"Sudahi saja pernyataan ini. Sejujurnya aku lelah, lelah menunggu jawaban darimu. Kukira kau akan cepat tanggap tentangku."
***
Ah, ternyata begitu....
Memang, sih, perasaan itu sulit ditebak. Tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana cara memulai dan mengakhirinya.
Seperti melakukan sebuah petunjuk dan berakhir ketika sudah mencapai tujuan, lalu ditinggal menjadi kenangan yang entah dalam jenis apa. Kenangan indah, kah? Kenangan buruk? Atau kenangan yang tidak penting? Dirimu yang akan memilah itu.
Kau berdesah. Riskan sungguh jika hanya didasari oleh surat. Serasa seperti di-PHP.
Jadi sekarang kau korban PHP?
Di-PHP itu sakit. Sakitnya enggak ketulung, euy ....
Kalau itu memang maunya, bagimu tak apa. Tetapi, hatimu kenapa-kenapa.
Mata berkilau—seperti diliputi awan mendung. Hampir saja batin menggerutu dongkol jika tak ingat masih ada rentetan kata yang masih menyambung. Segala tetek-bengek orang yang hampir patah hati memang merepotkan.
Manik mengusut kertas dengan tulisan yang lumayan rapi.
***
"Hmm ... kalau begitu, haruskah aku mengungkapkannya dengan cara remaja pada umummnya?
Tentu, aku akan melanturkan kata demi kata di hadapanmu, tetapi, sebelum itu, kau harus menguak identitasku. Ayolah, kau kerap kali membaca novel misteri dengan kisah yang rumit, aku tahu kau dapat memecahkan kode tak langsung namun konkret dariku.
Clue: awalilah dengan awal.
Jika sudah dapat menerka, temuilah aku di atap sekolah."
Calon jodohmu,
Nomor 05
***
Pintu dibanting hingga bunyi "buk" terdengar kala pintu berbahan baja bertemu dengan dinding di samping. Kau yang merupakan sang pelaku, menopang pada dinding di samping dengan sebelah tangan, dadamu kembang-kempis, napas tersengal-sengal, peluh memancur deras berikut sebelah tangan yang tersisa menopang pada lutut.
Kepala yang tadi menunduk kemudian terangkat. Mata memindai sesuatu, lalu kaki mendekati.
Kau berdiri, dengan mata yang masih tertuju pada objek. Bentangan langit dengan berbagai pola awan dan cahaya matahari yang memekik, menjadi latar belakang tempat saat ini. Sang objek pun menyadari eksistensimu. Li¬-novel yang dibacanya, diduakan olehnya dan hanya fokus padamu.
Netra menatap lekat pada objek. "Jangan selalu buat perasaanku ini berubah-ubah ... Mayuzumi-san."
Alis Mayuzumi terangkat. "Aku tidak bermaksud seperti itu." Mayuzumi masih pada posisinya.
"Terus ... maksudmu apa?!" pekikmu spontan. Perasaanmu yang awalnya dag-dig-dug berubah menjadi dag-dig-dug kubik. Kubik lho, bukan kuadrat lagi. Siapa lagi yang bisa membuat perasaanmu seperti itu selain dirinya?
Mayuzumi menghela napas, lalu bangkit dari posisi. "Aku hanya mencoba jujur. Bukan maksudku seperti itu."
Tidak ada suara. Hening—tidak, suasana canggung agaknya mengisi kekosongan.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kaubisa tahu aku secepat ini?" Mayuzumi angkat bicara, tidak ingin berada dalam suasana canggung terus menerus bersamamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Letters [Mayuzumi Chihiro Version] [KnB]
Fanfiction[selesai] Tentangmu dan dia, sang lelaki pengirim surat tanpa identitas. • Letters Series Project Cover by @Natsu_Roku --- Private 5 (lima) bab terakhir. Silakan follow saya terlebih dahulu untuk membaca kelanjutannya. Kuroko no Basuke by...