PART 2
Ini bukanlah pernikahan yang normal. Ini hanya sebuah kehidupan yang cukup menyiksa batin bagi Kezia. Berstatus istri, tapi tidak dianggap.
Kezia menghela napas berat. Hidupnya kini terasa kosong. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tidak lagi memiliki orangtua. Sedangkan Darrel, pria yang kini telah menjadi suaminya, bersikap sangat dingin.
Kezia bergumam muram mengingat Darrel. Hari ini yang ia lakukan hanyalah membersihkan rumah dan memasak. Di dalam hati ia berharap Darrel pulang untuk makan siang. Namun, harapan tinggal harapan. Hingga pukul dua siang, Darrel masih tak tampak batang hidungnya, hingga akhirnya Kezia memutuskan untuk makan siang sendirian, dengan perasaan kecewa, tentu saja.
Suara klakson mobil membuyarkan lamunan Kezia. Ia menjerit kecil saat tanpa sengaja tangannya terluka dan mengeluarkan darah tersengat duri pohon bunga mawar yang sedari tadi ia sentuh.
Belum selesai desisan sakit dan terkejut keluar dari bibirnya, jantung Kezia kini telah pun berdegup dengan kencang saat menyadari siapa yang berada di dalam mobil itu.
Dengan mengacuhkan jarinya yang terluka dan detak jantung yang menggila, tergopoh-gopoh Kezia berlari untuk membuka pintu pagar.
Pintu pagar terbuka. Lalu mobil mewah Darrel melewati Kezia yang masih berdiri mematung di dekat pintu pagar. Tak lama kemudian, tampak Darrel yang bertubuh tinggi dan gagah, turun dari mobilnya yang sudah terparkir rapi di garasi. Sambil menenteng tas kerja, pria itu melangkah lebar menuju rumah tanpa memedulikan Kezia sama sekali. Tidak ada ucapan terima kasih atau basa-basi apa pun. Hati Kezia teriris sembilu mendapati kenyataan itu, tapi ia hanya diam, tak berani bersuara.
Tanpa semangat, Kezia menutup pintu pagar, lalu berjalan perlahan menuju rumah.
Saat memasuki rumah dan melewati ruang tengah, tampak Darrel duduk di sana. Kezia yang tahu Darrel tak suka disapa bahkan diajak bicara olehnya, memilih diam dan berlalu tanpa kata.
"Buatkan aku kopi!"
Kezia tersentak. Ia berhenti melangkah dan menoleh. Pria yang ditatapnya hanya mendengkus tak senang tanpa balas menatap. Kezia mengangguk menurut dan melangkah ke dapur. Rasa panik seketika menyerangnya. Ia belum pernah membuat kopi untuk Darrel. Tadi pagi, Darrel menolak dibuatkan teh, kopi atau segala macam minuman dan lebih memilih sarapan di luar. Mungkin seperti itulah kebiasaannya selama ini sebelum menikah. Dan Kezia berusaha untuk memakluminya meski sebenarnya ia berkecil hati.
Sejujurnya, tingkah Darrel yang angkuh dan dingin membuat Kezia sedih dan gusar pada saat bersamaan. Tidak bisakah Darrel sedikit menghargainya?
Akan tetapi Kezia kembali sadar diri. Siapalah dirinya. Hanya seorang gadis desa yang sama sekali tidak diinginkan oleh Darrel.
Setelah selesai menyeduh kopi, Kezia melangkah ke ruang tengah, tempat di mana suaminya itu duduk. Tanpa bersuara, ia menghidangkan kopi dan siap berlalu.
Baru saja beberapa langkah meninggalkan Darrel, sudah terdengar umpatan kecil dari bibir pria itu.
Kezia berbalik. Seketika nyalinya menciut saat melihat api kemarahan menyala di mata cokelat terang yang dingin itu.
"Ini kopi atau sirup?" tanya Darrel kesal dan menatap Kezia tajam.
Kezia menunduk dengan tubuh kaku. Tentu saja itu kopi. Namun, ia hanya berani menjawab di dalam hati. Sama sekali tidak berani bersuara atau amarah Darrel akan semakin menjadi-jadi.
"Aku tidak suka kopi manis begini! Buatkan yang baru!"
Kezia mengangguk pelan dan mengambil cangkir kopi itu dan berlalu. Matanya berkaca-kaca saat menatap kopi di atas nampan di tangannya. Seumur hidup, ia tidak pernah mendapat perlakuan kasar seperti ini. Ayah dan ibunya selalu memperlakukannya dengan baik dan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kawin Wasiat
RomanceDarrel harus menikahi gadis polos dari desa bernama Kezia demi memenuhi wasiat kakeknya yang sudah meninggal. *** Darrel dan Kezia menikah karena wasiat kakek keduanya. Darrel yang belum siap melepas masa lajang, dengan gadis asing dari desa berpaka...
Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi