PART 12

742 39 1
                                    

VOTE SEBELUM BACA
⚠⚠

***

            Grace terdiam di depan televisi ruang keluarga lantai bawah. Moon dan Mozzy sedang belajar di depan televisi, tengkurap di atas karpet sambil memegang sebuah pensil di tangan mereka. Justin dan Alexis sedang berusaha memakaikan Juber pakaian. Anak kecil yang satu itu tampaknya tidak pernah mau memakai pakaian jika sudah berurusan dengan kakeknya. Ia senang menggoda dan membuatk kakeknya lelah. Ia berlari-lari di sekitar ruang makan. Kaki kecilnya itu berlari mengelilingi meja makan sampai akhirnya ia tersandung oleh kakinya sendiri. Perutnya yang tidak tertutupi pakaianpun menyentuh lantai yang dingin, kepalanya terbentur lantai sampai akhirnya ia menangis. Justin dari belakang panik setengah mati. Ia menggendong Juber dari lantai lalu mengelus-elus kepalanya yang terbentur itu sambil mengecup-kecupinya. Alexis yang baru saja turun dari lantai dua ikut panik saat mendengar suara cucunya menangis dari ruang makan.

            “Apa-apaan yang terjadi?” Alexis bertanya berusaha untuk tenang. Juber menangis dalam gendongan Justin dengan wajah yang merah. Tangannya yang mungil itu malah menggaruk-garuk kepalanya yang sakit. Ia berkata ‘sakit’ dalam gumaman yang tak jelas. Justin dengan bodohnya hanya mengecup-kecup pipi Juber agar cepat tenang. Tentu saja usaha itu tidak akan berhasil. “Oh, sayang, yang mana yang sakit? Apa yang dilakukan Grandpa Bieber padamu? Oh, jangan menangis, jangan menangis,” Alexis mulai mengambil Juber dari gendongan Justin. Anak itu hanya memakai popok. Justin sedang berusaha memakaikannya celana dan Alexis baru saja mengambil atasan Juber dari lantai dua. Namun usaha mereka memakaikan pakaian pada anak lucu ini malah berakhir sedih. Tangisannya benar-benar mengundang orang lain yang melihatnya cemberut.

            “Di sini,” tangis Juber menunjuk kepalanya yang sakit. “Di sini,” tunjuknya ke daerah yang lain. Alexis mengelus-elus kepalanya dengan lembut, berusaha untuk menenangkannya. “Di sini,” ucap Juber kembali menunjuk kepala daerah belakang yang lain.

            “Semuanya saja Juber,” gerutu Justin karena cucunya sepertinya melawak.

            “Justin!” Alexis memelototi suaminya yang tidak bisa tidak mengambil suatu hal dengan serius. Justin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, ia berjalan meninggalkan Juber dan Alexis di ruang makan. Sepertinya ia harus menangani masalah anaknya yang lain. Grace. Dua hari terakhir ia tampak pendiam, tak banyak bicara, tidak seperti biasanya. Saat berada di ruang keluarga, ia melihat Grace yang menonton acara televisi dengan ekspresi datar. Jonathan berada di sebelahnya, bersandar di atas bahu Grace, tidak seperti biasanya. Tangisan Juber dari ruang makan berangsur-angsur berhenti. Sepertinya Justin sudah tidak bisa meragukan kehebatan Alexis dalam masalah anak-anak. Istrinya sudah seperti ahli.

            Grace menatap Justin yang memegang celana Juber di tangan kirinya. Justin mengangguk pada Grace, seperti bertemu dengan temannya. Grace tidak bisa tidak tertawa dengan tingkah ayahnya yang selalu berusaha tetap terlihat muda. Padahal umur ayahnya sudah setengah abad. Justin ikut tertawa ketika Grace tertawa, entah apa yang Justin tertawakan, yang jelas lucu.

            “Bisa kita naik ke atas Grace? Dad ingin membicarakan suatu hal padamu, hanya kita ber…tiga. Mom akan naik sebentar lagi. Bukan masalah besar, tenang saja,” ucap Justin memutar-mutar celana Juber. Baru beberapa putaran, tiba-tiba saja celana itu sudah tidak ada di tangannya karena Alexis yang merebutnya. Juber sudah tenang, matanya masih berair. Dan sekarang anak kecil itu sudah memakai atasannya. Justin cukup jengkel karena ia tidak pernah bisa tidak tenang memakaikan Juber celana atau baju. Jantung Grace berdegup kencang ketika ayahnya ingin membicarakan suatu hal padanya. Pasti penting, pikir Grace bangkit dari sofa. Membuat Jonathan yang bersandar di bahunya jatuh ke atas sofa dengan indah. Anak remaja itu langsung berbaring sambil terus menonton televisi. Justin, Alexis dan Grace naik ke lantai dua. Grace tahu sebentar lagi ia akan disuruh bertanggungjawab atas hal yang bahkan Grace tidak tahu apa ia melakukannya atau tidak.

TOUCHING FIRE'S WATER || HERREN JERKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang