angkatnya untuk melindungi dan menjaganya. Harta dan uang mereka berlimpah-ruah. Ayahnya seorang kontraktor terkenal. Ibu dan adiknya memiliki toko perhiasan. Sedangkan ia sendiri, selain memiliki perusahaan pengembang properti bersama ayahnya, juga punya hotel dan beberapa jenis usaha lainnya. Uang mereka sudah tak berseri. Dan bila Kezia menjadi adiknya dan membelanjakan sedikit dari uang mereka, tentulah tak berarti apa-apa.

Darrel menapaki anak tangga satu demi satu menuju lantai atas. Belum habis rasa kesal disebabkan harus menikah karena wasiat, ia kembali didera amarah saat melihat gadis yang baru saja resmi menjadi istrinya itu, berdiri mematung di depan pintu kamar.

"Ada apa?" Darrel menatap kurang senang pada Kezia.

"Aku ...."

"Kenapa tidak masuk?" tanya Darrel lagi saat Kezia bukan menjawab pertanyaannya, tapi justru menatap bingung dan sesekali melirik ke pintu kamar.

"Aku ..., aku tidak tahu harus masuk ke kamar yang mana satu." Kezia menunduk.

Darrel mendengkus. Kezia benar. Rumahnya sangat luas. Di lantai dua ini ada lebih dari tiga kamar tidur. Tentu saja gadis itu bingung harus masuk ke kamar yang mana.

Dengan gerakan tidak sabar, Darrel berjalan mendahului Kezia dan membuka salah satu pintu kamar tamu. "Ini kamarmu. Kita tidak akan tidur sekamar!"

Kezia menatapnya heran, tapi Darrel bersikap acuh tak acuh. Tentu saja Kezia heran, di mana-mana suami-istri pasti tidur sekamar, tapi tidak bagi Darrel. Ia menikahi Kezia karena paksaan orangtuanya. Dan pantang bagi Darrel menyentuh dan tidur seranjang dengan wanita yang sama sekali tidak ia cintai.

Darrel memang pria modern. Akan tetapi ia bukanlah playboy cap serigala yang siap menerkam apa saja. Bagi Darrel, hubungan di atas ranjang haruslah karena rasa saling mencintai, bukan hanya nafsu semata, apalagi karena kewajiban.

Darrel akui ia sudah terlalu lama tidak menyentuh wanita. Tepatnya setahun belakangan ini sejak putus dengan Lucia, mantan pacarnya yang kesekian. Namun, meniduri Kezia demi melampiaskan nafsu semata bukanlah ide cemerlang. Meski Kezia telah resmi menjadi istrinya, Darrel belum lagi membuka pintu hatinya. Dan selama pintu hatinya masih tertutup, maka ia tidak akan menyentuhnya.

Kezia masuk ke dalam kamar dengan langkah pelan, seolah takut membuat lantai marmer kamar itu lecet.

Darrel mendesis tidak sabar melihat itu. Bagaimana mungkin ia bisa bersabar memiliki istri orang desa seperti ini? Untung saja ia memilih menyembunyikan pernikahan mereka. Jika tidak, bisa dipastikan ia akan malu bila kerabat dan teman-temannya tahu bahwa ia telah menikahi seorang gadis desa.

Dengan perasaan jengkel, Darrel menutup pintu kamar dan berlalu.

***

Sambil mendesah berat, Kezia mengatur beberapa pakaian yang ia bawa ke dalam lemari yang terdapat di dalam kamar tidurnya di rumah mewah Darrel, pria angkuh yang kini menjadi suaminya. Kegundahan menyelimuti hati Kezia. Berbagai pertanyaan dan ketakutan akan bagaimana kehidupannya kelak bersama Darrel, memenuhi benaknya.

Setetes air mata perlahan bergulir membasahi pipi mulus Kezia yang sama sekali tanpa polesan make up. Hatinya berdesir pilu mengingat betapa Darrel tidak menginginkannya. Lihat saja, Darrel bahkan memilih tidur terpisah. Hal yang tak lazim dilakukan oleh pasangan suami-istri, apalagi pengantin baru.

Akan tetapi Kezia mengerti. Ia tidak cukup menarik untuk membuat Darrel jatuh cinta pada pandangan pertama. Lihatlah dirinya, begitu acara pernikahan selesai, ia segera mengganti gaun pengantinnya dengan celana jeans tiga perempat dan baju kaus lengan pendek yang sudah lusuh. Sebenarnya ibu mertua dan adik iparnya sudah membelikannya beberapa pakaian baru, tapi Kezia sama sekali belum dalam suasana hati ingin mengenakannya, ia tidak mau Darrel semakin memandang rendah atau menganggapnya mata duitan dengan memanfaatkan kebaikan Isac Adinata dan istrinya.

Kezia pribadi memang tidak punya banyak pakaian baru. Dalam kesehariannya, ia hanya di rumah membantu ibunya membuat kue-kue jajanan tradisional yang dititipkan ke warung-warung. Mereka tidak punya cukup uang untuk terus membeli pakaian baru, apalagi pakaian mahal untuk bergaya. Kezia bahkan tidak pandai berdandan. Sehari-hari, sehabis mandi, hanya bedak bayi yang menyentuh pipinya.

Kezia sadar sebenarnya ia tidak sepadan dengan Darrel. Mereka sangat berbeda. Darrel begitu tampan dan modern, sedangkan dirinya, hanyalah seorang gadis desa yang tidak menarik. Sejak awal Kezia sangat ingin menolak perjodohan ini, tapi ia sama sekali tidak berani melawan keinginan Isac, yang selama ini ia kenal sebagai kenalan dekat keluarganya.

Setetes air mata kembali jatuh membasahi pipi Kezia. Ia sudah tidak memiliki keluarga selain kakek dan neneknya yang tinggal di desa terpencil, sangat jauh dari kota. Satu-satunya orang yang bisa ia harapkan untuk berbagi dan melindunginya saat ini tentulah Darrel, suaminya. Namun, melihat sikap pria itu yang tampak membencinya, Kezia tahu, harapannya sia-sia belaka.

Kezia sangat ingin menjadi istri yang baik. Namun, tidak mudah untuk meraih hati Darrel. Jangankan untuk mendapatkan hatinya, mereka bahkan tidak bisa mengobrol dengan nyaman dan bersahabat. Darrel terlihat sangat memusuhinya, seolah ia adalah sumber penderitaan pria itu. Padahal pernikahan ini bukanlah salah Kezia, yang juga terpaksa menuruti permintaan Isac dan wasiat kakek mereka.

Kezia mengusap hidungnya yang berair. Tak mudah baginya yang terbiasa tinggal di desa, harus memulai kehidupan baru di kota, apalagi dengan situasi sesulit ini. Namun, ia tidak punya pilihan, selain menjalaninya.

***

Kezia berdiri melamun sambil mengelus bunga mawar yang terawat indah di pot yang diletakkan di beranda rumah. Hari ini adalah hari kedua ia menjadi istri Darrel. Tidak ada bulan madu yang indah dan romantis. Darrel bahkan langsung bekerja dan melupakan pernikahan mereka begitu saja.

Bukannya Kezia berharap atau kegenitan, tapi ia merasa heran—dan sedikit terhina. Darrel sama sekali tidak menyentuhnya. Mereka tidur di kamar berbeda. Dan Kezia tahu, hari-hari selanjutnya mereka akan tetap tidur terpisah. Entah sampai kapan.

***

Kawin WasiatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang