PART 9

817 50 0
                                    

HELLO IM BACK !

VOTE SEBELUM BACA !

***

            “Siapa?” Grace bertanya penuh rasa ingin tahu pada Aaron yang memakan pancake milik Juber yang tidak dimakan oleh Juber. Juber sudah tertidur di atas karpet ruang bermainnya. Aaron dan Grace dua hari terakhir ini semakin dekat lebih dari pada biasanya. Membuat tanda besar bagi Alexis, namun Alexis tidak ingin berpikiran negatif pada dua anaknya. Aaron bersandar di tembok dengan satu kaki terujulur sedangkan kakinya yang lain ia tekuk. Satu tangannya bersandar di ujung lututnya yang memegang pancake itu. “Kath lagi?” Tanya Grace dengan nada suara tidak suka. Grace terduduk di sebelah Juber dengan kaki menyilang. Piyama tidur berwarna ungu sudah menempel di tubuhnya, membuat Grace terlihat sangat manis. Aaron suka mlihat Grace memakai piyama seperti itu karena tubuh Grace terbentuk dengan sempurna. Aaron mengamati-amati tubuh Grace sekarang, salah satu ujung bibirnya terangkat, memberikan senyum menggoda untuk Grace hingga Grace terkesiap.

            “Hei, kau sadar apa yang kaulakukan padaku?” Tanya Grace malu-malu. Aaron tertawa lalu ia mendesah pelan. Lalu ia berbicara ke topik pembicaraan sebelumnya.

            “Yeah, dia ingin mengembalikan pakaianmu katanya,”

            “Benar, pakaianku masih ada di tangannya. Apa kau bertemu dengannya dua hari ini?” Tanya Grace. Aaron menggelengkan kepalanya. Ada sedikit rasa ingin bertemu Kath dalam diri Aaron. Kemarin-kemarin Aaron hanya ingin memberi ruang bagi Kath untuk bernafas dan juga waktu berpikir untuk Aaron tentang kalimat ‘jika kita bersama situasi menjadi salah’ yang tidak masuk akal itu.

            “Tidak. Ia marah padaku dengan suatu alasan yang tidak ingin ia beritahu,”

            “Aneh,” Grace mendecak. “Hey, Aaron,” Grace mencondongkan tubuhnya ke depan. Aaron mendongak, melihat Grace yang sudah menempatkan dua tangannya di karpet sehingga sekarang belahan dada adiknya terlihat. Sialan benar! Apa yang Grace lakukan sekarang? Aaron tahu Grace pasti tidak sadar dengan gerakannya yang seperti ini. Aaron sering melihat Grace bergaya seperti ini, tetapi tidak dengan pakaian yang bagian dada terpotong begitu rendah.  Pasti sangat lembut untuk disentuh. Aaron menggelengkan kepalanya. Tidak, tidak, tidak. Ia tidak boleh berhubungan badan dengan adiknya.

            “Apa?” Tanya Aaron sedikit gemetar.

            “Kau kan sebentar lagi akan ulang tahun, kau ingin hadiah apa?” Tanya Grace masih dengan posisinya. Pemandangan ini benar-benar mengganggu Aaron.

            “Kau,” jawab Aaron asal. Grace tertawa malu dengan ucapan kakaknya itu lalu ia mulai duduk tegak kembali. Aaron mengatakan kata makian dalam hatinya saat pemandangan itu hilang. Padahal pemandangan itu sangat enak untuk dilihat. Aaron mendesah pelan karena kekecewaannya.

            “Aku serius. Hadiah apa yang kau mau?” Tanya Grace mencubit-cubit pipi Juber. Pipi itu tidak dapat dicubit jika Juber bangun. Jadi kesempatan Grace benar-benar besar sekarang untuk mencubit pipi Juber. Aaron tidak tahu hadiah apa yang ia mau. Ia hanya ingin mendapatkan cuti untuk beberapa hari dan berjalan-jalan bersama dengan adiknya. Bekerja membuat waktunya dan Juber terkikis seiring berjalannya waktu. Bahkan Juber sekarang lebih memilih Alexis dibanding Aaron. Padahal Aaron adalah ayahnya. Atau mungkin Alexis memang pintar memikat hati anak laki-laki seumuran Juber karena sikapnya yang lembut.

            “Well, kau pikir sendiri. Bukan hadiah bila aku memberitahu padamu apa yang kuinginkan. Apa pun yang kauberi, pasti aku akan terima,” ucap Aaron mengangkat kedua bahunya. Grace melangkahi tubuh Juber lalu mendekati wajah Aaron, berakhir dengan kecupan bibir pada bibir Aaron. Aaron tersentak akan kecupan adiknya, kedua alisnya terangkat.

TOUCHING FIRE'S WATER || HERREN JERKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang