PART 1

1.6K 69 0
                                    


BOOK 3 COMMING !
VOTE SEBELUM BACA !

            Entah apa yang kupikirkan dulu sewaktu aku masih kecil dan mengatakan pada ayahku kalau aku ingin cepat-cepat dewasa. Oh, apa-apaan yang telah kupikirkan? Menjadi dewasa ternyata tidak sama sekali menyenangkan. Bagaimana mungkin kertas-kertas yang ada di hadapanku bisa dikatakan menyenangkan? Aku harus menyusun mereka secara terurut untuk dimasukkan ke dalam map dan harus mengetik dokumen yang lain. Mungkin memang menyenangkan memiliki uang yang banyak. Tapi percayalah dibalik uang yang banyak, terdapat tanggung jawab besar. Dan aku tidak bisa menyalahkan siapa pun untuk bertumbuh menjadi dewasa. Aku hanya harus menjalaninya sebagaimana mestinya. Besok adalah pertemuan terbesarku bersama dengan salah pemilik perusahaan terkenal di Amerika. Menurut informasi yang kuterima, Aaron Staton Bieber adalah anak dari Justin Drew Bieber, pemilik kelab yang memiliki cabang dimana-mana. Termasuk di Las Vegas. Aku pernah mendatangi salah satu kelabnya di Las Vegas sebelum aku pindah ke Atlanta dua tahun yang lalu. Harus kuakui kelabnya memang sangat menyenangkan untuk dikunjungi. Ayah memberitahu padaku kalau mereka semua tinggal di Atlanta. Well, jika aku beruntung besok bertemu dengan anak dari Justin Bieber itu, aku berjanji tidak akan menyesal telah menjadi orang dewasa.

            Menurutku, Justin Bieber sangatlah tampan. Karena ketika aku mendatangi kelabnya di Las Vegas, terdapat salah satu fotonya yang memakai setelan berwarna abu-abu dan sama sekali tidak tersenyum pada kamera. Kupikir ia pria yang keras dan dingin. Dan besok aku akan menemui anaknya yang dapat kupastikan ia tampan seperti ayahnya. Pintu kamarku terketuk, refleks aku langsung menyahut. Ketika terbuka, ibuku muncul dengan senyum di bibirnya. Memang tiap malam ia selalu datang ke kamarku untuk mengikat rambutku dengan cara yang rumit. Hanya dia yang tahu bagaimana membuatnya. Dan aku tidak sama sekali bisa mengikuti apa yang ia perbuat pada rambutku. Aku hanya menyerahkan padanya dan poofberubah menjadi rambut yang benar-benar cantik seperti rambut tuan puteri.

            “Hei, mom,” ucapku menyusun kertas-kertas tanpa memerhatikan ibuku yang sudah menutup pintu. Mungkin besok. Besok di tempat kerja aku akan mengetik untuk dokumen yang lain. Malam ini sudah cukup. Terlebih lagi ibuku sudah datang untuk mengeloniku, seperti biasa. Aku anak tunggal. Ibuku tidak bisa hamil. Atau lebih tepatnya ia tidak mau.

            “Kau akan betemu siapa besok?” Tanya ibuku membuatku menoleh melihatnya yang sudah mengambil beberapa ikat rambut dan sisir dari meja riasku. Raut wajahnya selalu dingin jika ia tidak tersenyum, namun sekali ia tersenyum, ia bagaikan malaikat bagiku. Aku cengengesan tidak jelas tanpa menjawabnya dan menaruh map di meja belajarku. Aku bangkit dari kursi dan merangkak naik ke atas tempat tidur. Ibuku melihatku dengan wajah keheranan. “Pasti tampan,” ujarnya menebak.

            “Yeah, benar sekali,” sahutku. “Aku berharap mereka mau bekerja sama dengan dengan sungguh-sungguh. Mereka salah satu klien terbesar kami,” lanjutku menjelaskan. Aku sudah memunggungi ibuku agar ia cepat-cepat menyentuh rambutku lalu membiarkanku tertidur karena sentuhan jari-jarinya pada kepalaku. Rasanya nyaman ketika seseorang mengelus kepalaku, itu membuatku cepat tidur.

            “Siapa namanya?” Tangan ibuku mulai menyentuh rambutku dan mulai melakukan pekerjaannya.

            “Aaron,” bisikku. “Aaron Bieber. Dia anak dari Justin Bieber. Mom tahu siapa mereka?” Tanyaku tanpa menoleh ke belakang. Ibuku mendesah dan mendecak.

            “Dulu Mom sering sekali datang ke kelab milik si Bieber itu. Tapi sekarang sudah tidak sejak Mom bertemu dengan Dadmu. Baguslah jika mereka mau bekerja sama dengan perusahaanmu,” ucap ibuku merasa bosan seperti biasa. Ada yang aneh dari ibuku. Ia selalu menanyakan siapa yang akan bekerja sama dengan perusahaan yang kutempati namun ia tidak senang mendengar aku menceritakan dengan siapa aku bekerja. “Dad bilang kau ingin pindah ke sebuah kondominium dengan perusahaanmu. Mengapa tiba-tiba kau berpikir seperti itu? Tidakkah kau berpikir Mom akan merindukanmu nanti?”

TOUCHING FIRE'S WATER || HERREN JERKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang