Siang itu begitu panas membakar kulit. Namun semangat menggebu jiwa Hamid karena ia akan mendaftarkan diri di sebuah Pondok Pesantren metropolitan Jakarta Selatan. Ya, siapa yang tak tahu Pondok Pesantren Baitunnajah. Sebuah tempat pembelajaran islami yang begitu modern. Saat itu Hamid mendaftar bersama kakaknya, Arfan. Yang juga mendukung keputusan Hamid untuk melanjutkan pendidikan disana selepas SMP.
"Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?" Tanya lembut dari seorang yang nampaknya masih santriwati kelas akhir. Mungkin diberi tugas di bagian administrasi penerimaan santri baru.
"Ini adik saya mau daftar masuk" Jawab kakak Hamid dengan cepat seakan tak ada masalah dan hambatan. Namun Hamid hanya menunduk malu dan lirih menjawab pertanyaan. Hamid memang bernyali kecil soal wanita. Kadang salah tingkah bila wanita muslimah menatapnya. Segala keperluan daftar mulai dari formulir, persyaratan sampai pas foto pun sudah dipenuhi. Hati Hamid begitu lega seakan gerbang surga tepat didepannya. Hamid hanya perlu menunggu lagi untuk panggilan tes beberapa hari kemudian."Kriiiing" suara bel tanda bahwa seluruh calon santri segera menuju ruangan tes.
"Kamu pasti bisa nak. Kamu sudah niat dan belajar. Ibu yakin Allah akan meluruskan tekadmu dan mewujudkan cita-citamu." Seuntai kata dukungan dari Maryam, ibu Hamid.
"Gua pasti bisa nih. Harus! Gua harus lulus!" lirih Hamid bergelora dalam hati.
Hamid yakin bahwa keberhasilan bukan dilihat dari kemampuan seseorang. Melainkan semangat dan keberuntungan. Hamid melewati tes dengan serius. Namun yang jadi masalah adalah kekurangannya dalam hal bahasa asing. Ia begitu kesulitan sehingga mengisi lembar jawabannya dengan asal-asalan. Tes tulis ia lewati. Kemudian berlanjut ke wawancara.
"Can you speak english or arabic?" tanya seorang ustadz yang mewawancarainya.
"oh, yes I can. But little." Jawab Hamid agak gugup
"How are you?"
"I'm fine."
"How do you do?"
"I'm fine."
"How do you do?"
"How do you do."
"How do you do?" tanya sang ustadz lagi sambil tersenyum.
"Hh..ow ddo you do." Jawab Hamid bingung. Karena ia merasa jawabannya benar dari apa yang telah ia pelajari. Tapi kenapa bisa salah? Hamid merasa dipermainkan dan dipermalukan.
"Hahaha Okay okay. What are you looking for in Baitunnajah?
"Islamic knowledge." Satu persatu pertanyaan dijawab dengan yakin oleh Hamid seakan ia menguasai bahasa Inggris
"Can you speak arabic?" tanya ustadz kembali.
"No, I can't"
"Aswad?"
"(Hamid menggelengkan kepalanya)"
"Khamsah?"
"(Hamid hanya menyengir)"
"Ga bisa sama sekali?"
"Engga. Hehe"
Tes yang begitu melelahkan pun berlalu. Hamid penuh pesimis dan pemikiran negatif akan keberhasilan tesnya. Ia merasa kemampuannya tak cukup untuk dapat lulus. Hamid hanya berpasrah dan berdo'a. "toh, kalau ga lulus bisa cari pesantren lain." Pikir Hamid.Pagi Indah diiringi kicauan burung menyempurnakan suasana tenang nan sejuk. Di sebuah kelas, SMPN 7 Serang. Hamid duduk termenung. Entah apa yang ia pikirikan. Namun, ia memang selalu memiliki hal untuk dipikirkan. Meski dirundung lelah dan letihnya jiwa.
"Wooii! Bengong aja lu." Sahutan seseorang menyadarkan Hamid dari lamunannya
"Eh, Oji.. ngagetin aja lu." Balas Hamid agak kesal.
"Lagian bengong aja. Belajar! Udah mau UN juga."
"Ye gua mah kalau lulus tes nanti, nem berapapun juga ga ngaruh."
"Yaudah kalau gitu bro. Emang kapan pengumumannya?"
"Minggu ini. Sehari sebelum UN."
"Yaudah good luck ya."
"Tapi gua ga yakin bisa lulus tes."
"Ya kalau ga yakin, lu belajar dong buat UN. Biar aman tujuan lu selanjutnya." Saran Oji sambil menepuk punggung Hamid.
"Bener juga ya... ah tau lah. Mending gua beli basreng aja." Beranjak meninggalkan Oji
"Woi tunggu.. gua beliin dong mid." Teriak Oji pada Hamid
"Nanti gua kasih.. plastiknya." Jawab Hamid sambil tertawaMinggu pagi yang begitu dingin namun membahagiakan Hamid. Sebab hari itulah yang akan mengantarkannya pada pengalaman dan kenangan yang enggan tuk dilupa seumur hidup. Di kamarnya, ia mulai menghidupkan laptopnya dan memasang modem untuk koneksi ke internet. Hamid membuka web Baitunnajah.com di bagian peserta lulus tes. Ia scroll down dengan perlahan dan mata terus berbinar seakan mengharapkan sesuatu keindahan.