Siang ini aku kembali memikirkanmu. Helaan nafas yang terengah-engah di tengahnya panas matahari sontak membuat aku teringat pada waktu singkat yang pernah aku lalui. Bahkan hujan menolak untuk turun. Bahwasanya ia tahu, air mataku teah habis untuk kenangan yang telah tersusun rapi di batas memori. Mungkin jari jemariku telah bosan untuk menulis kisah konyol ini. Tapi tetap saja, hati terus menjajah aku untuk melanjutkan rasa ini.
Jika hati ini bisa berbicara, maka aku tak akan bisu untuk menjawab pertanyaan menyakitkan itu. Kita berdua sama. Sama-sama berlari. Aku berlari mengejarmu, dan kau berlari untuk menghindariku. Perlakuan itu nyata di depan ku. Tanpa perantara. Kau hanya meninggalkan sebuah pesan singkat. "Cukup sampai di sini...."
Sejak saat itu, tak pernah ada lagi sapaan manja. Mulutku kian kaku untuk memulai percakapan ini. Rindu kian menghampiri, dalam kegelapan, dalam kehangusan cinta yang tak dapat membara lagi. Namun aku? Akan tetap membara bak gejolak api yang kian hari membakar rinduku. Lantas apa yang terjadi? Aku masih tenggelam dengan luka yang sama. Bersama mu, rindu.